Pasukan Antiteror TNI Unjuk Kebolehan Bekukan Teroris
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasukan Satuan Penanggulangan Teror TNI menggelar latihan penanggulangan terorisme di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Selasa (9/4/2019). Latihan dengan skenario pembebasan sandera dari aksi sabotase pada rapat koordinasi yang diselenggarakan pemerintah ini untuk menunjukkan kesiapsiagaan TNI menghadapi ancaman terorisme.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meninjau latihan tersebut. Hadi didampingi Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Siwi Sukma Adji, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Yuyu Sutisna. Hadir juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Suhardi Alius.
Latihan gabungan yang berlangsung kurang dari satu jam itu diikuti sekitar 500 prajurit dari kesatuan khusus di TNI AL, TNI AD, dan TNI AU. Latihan penanggulangan terorisme ini melibatkan Satuan Penanggulangan Teror (Satgultor) 81 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL, dan Satuan Bravo (Satbravo) 90 Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU.
”Latihan penanggulangan terorisme ini bermaksud untuk menguji kesiapsiagaan pasukan dalam menangani aksi terorisme sesuai kemampuan satuan masing-masing,” kata Mayjen (Mar) Suhartono, yang mewakili Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Ia mengatakan, latihan dimulai dengan mengadakan proses perencanaan sebelum pasukan melakukan manuver di lapangan.
Aksi pembebasan sandera dimulai sekitar pukul 08.30 ketika kelompok Foreign Terrorist Fighters diperagakan berhasil menyabotase rapat koordinasi yang dilaksanakan pemerintah dan menguasai Hotel Mercure. Mengetahui aksi itu, Government Intelligence Agency dari TNI melakukan negosiasi dengan para teroris sembari memberi waktu kepada Satgultor TNI untuk berkonsolidasi dan menyiapkan operasi khusus.
Setelah mendapat perintah untuk membebaskan sandera, pasukan Denjaka TNI melumpuhkan para teroris yang berjaga di area pantai dengan sniper dari jarak 300 meter. Operasi penembakan juga dilakukan pasukan Satgultor Kopassus TNI AD dan pasukan Satbravo Paskhas TNI AU di area atap hotel dari jarak 200 meter.
Satgultor TNI kemudian melumpuhkan teroris yang berjaga di depan Hotel Mercure dengan menerobos masuk menggunakan dua kendaraan taktis milik Kopassus dan Paskhas. Setelah itu, pasukan melakukan operasi di lobi dan ballroom hotel. Pada saat yang bersamaan, pasukan Denjaka TNI AL masuk melalui perairan Ancol yang dikuasai teroris untuk membebaskan sandera dengan menggunakan dua sea rider dan dua jet ski.
Dari udara, pasukan TNI melakukan fast-roping dari helikopter Bell TNI AD dan helikopter Super Puma TNI AU serta rappeling masuk ke dalam kamar untuk membebaskan sandera dari bagian atap Hotel Mercure. Sejumlah teroris yang panik kemudian menyebar ke arah pantai, tetapi pergerakan mereka berhasil dilumpuhkan pengendali K-9 milik Tim Cakra Satgultor Kopassus.
”Seperti yang kita lihat, ada aksi yang menggunakan lintas udara dengan helikopter, ada yang mengunakan kendaraan darat, dan ada yang dari laut. Ini dimaksudkan memberikan alternatif cara bertindak. Teknis penyelesaian sasaran punya kriteria berbeda, mungkin tergantung jumlah teroris atau musuh dan situasi di lapangan,” lanjut Suhartono.
Dalam kasus penanggulangan terorisme yang sesungguhnya, pasukan elite TNI tersebut akan digerakkan setiap saat atas perintah Panglima TNI.