Dan Istana Merdeka Pun ”Digoyang” Dangdut Koplo
Para menteri asyik berjoget mengikuti irama lagu ”Ojo Dibandingke” yang didendangkan penyanyi cilik Farel Prayoga dalam upacara peringatan HUT Ke-77 RI di Istana Merdeka.
Upacara peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI yang berlangsung khidmat tiba-tiba berubah heboh saat penyanyi cilik Farel Prayoga berjalan ke panggung utama di halaman depan Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (17/8/2022). Riuh para hadir bertepuk tangan saat putra asal Banyuwangi, Jawa Timur, itu mulai menyanyikan lagu berirama dangdut koplo berjudul ”Ojo Dibandingke”.
Presiden Joko Widodo terus menebar senyum lebar melihat kehadiran Farel. Ia, bahkan, sampai berdiri dari tempat duduknya saat mendengar Farel mulai mendendangkan lagu yang pertama kali dipopulerkan oleh Denny Caknan dan Abah Lala tersebut.
Sorak sorai para hadir terus menggema, terutama saat mendengar Farel menggubah penggalan lirik lagu ”Di hati ini hanya ada kamu” menjadi ”Di hati ini hanya ada Pak Jokowi”. Presiden yang mengenakan pakaian adat Buton, Sulawesi Tenggara, ikut terbahak mendengar syair gubahan Farel.
Tamu undangan, dari masyarakat umum hingga para menteri dan pejabat, larut dalam irama musik. Mereka pun turut bergoyang, tak terkecuali Ibu Negara Iriana. Dari tempat duduknya, Iriana menggoyangkan bahu dan kedua tangannya mengikuti irama musik dangdut. Tiga Kepala Staf TNI beserta pasangan masing-masing sampai berdiri dan berjoget mengikuti irama musik yang mengiringi Farel.
Saking serunya, sampai-sampai beberapa tamu undangan meminta Farel menyanyikan satu lagu lagi. Presiden Jokowi sempat meminta Farel menyanyikan lagu dangdut koplo berjudul ”Joko Tingkir” yang memang sedang populer di kalangan masyarakat pencinta lagu dangdut. Namun Farel yang awalnya menyanggupi, akhirnya urung menyanyikan lagu ”Joko Tingkir”. Penyanyi berusia 12 tahun itu kemudian kembali mendendangkan lagu ”Ojo Dibandingke”.
Meski lagunya diulang, peserta upacara seolah lupa dengan upacara kenegaraan yang belum berakhir. Para menteri Kabinet Indonesia Maju, bahkan, segera turun dari tribune dan ikut bergoyang. Dari Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah; Menteri Keuangan Sri Mulyani; Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim; hingga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bergoyang di dekat Farel.
Menteri lain, seperti Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir; Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki; Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly; Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyar Basuki Hadimuljono; dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita tak ketinggalan berjoget. Begitu pula Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo juga turut bergoyang. Sementara Presiden Jokowi tetap berada di tempat duduknya dan menyaksikan para menterinya asyik bergoyang.
Lagu yang sesungguhnya menyayat karena menceritakan seseorang yang merasa gagal dalam percintaan karena dibandingkan dengan sosok yang lebih baik itu sukses menggoyang peserta upacara 17-an. Menhan Prabowo menuturkan, ini adalah kali pertama dia berjoget di Istana Kepresidenan. ”Iya, pertama kali di Istana.” Ketika ditanya tentang bagaimana rasanya berjoget di depan Presiden Jokowi, Prabowo pun tertawa. ”Beliau (Presiden) izinkan,” tambahnya sambil tertawa terbahak.
Farel merupakan penyanyi cilik yang mulai terkenal saat meng-cover lagu ”Ojo Dibandingke”. Ia merupakan siswa kelas VI sebuah SD di Banyuwangi.
Saat geladi bersih sebelum gelaran upacara, Presiden Jokowi sempat bertemu dengan Farel dan menanyakan mengenai sekolahnya. Saat itu, Presiden memberikan pesan, ”Anu lho, ya, nyanyi boleh, tapi jangan lupa belajar, jangan lupa juga sekolah terus sampai setinggi-tingginya. Pesen Pak Jokowi itu aja.”
Farel yang mengatakan ingin menjadi penyanyi sukses pun menjawab, ”Siap-siap.”
Lebih meriah
Peringatan Detik-detik Kemerdekaan RI tahun ini memang lebih meriah dibanding tahun sebelumnya. Setelah dua tahun absen, akhirnya masyarakat umum kembali diperbolehkan hadir mengikuti upacara langsung di halaman depan Istana Merdeka. Setidaknya 2.000 warga hadir di Istana Kepresidenan Jakarta sebagai tamu undangan. Mereka menempati tribune di sisi kanan Istana Merdeka.
Masyarakat juga antusias mengikuti upacara di Istana Merdeka. Sejak pagi, warga yang mayoritas mengenakan busana adat berdatangan melalui beberapa pintu gerbang Istana Kepresidenan. Salah satunya Soridatul Bahiyah (26), warga Cibuaya, Karawang, Jawa Barat. ”Pengin merasakan kayak gini, indahnya. Pengin ketemu Pak Jokowi, kalau bisa. Saya dari Karawang. Jam 01.00 dini hari berangkat naik mobil, langsung ke Istiqlal baru ke sini. Sama suami, suami enggak dapat undangan,” tuturnya.
Perjalanan jauh demi menjadi peserta upacara di Istana Merdeka juga dilakoni oleh Meike Lasut. Dari Sulawesi Utara, ia terbang dan menginap di sebuah hotel di Jakarta demi menghadiri undangan upacara. ”Ini sudah kedua kali. Pertama 25 tahun lalu dan tahun ini,” tambahnya.
Antusiasme warga yang hadir di Istana Merdeka juga disambut oleh kemeriahan perayaan kemerdekaan. Istana menyuguhkan beragam hiburan dari sejumlah titik pintu masuk menuju lokasi upacara. Di pintu Istana Negara yang menghadap ke Jalan Veteran, misalnya, pengunjung disuguhi hiburan dari panggung campursari asal Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Salah satu penyanyi campursari yang hadir di panggung adalah Dhimas Tedjo.
Tradisi kirab budaya juga kembali hadir pada peringatan HUT ke-77 RI setelah dua tahun absen. Prosesi kirab budaya diawali dengan penyerahan duplikat bendera Merah Putih dan naskah asli teks proklamasi yang disimpan di ruang kemerdekaan Monumen Nasional (Monas) oleh Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono kepada Tim Purna Paskibraka Duta Pancasila.
Baca juga : Kirab Budaya Akhiri Upacara Penurunan Merah Putih di Istana
Duplikat bendera Merah Putih dibawa oleh Irene Odelia Astono yang merupakan Purna Paskibraka Tahun 2021 dari Kalimantan Barat. Sedangkan naskah asli teks proklamasi dibawa oleh Qyara Maharani Putri, yang merupakan Purna Paskibraka Tahun 2021 dari Provinsi Jawa Barat. Keduanya menuju Istana Merdeka dengan menggunakan Kereta Kencana Ki Jaga Raksa, diiringi oleh pasukan marching band TNI-Polri, Pasukan Satria Nusantara dari Paspampres, Pasukan Berkebaya Pertiwi Indonesia, Perwakilan Raja-Raja Nusantara dari 34 Provinsi di seluruh Indonesia, serta perwakilan pelajar SMP dan SMA yang juga berpakaian adat Nusantara.
Setibanya di Istana Merdeka Jakarta, keduanya kemudian menyerahkan duplikat bendera Merah Putih dan naskah asli Teks Proklamasi untuk diletakkan di meja mimbar kehormatan.
Tak hanya itu, rangkaian peringatan HUT ke-77 RI juga dimeriahkan oleh berbagai pertunjukan seni dan budaya. Mulai dari persembahan lagu-lagu daerah, Tari Reog Ponorogo dari Provinsi Jawa Timur, hingga Tari Lumense dari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Atraksi pesawat tempur
Selain pertunjukan seni dan budaya, peringatan kemerdekaan tahun ini juga dimeriahkan dengan atraksi para prajurit TNI AU bermanuver menggunakan pesawat tempur F-16 membentuk formasi angka 77. Sesaat sebelum melintas di langit Istana Merdeka, salah satu pilot pesawat tempur tersebut memberikan ucapan selamat HUT ke-77 Kemerdekaan RI.
Baca juga : Reportase Langsung Kemeriahan HUT Ke-77 RI
Helikopter gabungan TNI-Polri juga melintas sembari mengibarkan Bendera Merah Putih raksasa di langit Jakarta. Pengibaran bendera juga dilakukan di 77 lokasi perairan Nusantara dari Sabang hingga Merauke. Pengibaran tersebut antara lain dilakukan di Pulau Putri Kepulauan Seribu. Sebanyak 828 penyelam terlibat dalam pengibaran bendera merah putih di bawah laut.
Bicara peringatan HUT RI yang sebagian besar digelar di Istana Merdeka, mau tidak mau ingatan akan terbawa ke hari pertama kemerdekaan, saat dimana Bung Karno membacakan teks Proklamasi di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta pada 17 Agustus 1945. “Upacara itu berlangsung sederhana. Tetapi apa yang kami rasakan kurang dalam kemegahannya, kami penuhi dalam harapan,” kata presiden pertama RI itu dalam buku berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams.
Detail suasana pada 17 Agustus 1945 itu pun dinarasikan dalam otobiografi Bung Karno tersebut. Sebut, misalnya, ketika Bung Karno berjalan ke pengeras suara hasil curian dari stasiun radio Jepang untuk mengumumkan proklamasi. Bendera merah putih yang kala itu dikibarkan adalah jahitan tangan Ibu Fatmawati. Tiang benderanya berupa bambu yang tidak terlalu tinggi, buatannya kasar, dan ditancapkan ke tanah hanya beberapa saat sebelum pengibaran bendera.
Setahun kemudian, masih dalam masa revolusi fisik, peringatan proklamasi tahun 1946 dilangsungkan di Gedung Agung Ibu Kota Revolusi Yogyakarta. Hal tersebut berlangsung sampai tahun 1949 sebelum kemudian, di tahun 1950 seterusnya, peringatan detik-detik proklamasi kembali dilangsungkan di Istana Merdeka, Jakarta.
Upacara penaikan bendera sang merah putih di halaman gedung pegangsaan timur 56 (Gedung Proklamasi). Tampak antara lain Bung Karno, Bung Hatta, Let,Kol. Latief Hendraningrat (menaikkan bendera) Ny. Fatmawati Sukarno dan Ny.S.K Trimurti.
Di masa pemerintahan Bung Karno, pidato atau amanat proklamasi selalu disampaikan presiden di tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Namun ketika pemerintahan berganti, di jaman Presiden Soeharto dan para presiden berikutnya, tidak ada lagi pidato presiden di depan rakyat pada hari peringatan Proklamasi. Sebagai gantinya, Presiden menyampaikan pidato kenegaraan di hadapan wakil rakyat menjelang peringatan Proklamasi atau sebelum tanggal 17 Agustus.
Perubahan lain adalah pada aspek busana. Busana adat, seperti kebaya, sejak dulu telah biasa dikenakan oleh Ibu Negara saat mendampingi Presiden pada peringatan detik-detik Proklamasi. Awalnya, para presiden mengenakan jas lengkap saat menjadi inspektur upacara pada kesempatan tersebut. Wakil presiden pun mengenakan jas.
Namun, mulai di era Presiden Jokowi, busana adat juga dikenakan oleh presiden dan wapres. Pada peringatan HUT ke-77 RI tahun 2022, dress code atau aturan berbusana baju adat di lingkungan Istana Merdeka bahkan menjangkau lebih luas. Para jurnalis yang meliput langsung detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka pun mesti mengenakannya.
Setiap perubahan tentu memiliki arti, makna, atau tujuan. Seperti dituturkan Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono saat menjawab pertanyaan media, tujuan pengenaan baju daerah pada peringatan HUT RI adalah melestarikan dan sekaligus memromosikan nilai historis dan seni tinggi yang dimiliki Indonesia kepada dunia.
Aneka peristiwa telah mewarnai peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Negeri ini. Berawal dari kesederhanaan upacara Proklamasi pada 17 Agustus 1945, peringatan HUT kemerdekaan pun kian semarak ketika usia Indonesia semakin bertambah dan kondisi sosial, ekonomi, serta politik memba