Maarif Award 2022 untuk Seorang Dokter dan Dua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Sejak tahun 2007, Maarif Award konsisten mencari pejuang lokal dari akar rumput yang memiliki komitmen kemanusiaan untuk membangun kohesi sosial. Tahun ini, penghargaan diberikan kepada seorang dokter dan dua lembaga.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Maarif Institute kembali memberikan anugerah Maarif Award 2022 kepada sosok dan lembaga yang dianggap berkontribusi terhadap isu-isu kemanusiaan, kelompok marjinal, minoritas, toleransi, dan penguatan kapasitas kepemimpinan lokal. Sosok dan lembaga tersebut dinilai menjadi pelopor dan penggerak yang memiliki pemikiran inklusif dan aksi kemanusiaan seperti perjuangan Buya Syafii Maarif.
Tiga orang terpilih menerima penghargaan itu yaitu Athaillah A Latief, seorang dokter yang aktif di dunia pendidikan dan menyebarluaskan kemajemukan serta nilai-nilai toleransi di Bireun, Aceh. Dia mendirikan sekolah Muhammadiyah berbagai jenjang untuk menyebarluaskan Islam wasathiyah atau Islam moderat di tanah rencong.
Dia juga aktif mengadvokasi pendirian rumah ibadah, mendampingi kesehatan dan mencegah aborsi berisiko karena dilakukan oleh dukun-dukun bersalin. Salah satu kegiatan advokasi yang disoroti adalah perlawanan terhadap sekelompok warga yang menentang pendirian masjid di Samalanga. Dia melawan dengan cara yang lembut dan konstitusional, tanpa kekerasan.
Penghargaan juga diberikan kepada Badan Pertimbangan Kesehatan Daerah (BPKD) Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. BKPD adalah lembaga kesehatan yang diinisiasi masyarakat sipil dan berkolaborasi dengan pemerintah untuk melakukan kerja kemanusiaan bernama rumah tunggu bersalin. BPKD berupaya mengurangi kematian ibu dan anak di Manggarai yang selama ini masih tinggi angkanya. Penggerak BPKD ini adalah Pastor Marselinus Agot.
Ketiga, penghargaan diberikan kepada Inkubator Bisnis (Inbis) Permata Bunda Bontang yang merupakan unit usaha dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Bontang, Kalimantan Timur. Sejak tahun 2013, Program kewirausahaan berkelanjutan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) dan penyandang disabilitas telah memberikan manfaat kepada 11.460 orang.
Penggerak Inbis, Anggi V Goenadi menyampaikan, program ini bertujuan untuk menjembatani lulusan sekolah luar biasa, agar bisa berkarya dan berdaya setelah lulus sekolah. Selain memberikan wadah kepada kaum disabilitas, gerakan Inbis juga mengampanyekan kesetaraan dan inklusivitas dunia kerja. Selama ini, peluang kelompok disabilitas untuk bersaing di bursa kerja dinilai minim, karena aturan inklusivitas kerap direkayasa.
Direktur Program Maarif Institute Moh Shofan saat jumpa pers, Sabtu (17/12), menyampaikan, Muhammadiyah memiliki perhatian besar terhadap nilai-nilai Kebhinekaan. Sejak tahun 2007, Maarif Award konsisten mencari pejuang lokal dari akar rumput yang memiliki komitmen kemanusiaan untuk membangun kohesi sosial. Penerima penghargaan dinilai telah berkontribusi membangun optimisme di tengah polarisasi politik, dan ancaman resesi global.
"Selama ini, semangat itu juga diperjuangkan oleh Buya Ahmad Syafii Maarif. Sepanjang hidupnya, dia tidak pernah lepas dalam menyuarakan ketidakadilan sosial," katanya.
Kehadiran tokoh-tokoh lokal yang berkontribusi positif terhadap kemanusiaan ini seolah menjadi oase di tengah permasalahan bangsa dan dunia yang kian kompleks. Intoleransi meningkat, perpecahan politik mengemuka menjelang Pemilu 2024, tindakan-tindakan kekerasan atas nama politisasi agama. Para penerima award ini berjuang dan bekerja jauh dari radar lampu sorot media. Mereka dianggap sebagai sosok tulus yang berjuang untuk mengangkat martabat nilai-nilai kemanusiaan.
Anggota Dewan Juri Maarif Award, Ahmad Baharuddin menambahkan, memang ada sedikit kesulitan untuk mencari sosok orang biasa yang berperan luar biasa. Apalagi, kriteria yang ditetapkan oleh dewan juri adalah sosok tersebut belum pernah menerima penghargaan dalam skala nasional. Tiga pihak yang menerima Maarif Award itu bisa memenuhi kriteria tersebut.
"Ini bukan kontes, tidak seperti penghargaan-penghargaan lain. Tetapi, kami proaktif mencari, bahkan mereka yang diwawancarai teman-teman sekretariat Maarif ketika survei tidak tahu bahwa yang bersangkutan sedang dinilai," ungkapnya.
Salah satu kesulitan yang dialami dewan juri adalah mencari sosok dan lembaga yang belum pernah mendapat penghargaan di level nasional. Dia berharap apa yang dicontohkan oleh sosok dan lembaga yang mendapatkan Maarif Award bisa menjadi suri teladan bagi semua agar ke depan gerakan kemanusiaan, dan nilai-nilai Ahmad Syafii Maarif berkembang di seluruh Indonesia.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Maarif Institut Abdul Rohim Ghazali mengatakan, Maarif Award bertujuan mengangkat model-model keteladanan dan kepemimpinan lokal. Sosok dan lembaga itu harus berkomitmen terhadap nilai-ilai kebhinekaan, anti kekerasan, dan anti diskriminasi. Sosok dan lembaga itu bersemangat penggerak dan tangguh berjuang untuk kemanusiaan di akar rumput.
"Maarif Award diberikan kepada individu atau lembaga yang kiprahnya dalam melembagakan nilai-nilai kebinekaan sudah teruji konsistensi dan eksistensinya diterima oleh masyarakat," ujarnya.