RI perlu terus membangun kekuatan maritimnya di segala lini untuk mengantisipasi perkembangan geopolitik yang kian rentan karena rivalitas AS-China. Kekuatan maritim itu terletak pada kekuatan militer dan nonmiliter.
Oleh
Edna C Pattisina
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia perlu terus membangun kekuatan maritimnya di segala lini untuk mengantisipasi perkembangan geopolitik yang kian rentan karena rivalitas antara Amerika Serikat dan China. Kekuatan maritim tersebut tidak hanya sebatas pada kekuatan militer, tetapi juga kekuatan nonmiliter.
Hal itu disampaikan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana (Purn) Marsetio pada penutupan Pendidikan Reguler Ke-57 Sekolah Staf dan Komando TNI AL, Kamis (14/11/2019), di Jakarta. Marsetio mengatakan, China menanam pengaruhnya di kawasan lewat inisiatif sabuk dan jalan serta membangun kekuatan militer di Laut China Selatan. Sementara itu, AS mengubah Komando Pasifik-nya menjadi Komando Indo-Pasifik AS. Tak hanya itu, AS juga merangkul India yang memiliki teknologi nuklir.
Menurut Marsetio, selain membangun kemampuan diplomasinya, terutama dengan negara-negara sesama anggota ASEAN, Indonesia juga harus membangun kekuatan maritimnya.
Dalam membangun kekuatan maritim, TNI AL tidak bisa sendiri. TNI AL harus didukung kekuatan lain, seperti perdagangan laut, perkapalan, perikanan, industri maritim, dan pelayaran rakyat. Selain itu, kesadaran maritim bangsa Indonesia juga harus dibangun.
TNI AL, kata Marsetio, terus melaksanakan diplomasi maritim. TNI AL rutin ikut serta dalam Rimpac Exercise di Hawaii (AS), Kakadu Exercise di Darwin (Australia), serta pelaksanaan Komodo Exercise di Indonesia.
”Tahun 2020, dalam rangka 75 tahun kemerdekaan Indonesia, ada rencana pelaksanaan fleet review pada bulan Agustus dengan mengundang peserta Rimpac,” kata Marsetio.
Investasi SDM
Kepala Staf TNI AL Laksamana Siwi Sukma Adji dalam amanat yang disampaikan Wakil KSAL Laksamana Muda Mintoro Yulianto, mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, bahwa pertahanan adalah investasi. Dalam pertahanan, pendidikan seperti Sesko TNI AL merupakan investasi dalam bidang sumber daya manusia.
Kemarin, sebanyak 150 perwira menengah diwisuda, yang terdiri dari 138 perwira menengah TNI AL, masing-masing 2 perwira menengah dari TNI AD dan TNI AU, serta 8 perwira menengah dari Singapura, Jepang, India, Republik Korea, Malaysia, Pakistan, Australia, dan Thailand.
Sementara itu, Menhan Prabowo Subianto kemarin melakukan kunjungan kehormatan kepada Menhan Malaysia YB Tuan Haji Mohamad bin Sabu di kantor Kementerian Pertahanan Malaysia di Kuala Lumpur. Kunjungan ini menjadi lawatan resmi perdana Prabowo ke negara tetangga sejak dilantik sebagai Menhan.
”Hari ini saya melaksanakan kunjungan resmi pertama sebagai Menhan, dan yang pertama saya kunjungi adalah Malaysia,” kata Prabowo dalam keterangan persnya.
Dalam pertemuan bilateral dengan Menhan Malaysia, Prabowo mengungkapkan banyak kesamaan pandangan dan pemikiran di antara kedua negara. Hal itu akan menjadi modal yang kuat bagi kedua negara dalam upaya meningkatkan kerja sama pertahanan, terutama dalam bidang pendidikan dan latihan serta industri pertahanan.