Masjid Raya Sheik Zayed dan Relasi Para Pemimpin Negara
Relasi antarpemimpin negara dapat tergambar lewat beragam hal, termasuk dalam wujud pendirian sebuah masjid. Masjid Raya Sheikh Zayed menandai keeratan hubungan Presiden Jokowi dan Presiden MBZ dari Uni Emirat Arab.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
Pada Senin, 14 November 2022, Presiden Joko Widodo bersama Presiden Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed Al Nahyan atau MBZ meresmikan Masjid Raya Sheikh Zayed di Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah. Sebelum peresmian, Presiden Jokowi yang tiba sekitar pukul 06.23 WIB menyambut Presiden MBZ di tangga pesawat Bandara Internasional Adi Soemarmo, Boyolali, Jateng.
Keduanya kemudian berada satu mobil saat menuju Masjid Raya Sheikh Zayed. Hal yang terlebih dahulu Presiden Jokowi dan Presiden MBZ lakukan setibanya di masjid adalah melaksanakan shalat sunah tahiyatul masjid. Selanjutnya, mereka berdua menandatangani prasasti sebagai tanda peresmian Masjid Raya Sheikh Zayed.
Pada hari itu, Presiden Jokowi dan Presiden MBZ sempat berkeliling bersama sembari meninjau arsitektur berikut sarana dan prasana di masjid tersebut. Keduanya pun menanam pohon sala (Couroupita guianensis) di halaman Plaza Utara Masjid Raya Sheikh Zayed.
Hari Minggu pagi, di Solo, saya bersama istri dan Jan Ethes berkunjung ke Masjid Raya Sheikh Zayed. (Presiden Jokowi)
Enam hari berselang setelah peresmian, Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo beserta sang cucu, Jan Ethes, mengunjungi Masjid Raya Sheikh Zayed tersebut. ”Hari Minggu pagi, di Solo, saya bersama istri dan Jan Ethes berkunjung ke Masjid Raya Sheikh Zayed,” kata Presiden Jokowi melalui akun Instagram resminya, Minggu (20/11/2022).
Penjelasan ringkas melengkapi unggahan tersebut. Masjid yang baru diresmikan ini berdiri di atas area seluas lebih 3 hektar di Gilingan, Kecamatan Banjarsari, dan kini juga menjadi tujuan wisata religi baru di Kota Solo.
Dikutip dari keterangan tertulis Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden 14 November 2022, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama Adib menuturkan bahwa Masjid Raya Sheikh Zayed di Kota Solo ini merupakan miniatur dari Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi, UEA. ”Ini adalah merupakan hibah atau hadiah dari Presiden Uni Emirat Arab untuk Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo,” katanya.
Adib menuturkan bahwa masjid tersebut nantinya dikelola oleh Badan Pengelola Masjid Raya Sheikh Zayed Solo. Badan tersebut dibentuk oleh pemerintah melalui Kementerian Agama dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Agama.
Keberadaan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo ini akan menjadi ikon baru di Solo. Tidak hanya sebagai pusat syiar agama, tetapi juga menjadi pusat destinasi wisata religi baru di Solo khususnya dan di Jawa Tengah pada umumnya.
Pada kesempatan tersebut, Adib mengajak masyarakat memakmurkan masjid. ”Keberadaan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo ini akan menjadi ikon baru di Solo. Tidak hanya sebagai pusat syiar agama, tetapi juga menjadi pusat destinasi wisata religi baru di Solo khususnya dan di Jawa Tengah pada umumnya,” ujar Adib.
Sebelumnya, berdasarkan penelusuran arsip Kompas, sejumlah Presiden Indonesia juga diketahui memiliki kaitan dengan masjid di beberapa negara. Pada tulisan berjudul ”Menapaki Jejak Soekarno di St Petersburg”, misalnya, tertera bahwa Presiden pertama RI Soekarno terkenal di Leningrad—atau sekarang St Petersburg—karena jasanya mengembalikan masjid kota itu pada fungsi semula.
Pada tahun 1956, Presiden Soekarno datang ke Leningrad. ”Karena kunjungannya ke masjid ini yang dijadikan gudang sejak Perang Dunia Kedua, masjid lantas dikembalikan ke komunitas Muslim di sini. Tidak lama, hanya 10 hari setelah kunjungan Presiden Soekarno,” kata Imam Central Mosque St Petersburg Zhapar N Panchaev ketika berkisah tentang sejarah masjid tersebut seusai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) shalat tahiyatul masjid di masjid terbesar yang berposisi paling utara di dunia itu, Kamis (30/11/2006).
Jasa Bung Karno ini disebutkan menjadikan Presiden Yudhoyono mengaku terharu dan bangga. Sebelumnya, Presiden Megawati Soekarnoputri juga sampai menangis mendengar kisah dan catatan jasa ayahnya yang dituturkan Zhapar N Panchaev.
Adapun Trias Kuncahyono dalam rubrik Kredensial di Kompas berjudul ”St Petersburg” menulis, antara lain, tak jauh dari Benteng Petrus dan Paulus berdiri megah Masjid St Petersburg yang ikonik. Masjid dengan dominasi warna biru ini bernama asli Jamul Muslimin. Masjid tersebut lebih sering dijuluki sebagai ”Blue Mosque” atau ”Masjid Biru”. Namun, sebagian orang yang mengetahui sejarahnya lebih sering menyebut masjid ini sebagai Masjid Soekarno.
Presiden kedua RI Soeharto juga memiliki catatan sejarah tersendiri berkaitan pembangunan masjid di luar negeri. Kompas, Rabu (24/9/1997), memberitakan peletakan batu pertama pembangunan Masjid H Muhammad Soeharto yang berlangsung di Sarajevo, ibu kota Bosnia-Herzegovina, Senin 22 September 1997 pukul 17.30 waktu setempat atau 22.30 WIB.
Peletakan batu pertama pembangunan mesjid yang diiringi gema takbir merupakan suatu yang baru bagi masyarakat Indonesia dan masyarakat Bosnia sendiri. Presiden Bosnia-Herzegovina Alija Izetbegovic, yang hadir dan duduk di atas panggung kehormatan, menjadi saksi peristiwa yang meningkatkan persaudaraan kedua negara.
Sebelumnya, Presiden Soeharto menyetujui gagasan untuk menggunakan nama Haji Mohammad Soeharto sebagai nama Masjid Raya bantuan Indonesia di Bosnia-Herzegovina. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Hasan Basri menyampaikan hal tersebut kepada wartawan seusai diterima Presiden Soeharto di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (20/9/1996).
Gagasan mendirikan Masjid Indonesia di Bosnia muncul terutama mengingat banyaknya umat Islam di Bosnia yang tidak bisa sembahyang dengan baik karena sekitar 1.000 masjid di Bosnis hancur akibat perang. Masjid sumbangan Indonesia di Bosnia itu, kata KH Hasan Basri, dapat merupakan monumen yang mengingatkan rakyat Bosnia bahwa Indonesia membantu mereka.