JAKARTA, KOMPAS— Elite bangsa Indonesia diharapkan memiliki pemahaman yang kuat atas sejarah bangsa. Sebab, hal ini sangat penting untuk menjaga identitas Indonesia sebagai bangsa yang majemuk, yang terdiri dari beragam agama, suku, dan ras.
Sejarawan asal Inggris, Peter Carey, menilai, saat ini tak sedikit elite bangsa Indonesia yang justru awam akan hal itu, bahkan tidak menganggapnya penting. ”Mereka tak betul-betul tahu siapa diri mereka,” kata Peter Carey saat peluncuran buku persembahan kepada Peter Carey berjudul Urip Iku Urup: Untaian Persembahan 70 Tahun Profesor Peter Carey di Auditorium Perpustakaan Nasional Indonesia, Jakarta, Rabu (30/1/2019).
Hadir sebagai pembicara dalam peluncuran buku itu, mantan Kepala Litbang Kompas Daniel Dhakidae, sedangkan Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Tri Agung Kristanto menjadi moderator.
Peter Carey membandingkan elite saat ini dengan para pemimpin bangsa di masa lalu. Sosok seperti Soekarno, M Hatta, dan Sutan Sjahrir begitu memahami sejarah bangsa sekalipun mereka bukan sejarawan.
Pemahaman akan sejarah bangsa, katanya, penting untuk menjaga identitas bangsa yang majemuk, yang terdiri dari beragam agama, suku, dan ras. Sejarah menunjukkan, kemajemukan itu telah terbentuk sejak masa prakolonial ketika nusantara menjadi jalur perdagangan laut antara China dan India.
”Jadi, semua baur-membaur, dari orang Arab, China, Eropa, Armenia, dan sebagainya,” kata Peter Carey.
Daniel Dhakidae menilai sejarah bangsa makin dilupakan. Padahal, jika elite mempelajari sejarah bangsa, lalu menjadikannya sebagai landasan pengambilan kebijakan, Indonesia akan menjadi lebih baik.
”Jika mau belajar tentang ekonomi secara historis, ekonomi kita tidak akan pernah gagal,” ujarnya.
Dia mencontohkan para pendiri bangsa yang memiliki pandangan visioner dengan berbasiskan pada sejarah bangsa. Ideologi yang mereka kembangkan, dan menjadi landasan berdirinya negara ini, bisa merepresentasikan kepentingan seluruh suku, agama, dan ras yang ada di Tanah Air. (E21)