logo Kompas.id
Politik & HukumKritik lewat Humor Itu Dinilai...
Iklan

Kritik lewat Humor Itu Dinilai Lebih Sehat

Pasca-pemanggilan Ismail di Maluku Utara, polisi diminta tidak terlalu sensitif. Kritik melalui lelucon atau guyonan kepada otoritas atau pemegang kekuasaan justru menunjukkan sehatnya pelaksanaan demokrasi.

Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/wYnNga971HghDvzeCtVV6A-e6xE=/1024x1024/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2Fe86b7390-90c9-4091-8144-2c1ef00db52e_jpg.jpg
Kompas

Tangkapan layar unggahan Ismail Ahmad (41), warga Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara, di Facebook pada Jumat (12/6/2020). Di kantor polisi, ia membacakan permintaan maaf lantaran mengunggah guyonan Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid.

JAKARTA, KOMPAS — Kritik melalui lelucon atau guyonan kepada otoritas atau pemegang kekuasaan justru lebih sehat dalam demokrasi. Terlebih dalam situasi pandemi, aparat pemerintahan ataupun aparat penegak hukum diharapkan justru lebih dewasa  merespons keresahan masyarakat.

Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito, ketika dihubungi, Jumat (19/6/2020) dari Jakarta, mengatakan, unggahan lelucon dari Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid tentang polisi mesti dipahami sebagai ekspresi keresahan masyarakat. Dalam konteks demokrasi, kritik yang disampaikan melalui lelucon atau guyonan justru lebih baik dibandingkan, semisal, dengan kekerasan.

Editor:
suhartono
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000