JAKARTA, KOMPAS —Di tengah dinamisnya perkembangan kawasan Asia Pasifik, pemenuhan kekuatan pokok minimum TNI Angkatan Udara baru 44 persen. Diharapkan, proses pengadaan dapat dipercepat kembali agar pemenuhan total kekuatan TNI AU bisa tercapai 100 persen pada 2024.
Hal itu disampaikan Kepala Staf TNI AU Marsekal Yuyu Sutisna, Jumat (1/2/2019), mengenai hasil rapat pimpinan TNI AU 2019. Menurut Yuyu, seharusnya pada akhir 2019 pemenuhan kebutuhan pokok minimum TNI AU sudah mencapai 66 persen. Oleh karena itu, dengan kondisi kekuatan TNI AU yang hanya 44 persen, persenjataan yang dimiliki harus dimanfaatkan seefektif mungkin. Apalagi, perkembangan kawasan Asia Pasifik yang dinamis membuat pertahanan udara Indonesia jadi bagian penting untuk menjaga kedaulatan.
Saat ini tulang punggung kekuatan pesawat tempur Indonesia ada pada 33 pesawat F16. Kekuatan itu ditambah lagi satu skuadron Sukhoi. Kini, TNI AU juga melengkapi T50 dengan radar dan senjata agar bisa melakukan operasi kontra-insurgensi. ”Harus pandai-pandai diatur agar bisa efektif menghadapi situasi sambil menunggu proses,” kata Yuyu.
Menurut Yuyu, anggaran sebenarnya sudah ada. Jika segera diwujudkan, pasti mempercepat terealisasinya kekuatan optimum TNI AU. Sejauh ini pengadaan di TNI AU juga sudah selesai, seperti pengadaan pesawat tempur Sukhoi Su-35, enam pesawat amfibi, heli Caracal, radar, dan pesawat CASA. Namun, butuh waktu dua-tiga tahun sejak penandatanganan kontrak hingga datangnya alat utama sistem persenjataan (alutsista). ”Kami berkoordinasi dengan Kemhan mempercepat proses agar tak menumpuk di Kemhan,” ujarnya.
Salah satu persenjataan strategis yang tak kunjung tiba adalah pesawat Sukhoi Su-35. Terkait hal itu, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Totok Sugiharto mengaku belum ada perkembangan. ”Seperti disampaikan Pak Menhan, kami juga masih menunggu Kementerian Perdagangan soal imbal dagang Sukhoi,” kata Totok.
Sementara itu, saat membuka rapim TNI Angkatan Laut, Kepala Staf TNI AL Laksamana Siwi Sukma Adji mengatakan, TNI AL siap menghadapi perkembangan teknologi, selain juga harus memiliki kekuatan yang dapat diproyeksikan regional dan komitmen global. (EDN)