”Operasi Militer” Bernama Penanganan Pandemi Covid-19
Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa keberhasilan dalam menangani pandemi Covid-19 tidak terlepas dari peran besar TNI yang pada Selasa (5/10/2021) ini genap berusia 76 tahun.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono, Nina Susilo, Mawar Kusuma Wulan
·5 menit baca
”Para prajurit TNI yang saya banggakan, sampai dengan hari ini kita masih berada dalam bayang-bayang pandemi Covid-19. Bila diibaratkan sebagai perang, melawan virus Covid-19 saat ini seperti dalam perang yang berlarut-larut,” kata Presiden Joko Widodo saat memberikan amanatnya selaku inspektur upacara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-76 TNI di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (5/10/2021).
Perang melawan virus Covid-19, menurut Presiden Jokowi, sangat menguras tenaga, pikiran, mental, dan semangat juang. Perang melawan Covid-19 membutuhkan kewaspadaan, kecepatan, sinergi, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keberhasilan dalam menangani pandemi Covid-19 dinilai tidak terlepas dari peran besar TNI.
”TNI yang selalu menunjukkan profesionalisme dalam setiap penugasan. Kemampuan perorangan, kemampuan satuan, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk alutsista, telah digunakan dan dikerahkan dalam menunaikan setiap tugas yang diberikan,” ujar Presiden Jokowi dalam kesempatan tersebut.
Di titik ini, kewaspadaan dan semangat tak kenal lelah dalam perjuangan melawan Covid-19 yang diibaratkan perang berlarut-larut ini tentu perlu menjadi perhatian serius dari semua pihak. Sejak 500 tahun sebelum Masehi, penulis falsafah perang Sun Tzu pun telah mengingatkan bahwa belum pernah ada satu negara pun yang mendapatkan keuntungan dari perang yang berlarut-larut.
Sejauh ini, TNI menjadi salah satu ujung tombak penanganan Covid-19 bersama Kementerian Kesehatan serta pemerintah daerah dan jajarannya. RS Darurat Wisma Atlet Jakarta dan RS Lapangan Indrapura, misalnya, beroperasi atas kerja sama TNI dan banyak pihak.
Dalam laporan Letkol CKM Krisna Murti, SpBS dari RS Lapangan Indrapura Surabaya saat berinteraksi secara virtual dengan Presiden Jokowi pada peringatan HUT Ke-76 TNI, disampaikan bahwa rumah sakit tersebut telah merawat 10.562 pasien positif Covid-19. Di rumah sakit tersebut, selain 61 personel TNI-Polri, juga bertugas 8 personel dari RSUD Dr Soetomo, 9 orang dari Dinas Kesehatan Jawa Timur, serta 224 orang dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur dan sukarelawan. Namun, saat ini sudah tidak ada pasien yang dirawat.
Sementara itu, di kawasan perbatasan dengan Malaysia, Komandan Satuan Tugas (Satgas) Pengamanan Yonif Mekanis 643/Wanarasakti Letnan Kolonel Inf Hendro Wicaksono menuturkan pasukannya bertugas mengamankan jalur-jalur tidak resmi di sekitar Entikong. Di masa pandemi, satgas ini juga membantu para pekerja migran Indonesia (PMI) yang melintasi pos lintas batas negara. Tes usap, pendataan, karantina, sampai pengembalian PMI dilakukan bekerja sama dengan BNP2TKI.
Dalam dialog produktif, Selasa (5/10/2021) siang, bertajuk ”Belajar Protokol Kesehatan dari PON XX Papua”, Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Brigadir TNI (Purn) Alexander K Ginting menyampaikan Indonesia baru pulih dari lonjakan kedua Covid-19. Saat ini Papua dan Maluku berada di PPKM level 2.
”Artinya, kita masih dalam situasi pandemi. Namun, kita berani melakukan Pekan Olahraga Nasional sesuai dengan protokol yang sudah ditetapkan. Memang ini taruhan yang harus kita jalankan karena pemulihan kesehatan juga harus diikuti dengan pemulihan ekonomi. Pemulihan ekonomi juga harus diikuti dengan pemulihan sosial, budaya, dan sebagainya,” kata Alexander.
Menurut Alexander, hal yang penting adalah aspek pengawasan dan monitoring. Selain itu, masyarakat, panitia, dan pemerintah bersama-sama menjaga agar PON tidak menjadi episentrum Covid-19. Gerakan vaksinasi adalah hal penting. Demikian pula gerakan mengenakan masker mesti disukseskan.
Meskipun perkembangan kasus Covid-19 telah menunjukkan perbaikan yang signifikan, pemerintah memutuskan akan terus memperpanjang kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di seluruh wilayah Indonesia hingga pandemi berakhir. Perlawanan terhadap pandemi ini diibaratkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan seperti layaknya ”operasi militer”.
”Saya sebagai mantan militer menyampaikan operasi militer pun selalu melakukan perubahan-perubahan untuk tidak dibaca musuh gerakan-gerakan kita. Itu sebabnya kenapa kita bisa cepat melakukan perbaikan-perbaikan di Indonesia,” kata Luhut yang juga Koordinator PPKM di Jawa-Bali dalam keterangan pers tentang PPKM seusai rapat terbatas evaluasi PPKM yang dipimpin Presiden Jokowi, Senin (13/9/2021).
Menurut Luhut, pemerintah akan terus memberlakukan PPKM sebagai alat untuk memonitor perkembangan kasus Covid-19. Sejak Senin, 13 September 2021, cakupan vaksinasi juga ditambahkan sebagai indikator PPKM.
”Mungkin hal ini sering dibaca sebagai kebijakan berubah-ubah, sebagai kebijakan tidak konsisten. Justru inilah yang harus kita lakukan untuk menemukan keseimbangan terbaik antara kepentingan kesehatan dan kepentingan perekonomian masyarakat. (Oleh) karena virusnya selalu berubah-ubah, bermutasi, penanganannya pun harus berubah sesuai tantangannya,” ujar Luhut.
Strategi PPKM yang diterapkan dalam penanganan pandemi Covid-19, menurut Luhut, banyak dipelajarinya dari pengalaman karier di dunia militer. Setiap strategi yang disusun untuk kebijakan publik harus dilakukan secara bertahap, bertingkat, dan berlanjut.
”Saya berharap seluruh masyarakat Indonesia bisa membantu kami dengan lebih disiplin lagi menerapkan protokol kesehatan dan mengikuti vaksinasi agar kehidupan dan aktivitas kita bisa normal kembali seperti sedia kala,” kata Luhut.
Amanat Jenderal Sudirman
Kilas balik ke belakang, melalui amanatnya yang disampaikan di Yogyakarta pada 5 Oktober 1947 dalam rangka memperingati dua tahun usia Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI), Panglima Besar Jenderal Sudirman menyampaikan amanat berjudul ”Sanggup Mempertahankan Kedaulatan dan Kemerdekaan”.
”Sungguh jarang terdapat dalam sejarah dunia bahwa suatu negara dapat membentuk Angkatan Perang sambil berperang, sambil bertempur, sambil bertahan diri, tetapi hal ini telah kita buktikan bersama. Ini semua adalah berkat keuletan, berkat ketabahan hati dan berkat seluruh anggota Angkatan Perang kita,” kata Jenderal Sudirman dalam amanatnya yang ditujukan kepada seluruh anggota APRI serta rakyat Indonesia.
Kutipan amanat tersebut terabadikan dalam buku Wawasan Kejuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman. Buku ini disiapkan oleh Pusat Pembinaan Mental ABRI dan diterbitkan Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman, dengan cetakan pertamanya pada tahun 1992.
Dalam menghadapi keadaan apa pun, jangan lengah, sebab kelengahan menimbulkan kelemahan, dan kelemahan menimbulkan kekalahan, sedangkan kekalahan menimbulkan penderitaan. (Jenderal Sudirman)
Saat ini, di tengah pandemi Covid-19 yang menuntut kewaspadaan, kita patut pula kembali mengingat amanat Panglima Besar Jenderal Sudirman yang diumumkan melalui Order Harian Pangsar tertanggal 4 Oktober 1949 di Yogyakarta. ”Dalam menghadapi keadaan apa pun, jangan lengah, sebab kelengahan menimbulkan kelemahan, dan kelemahan menimbulkan kekalahan, sedangkan kekalahan menimbulkan penderitaan,” kata Panglima Besar Jenderal Sudirman kala itu.
Sama seperti saat ini, ketika kasus Covid-19 melandai, kita semua dituntut tetap waspada, tidak lengah, pun jangan euforia berlebihan. Kita tidak boleh kalah dalam perjuangan melawan Covid-19. Kelengahan dalam menjalankan protokol kesehatan dapat memicu terjadinya penularan.
Kondisi akan menjadi fatal apabila penularan ini tidak terkendali. Alhasil, semangat pantang menyerah dan jangan lengah kiranya menjadi bekal berharga bagi kita semua dalam berjuang agar selamat melintasi pandemi Covid-19.