Kehadiran Megawati di Istana Negara seakan menepis kerenggangan hubungannya dengan Presiden Joko Widodo. Keduanya bertemu dan berbincang empat mata sambil menunggu pelantikan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.
Oleh
NINA SUSILO, MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
Presiden kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, hadir di Istana Negara, Jakarta, Selasa (7/6/2022) siang. Presiden Joko Widodo pun menyambut Megawati yang berbaju kurung berwarna dasar putih dengan motif bunga-bunga merah, bawahan merah, serta selendang berwarna senada.
Setelah itu, Presiden mempersilakan Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu duduk di ruang tunggu. Megawati yang berjalan di sampingnya kemudian duduk di salah satu ruang tunggu Istana Negara. Presiden Jokowi menemaninya. Kehadiran Megawati kali ini untuk mengikuti pelantikan perpanjangannya sebagai Ketua Dewan Pengarah BPIP. Keduanya kemudian berbincang. Pertemuan berlangsung sekitar 20 menit sebelum pelantikan Dewan Pengarah serta Kepala dan Wakil Kepala BPIP oleh Presiden Jokowi.
Dalam foto dan video yang diunggah di Whatsapp grup wartawan Istana dan Youtube Sekretariat Presiden, terlihat Megawati berbincang serius dengan Presiden Jokowi. Pembicaraan empat mata kemudian berakhir setelah anggota Dewan Pengarah BPIP, Try Sutrisno bergabung. Tak lama kemudian, mereka keluar bersama diikuti Sekretaris Kabinet Pramono Anung yang menunggu di depan ruang tunggu. Wajah Megawati dan Presiden Jokowi tampak lebih santai.
Deputi Bidang Protokol Pers dan Media Sekretariat Presiden Kementerian Sekretariat Negara, Bey T Machmudin, yang ditanya pers menolak bahwa pertemuan tersebut terkait dengan isu politik kerenggangan relasi keduanya yang terjadi belakangan ini.
Presiden mengatakan, besok Rabu pagi akan kunjungan kerja terlebih dahulu ke kawasan industri terpadu di Batang, Jawa Tengah. Siangnya, Presiden baru kembali ke Jakarta menghadiri peresmian Masjid At-Taufiq di kantor PDI-P di Lenteng Agung. Sorenya, Presiden melanjutkan kunjungan kerja lagi ke Kendari.
”Presiden mengatakan, besok Rabu pagi akan kunjungan kerja terlebih dahulu ke kawasan industri terpadu di Batang, Jawa Tengah. Siangnya, Presiden baru kembali ke Jakarta menghadiri peresmian Masjid At-Taufiq di kantor PDI-P di Lenteng Agung. Sorenya, Presiden melanjutkan kunjungan kerja lagi ke Kendari,” ujar Bey saat dihubungi, Selasa malam.
Penyebab kerenggangan
Sebelumnya, seorang pejabat menceritakan bahwa hubungan antara Megawati dan Presiden Jokowi sempat terjadi kerenggangan. Kerenggangan keduanya antara lain terlihat ketika Megawati tidak mau menghadiri undangan pernikahan adik perempuan Jokowi dengan Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman di Solo pada Kamis (26/6/2022) lalu. Megawati juga disebutkan menolak hadir di acara Hari Pancasila 1 Juni lalu di Ende, Nusa Tenggara Timur. Bahkan, undangan zoom peringatan acara Hari Pancasila pun disebut-sebut ditampik Megawati.
Usut punya usut, infonya, kerenggangan itu muncul setelah kalimat bersayap dilontarkan Jokowi saat menghadiri Rapat Kerja Nasional Relawan Pro Jokowi (Projo) di Magelang 21 Mei lalu dianggap berbeda dengan kecenderungan PDI-P. Presiden meminta pendukungnya tidak terburu-buru dalam menentukan pilihan calon untuk kontestasi Pemilu Presiden 2024. ”Ojo kesusu sik, jangan tergesa-gesa. Meskipun mungkin yang kita dukung ada di sini,” katanya.
Saat itu, rakernas dihadiri juga Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, yang namanya selalu muncul dalam survei Pemilu Presiden. Karenanya, para relawan pendukung Jokowi pun menanggapi pernyataan ini sebagai ”kode keras”. Sementara PDI-P saat ini lebih cenderung menggadang-gadang Puan Maharani sebagai calon Presiden.
“(Beliau) Hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala, ketika saya menyampaikan berbagai ’gorengan isu’ tentang hubungan kedua pemimpin, Bu Megawati dan Pak Jokowi.”
Menanggapi isu tersebut, Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan, Megawati hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala. ”(Beliau) Hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala ketika saya menyampaikan berbagai ’gorengan isu’ tentang hubungan kedua pemimpin, Bu Megawati dan Pak Jokowi,” kata Hasto Kristiyanto, dalam keterangan tertulisnya, Selasa sore.
Ia juga menambahkan, bersama Pramono Anung, mereka menyaksikan pembicaraan yang akrab dan santai antara Megawati dan Presiden Jokowi sebelum dan setelah pelantikan BPIP.
Menurut Hasto, relasi Megawati dan Presiden Jokowi selama ini sangat akrab. Sebelum dan sesudah pelantikan Dewan Pengarah, Kepala, dan Wakil Kepala BPIP periode 2022-2027, keduanya berbicara akrab penuh kegembiraan.
Berbagai isu yang merebak tentang hubungan Presiden Jokowi dan Megawati, tambah Hasto, sering dikeluarkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Setelah acara pelantikan pun, menurut Hasto, Presiden Jokowi dan Megawati tampak berbicara empat mata. ”Dan pada saat menuju mobil Pak Jokowi menggandeng tangan Bu Mega,” kata Hasto.
Periodik bertemu
Menurut Hasto, banyak yang tidak tahu bahwa Megawati dan Presiden Jokowi secara periodik berbicara intens membahas persoalan bangsa dan negara. Semua dilakukan tertutup dalam suasana khusus agar mengalir gagasan jernih, mendalam, karena terkait masa depan bangsa dan negara. Hubungan mereka disebut mendalam, dipandu oleh kesesuaian tentang arah masa depan bangsa dan dilandasi hubungan batin yang kuat.
”Bagi yang biasa menabuh genderang politik, biasanya yang ada hanya akal politik, karena itulah tidak mampu melihat kedekatan dalam suasana batin.”
”Bagi yang biasa menabuh genderang politik, biasanya yang ada hanya akal politik, karena itulah tidak mampu melihat kedekatan dalam suasana batin,” kata Hasto.
Terkait Pemilu 2024, Hasto menambahkan, PDI-P terus berkonsolidasi setiap hari. Urusan pencalonan presiden dan calon wakil presiden tetap ada di tangan Megawati. Semua kader diajak mengedepankan disiplin dan jangan terbawa arus. Jalan terbaik memenangi pemilu adalah turun ke bawah. ”PDI-P tidak akan terseret arus. Para kader jangan ikut-ikutan dansa politik. Fokus tunggal, bergerak ke bawah,” kata Hasto.