Terpilihnya AHY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat menyimbolkan berjalannya regenerasi kepemimpinan dari pemimpin tua ke pemimpin lebih muda. Di sisi lain, elite parpol di Tanah Air cenderung tak mengalami sirkulasi.
Oleh
RINI KUSTIASIH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kaderisasi menjadi salah satu tugas pelembagaan politik yang kerap belum bisa dilakukan secara optimal oleh partai politik. Di internal partai politik, minimnya kaderisasi itu antara lain tergambar dari tidak terjadinya sirkulasi elite politik.
Pada Minggu (15/3/2020), Agus Harimurti Yudhoyono terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dalam Kongres V Partai Demokrat. Agus yang merupakan putra sulung Presiden Ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono, memperoleh dukungan bulat dari 34 dewan pimpinan daerah (DPD) dan 514 dewan pimpinan cabang (DPC) Partai Demokrat seluruh Indonesia. Ia merupakan salah satu pemimpin parpol berusia muda di Tanah Air.
Peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Syarif Hidayat, di Jakarta, Senin (16/3/2020), mengatakan, terpilihnya Agus dalam Kongres Partai Demokrat menunjukkan dua sisi pemaknaan. Pertama, terpilihnya Agus atau AHY yang berusia 41 tahun menyimbolkan berjalannya regenerasi atau pergantian tampuk kepemimpinan dari pemimpin tua ke pemimpin yang lebih muda sehingga harapannya bisa membawa optimisme dan semangat baru bagi partai.
Di sisi lain, terpilihnya AHY juga menunjukkan seolah-olah makin melekatkan politik dinasti sebagai salah satu persoalan dalam internal parpol maupun politik Indonesia secara umum.
”Boleh jadi tren pemimpin muda ini akan diikuti parpol lain, tetapi dengan melihat kondisi internal masing-masing. Misalnya, di PDI-P ada Puan Maharani, yang juga kebetulan putri Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum PDI-P). Namun, apakah itu akan jadi tren regenerasi yang akan ditiru seluruh parpol sangat bergantung pada kompetensi masing-masing kader di internal parpol,” katanya.
Sepanjang berlangsung dengan mekanisme yang sesuai aturan di internal parpol, terpilihnya AHY adalah suatu peristiwa politik yang biasa. Menurut Syarif, di luar fakta bahwa AHY adalah putra Yudhoyono, dia sedari awal terlihat dipersiapkan oleh parpol menjadi pemimpin masa depan. AHY antara lain pernah mengikuti Pilkada DKI Jakarta, 2017. Sekalipun tidak memenangi kontestasi tersebut, setidaknya publik mengetahui kompetensi AHY.
”Sebagai kader, tentu AHY berhak mencalonkan diri. Sebab, selama ini ia juga terlibat aktif dengan partai dan telah dipersiapkan partai untuk menjadi pemimpin masa depan. Hanya mungkin mekanisme keterpilihannya yang merupakan calon tunggal menjadi pertanyaan,” katanya.
Di sisi lain, partai politik di Tanah Air umumnya cenderung tidak mengalami sirkulasi elite politik yang baik. Akibatnya, calon yang muncul ”itu-itu” saja. Menurut Syarif, sirkulasi elite tidak terjadi karena praktik oligarki di tubuh parpol, Praktik itu menghilangkan kesempatan bagi kader lain untuk muncul lantaran yang bisa berkesempatan mendapatkan promosi ialah mereka yang ada di lingkungan atau sekeliling pimpinan partai.
”Kecenderungannya, parpol kini tidak berfungsi sebagai infrastruktur politik, melainkan seperti perusahaan sehingga seolah-olah ada yang memiliki partai itu. Partai sangat ditentukan oleh siapa pemilik perusahaan politiknya dan siapa pemilik modal paling besar di parpol itu. Pemilik modal paling besar akan mendapatkan keuntungan paling besar pula,” tutur Syarif.
Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, Nachrowi Ramli, mengatakan, Agus Yudhoyono memang telah dipersiapkan untuk menjadi pimpinan masa depan Demokrat. Ia dinilai memiliki banyak pengalaman memimpin, baik ketika menjadi prajurit TNI Angkatan Darat maupun ketika terjun menjadi kader Demokrat dalam tiga tahun terakhir.
”Dalam setahun terakhir, ia menjabat Wakil Ketua Umum Demokrat sehingga sudah pasti mengetahui apa-apa saja yang menjadi tugas dan kewajiban seorang ketua umum partai. Dari pengalamannya selama ini, kami yakin regenerasi ini akan menjadi spirit baru bagi partai,” katanya.
Terpilihnya AHY pun telah melalui mekanisme internal partai yang diatur oleh anggaran dasar/anggaran rumah tangga serta diputuskan dalam tata tertib persidangan kongres. ”Tidak ada calon lain yang memenuhi dukungan minimal 35 persen dari pemilik suara sehingga hanya AHY yang memenuhi syarat untuk maju. Dengan putusan bulat, perwakilan dari daerah-daerah mendukung AHY menjadi ketua umum sehingga ia secara aklamasi ditetapkan sebagai ketua umum,” kata Nachrowi.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, menyambut baik dan mengucapkan selamat atas terpilihnya AHY dalam Kongres Partai Demokrat yang berjalan sesuai dengan mekanisme di internal partai.