Tito Karnavian, Sosok Polisi Lapangan dan Intelektual
Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian merupakan salah satu tokoh yang dipanggil oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (21/10/2019) dalam bursa calon menteri kabinet mendatang.
Oleh
ANDREAS YOGA PRASETYO
·3 menit baca
Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian merupakan salah satu tokoh yang dipanggil oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (21/10/2019) dalam bursa calon menteri kabinet mendatang. Rekam jejaknya di kepolisian sarat prestasi.
Tito Karnavian adalah penerima bintang Adhi Makayasa, lulusan Akpol terbaik pada 1987. Selain itu, Tito juga penerima Bintang Cendekiawan sebagai lulusan terbaik Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta tahun 1996.
Kapabilitasnya juga teruji. Salah satu ukurannya adalah Tito mendapat kenaikan pangkat istimewa sampai tiga kali karena berhasil mengungkap kasus-kasus besar di masa lalu.
Nama, karier, dan pangkatnya melesat pada 2001 ketika Tito yang saat itu Kepala Satuan Reserse Umum Polda Metro Jaya memimpin Tim Kobra menangkap Hutomo Mandala Putra atau yang dikenal dengan Tommy Soeharto. Atas penangkapan tersebut, Tito dan 24 anggota tim menerima kenaikan pangkat satu tingkat. Tito mendapat promosi dari pangkat komisaris ke ajun komisaris besar.
Terorisme
Kasus besar berikutnya yang ditangani Tito adalah pengejaran terhadap Dr Azahari dan Noordin Mohammad Top sering disebut-sebut sebagai otak sejumlah peledakan bom di Indonesia.
Tito yang berpangkat ajun komisaris besar (2004-2005) memimpin Detasemen 88 Antiteror Polda Metro Jaya. Tim Densus 88 yang dipimpin Tito berhasil menewaskan Dr Azahari setelah menggerebek sebuah rumah di Jalan Flamboyan Raya II, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu, Jawa Timur, Rabu, 9 November 2005.
Tim yang terlibat penggerebekan di Batu yang berujung pada tewasnya salah satu gembong teroris, Dr Azahari, menerima kenaikan pangkat luar biasa, termasuk Tito. Tito naik pangkat dari ajun komisaris besar menjadi komisaris besar.
Tito juga terlibat dalam penyergapan gembong teroris Noordin M Top pada September 2009 di Solo. Buronan teroris warga negara Malaysia itu tewas dalam penyergapan yang dilakukan tim polisi antiteror di Kampung Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo.
Kepiawaian Tito menguber Noordin M Top ini membuat Tito kembali mendapat promosi. Pada 2010, Tito menerima kenaikan pangkat luar biasa dari komisaris besar ke brigadir jenderal.
Kepala Polda
Tito lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964. Menamatkan pendidikan dari SD Xaverius IV hingga SMA Negeri 2 Palembang, Tito kemudian melanjutkan pendidikan Akpol dan lulus pada 1987.
Selanjutnya, Tito menyelesaikan pendidikan di Universitas Exeter di Inggris tahun 1993 dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih strata satu dalam bidang Police Studies. Tito juga menyelesaikan pendidikan di Massey University Auckland di Selandia Baru tahun 1998 dalam bidang Strategic Studies.
Tahun 2000, Tito menyelesaikan pendidikan Sespim Polri di Lembang dan pada 2011 mengikuti kursus Lemhannas RI PPSA XVII. Pada Maret 2013, Tito menyelesaikan PhD bertopik ”Terrorism and Islamist Radicalization” di Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura.
Pernah menjabat Kepala Polres Serang di Banten (2005), setelah itu Tito lebih banyak berkecimpung dalam tugas-tugas antiteror sebagai Kasubden Bantuan Densus 88 Antiteror Polri (2005), Kasubden Penindak Densus 88 Antiteror Polri (2006), Kasubden Intelijen Densus 88 Antiteror Polri (2006-2009), Kadensus 88 Antiteror Polri (2009-2010), serta Deputi Penindakan dan Pembinaan BNPT (2011-2012).
Tito kemudian dipromosikan sebagai Kapolda Papua (2012-2015) dan Kapolda Metro Jaya (2015-2016). Setelah menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Tito dilantik menjadi Kepala Polri sejak Juli 2016 hingga saat ini.
Melihat berbagai pengalamannya, Tito merupakan salah satu polisi dengan identitas prajurit Bhayangkara yang komplet, menguasai lapangan, baik dalam bidang reserse maupun bidang terorisme, serta memiliki latar belakang intelektual.