Tertangkapnya Edhy Prabowo mengubah konstelasi politik internal Partai Gerindra. Sebelumnya, Edhy yang merupakan anak ideologis Prabowo Subianto diharapkan bisa melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan partai tersebut.
Oleh
Edna C Pattisina
·4 menit baca
Di Partai Gerindra, Edhy Prabowo disebut sebagai anak ideologis Prabowo Subianto. Tidak saja latar belakang mereka yang sama, yakni sama-sama berasal dari Akademi Militer, Magelang, tetapi Edhy bisa dikatakan sahabat Prabowo pada saat-saat susah. Garis pemikiran yang nasionalis serta idealisme Prabowo untuk Indonesia terus ditransfer kepada Edhy.
Cerita berawal di Akademi Militer, Magelang, saat insiden perploncoan antara kakak-kakak kelas dan adik kelas berakibat fatal. Di sela-sela perjalanan kampanye Pilpres 2014 beberapa waktu lalu, Edhy bercerita, walau ia bukan pelaku bahkan tidak ada di tempat saat kejadian, sebagai pengurus di angkatan Akmil 91, ia harus bertanggung jawab. Saat itu, belasan siswa diturunkan kelasnya. Beberapa dikeluarkan, termasuk Edhy yang baru memasuki tahun kedua.
Banyak teman yang tadinya mendekati menantu Presiden Suharto ini dengan berbagai kepentingan, meninggalkannya setelah lengsernya Soeharto dari tampuk kekuasaan. Di sini, loyalitas Edhy terbukti dan tak tergoyahkan bertahun-tahun kemudian. Prabowo tidak akan melupakannya.
Tidak jelas alasannya, Edhy lalu menghadap Prabowo yang saat itu masih Letkol TNI AD aktif. Prabowo lalu memberikan Edhy pekerjaan dan biaya untuk sekolah. Pria yang lahir di Muara Enim, Sumatera Selatan, 24 Desember 1972 ini kemudian lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Prof Dr Moestopo pada 1997.
Di atas itu semua, kedekatan Edhy dengan Prabowo teruji selama Prabowo dikucilkan publik pasca-Reformasi 1998. Prabowo, yang bisa dikatakan jajaran teratas elite Orde Baru, harus menghadapi tudingan berbagai pihak, termasuk dari TNI yang dicintainya. Banyak teman, yang tadinya mendekati menantu Presiden Soeharto ini dengan berbagai kepentingan, meninggalkannya setelah lengsernya Soeharto dari tampuk kekuasaan. Di sini, loyalitas Edhy terbukti dan tak tergoyahkan bertahun-tahun kemudian. Prabowo tidak akan melupakannya.
Edhy bercerita, ada saat-saat di mana Prabowo hanya sendiri. Pada saat-saat seperti inilah, Edhy menunjukkan kesetiaannya. Edhy yang tadinya menjadi orang yang ”dibantu”, perlahan menjadi sahabat yang setia dan sehati. Ia menemani Prabowo melanglang buana. ”Saya yang menyetrika baju bapak waktu di Jordania. Masak tega saya lihat Pak Prabowo menyetrika bajunya sendiri,” kata Edhy.
Tentang Edhy, Prabowo pernah berkomentar lewat ajudannya, Rizky Irmansyah, di Instagram tahun 2019. ”Edhy itu orang hebat, ia setia pada pimpinannya sejak dulu hingga saat ini. Masih belum berubah sampai sekarang. Siapa yang menyangka dulu dia adalah ajudan saya, sopir saya, tukang pijit saya, tukang masak saya, tukang cuci baju saya, tukang bersih-bersih rumah saya, dan mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga, tapi saat ini ia duduk sejajar dengan jabatan yang dengan saya, sama sama sebagai menteri,” tulis akun @rizky_irmansyah.
Bertahun-tahun bekerja sama, Edhy bisa dikatakan sebagai ring satu Prabowo. Walaupun belakangan ada banyak sosok lain, waktu dan berbagai penderitaan telah menguji persahabatan keduanya.
Edhy tidak hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia menjadi orang kepercayaan Prabowo. Ketika Prabowo tidak bisa masuk ke Amerika, sementara anak dan istrinya ada di Amerika, ketika ada keperluan, Edhy yang diutus Prabowo.
Bertahun-tahun bekerja sama, Edhy bisa dikatakan sebagai ring satu Prabowo. Walaupun belakangan ada banyak sosok lain, waktu dan berbagai penderitaan telah menguji persahabatan keduanya. Edhy juga ikut ketika Prabowo mendirikan Partai Gerindra. Setelah Pilpres 2019, Edhy juga menemani Prabowo ketika naik MRT bersama Presiden Joko Widodo.
Dengan latar ini, tidak heran Edhy Prabowo yang menjadi wakil dari Gerindra di jajaran kementerian. Sebelum bursa menteri, Edhy dalam perbincangan pernah mengatakan, ia lebih mengerti tentang pertanian. Dengan antusias Edhy bercerita tentang impiannya menyejahterakan petani, terutama dari mafia-mafia.
Sebagai anggota DPR yang mengawasi pertanian bertahun-tahun, jam terbangnya telah cukup. Hal ini tentunya berbeda dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang merupakan bidang baru baginya.
Edhy mengalami prahara. Merujuk perjalanan hubungannya dengan Prabowo, kesetiakawanan tidak akan meninggalkan keduanya. Namun, kesalahan tentu berujung pada tanggung jawab dan ini tentunya juga menjadi prinsip Edhy dan Prabowo yang pernah mengecap pendidikan di Bukit Tidar.
Sebagai anak ideologis, Edhy Prabowo diharapkan bisa memegang tongkat estafet kepemimpinan Partai Gerindra. Kasus ini menyebabkan konstelasi berubah.
Masalahnya tentu tidak sederhana. Sebagai anak ideologis, Edhy diharapkan bisa memegang tongkat estafet kepemimpinan Partai Gerindra. Namun, peristiwa penangkapan Edhy oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada Rabu (25/11/2020) dini hari membuat semua berubah. Konstelasi politik internal partai berubah. Apalagi, keluarga Djojohadikusumo terlihat kian mundur ke belakang layar Partai Gerindra.
Sosok-sosok seperti Sufmi Dasco Ahmad, Ketua Harian yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, dan Sugiono, Wakil Ketua Harian DPP Partai Gerindra, kini menjadi wakil Gerindra di DPR menanggung beban berat partai di masa depan.
Selain itu, juga masih ada Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, dan Ahmad Muzani, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, yang tentunya diharapkan perannya di masa depan partai.
”Kita menanam dan merawat sebuah benih hingga ia tumbuh kokoh memberi keteduhan kepada sesamanya, tidak patah walau diterpa angin dan akan selalu tumbuh walaupun ditebang,” kata Prabowo.
Dan kalau memang Edhy terbukti bersalah, ditunggu Prabowo untuk mengantar sendiri Edhy ke penjara sesuai janjinya dalam debat Calon Presiden 2019.