Menyiapkan Helikopter TNI AU Bergoyang Maumere di Langit Jakarta
Aksi helikopter bergoyang di udara mengikuti irama lagu Gemu Famire akan menghiasi langit Jakarta. Atraksi itu menjadi salah satu aksi udara yang ditampilkan di acara HUT Ke-77 TNI AU di Lanud Halim, Minggu (9/4/2023).
Lagu ”Gemu Famire” dan ”Asmalibrasi” dipastikan akan mengiringi aksi goyang helikopter Colibri di perayaan Hari Ulang Tahun Ke-77 Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (9/4/2023). Meski tak semolek gerakan tubuh yang larut berdansa dalam alunan kedua lagu itu, tetapi aksi helikopter yang tampil dipastikan bisa menarik penonton yang hadir di acara HUT itu untuk ikut bergoyang.
Seperti pada acara geladi bersih perayaan HUT TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Kamis (6/4) kemarin, empat helikopter di ketinggian 75 meter, dengan posisi berhadapan membentuk segi empat bergoyang mengikuti lagu. Gerakan helikopter yang berputar seiring lirik lagu Gemu Famire, “Putarlah ke kiri, ke kiri, ke kiri, ke kiri, dan ke kiri, ke kiri, ke kiri, ke kiri manis e,”. Gerakan itu pun mengundang para penonton ikut bergoyang ke kiri, lalu ke kanan.
”Kami tidak hanya bertugas dengan serius, tetapi juga selalu gembiraaaaa,” begitu narasi yang mendahului goyang Maumere.
Jadi, jangan dikira HUT TNI AU bakal serba seram. Memang ada suara keras pesawat tempur yang menggetarkan jantung saat pesawa itu melintas di udara. Namun, atraksi menghibur juga akan ditampilkan oleh burung-burung besi penjaga Negara Kesatuan RI ini.
Komandan Skuadron Udara 7 Letnan Kolonel (Pnb) Taufik ”Perisai” Agus Hidayat yang juga menjadi salah satu pilot helikopter EC 120B Colibri yang bergoyang mengatakan, di radio internal pilot memang diputar lagu ”Gemu Famire”. Mereka jadi bisa ”berjoget” mengikuti lagu. ”Ya, kami memang bermanuver sambil dengerin lagu itu,” kata Taufik.
Memang ada sedikit triknya. Marsekal Pertama Azhar Aditama yang menggagas tampilan ini mengatakan, lagu ”Gemu Famire” sengaja diperlambat sedikit temponya. Tujuannya, biar manuver helikopter bisa mengikuti irama lagu.
Baca Juga: Ikhtiar TNI AU Membangkitkan Nasionalisme dari Angkasa
Urusan lagu memang mendapat perhatian khusus. Azhar khusus memantau Reels tayangan video singkat di Instagram dan Tiktok sampai menemukan bahwa lagu Asmalibrasi itu yang paling disukai netizen atau warganet. Azhar bercerita, penampilan Colibri yang memang punya tim aerobatik Dynamic Pegasus ini dikombinasikan dengan tim aerobatik Jupiter Aerobatic Team (JAT) dengan pesawat KT 1 Wongbee.
Walaupun terlihat keren dan lucu, ada kerja keras dan konsep di balik atraksi itu. Untuk bisa hovering atau terbang melayang berhenti di suatu titik tertentu bukan hal yang mudah. Analoginya mirip dengan mobil manual di tanjakan yang harus menjaga posisi dengan menyeimbangkan gas dan kopling tanpa menggunakan rem. Kalau helikopter tentu lebih rumit lagi. Apalagi kalau ada angin, tingkat kesulitan bertambah. ”Dua tangan dan dua kaki harus kerja serempak biar kondisi seimbang,” cerita Taufik yang bermarkas di Lanud Suryadarma, Subang, Jawa Barat.
Hovering adalah kemampuan utama helikopter EC 120B Colibri di Skadron Udara 7 yang dalam perang tugas utamanya adalah melakukan operasi Search and Rescue (SAR) dan pengintaian. Tidak saja alat, tetapi juga personel harus mereka selamatkan dalam sebuah pertempuran. Harus menghadapi medan yang terkadang sulit dan situasi yang serba darurat, dan kerap kali helikopter SAR tidak bisa mendarat. Oleh karena itu, kepiawaian hovering di titik tertentu sangat penting.
Tidak heran, para pilot helikopter itu punya jam terbang yang tinggi. Taufik bercerita, tidak ada jam terbang minimal untuk masuk Dynamic Pegasus, karena semua harus menjadi instruktur dulu. Untuk jadi instruktur, seorang pilot minimal punya 2.000 jam terbang. Taufik, misalnya, sudah punya 6.000 jam terbang. Itu pun mereka harus latihan lagi. Baik berempat, maupun dengan tim Jupiter agar penampilan mereka tidak saja aman, tetapi juga indah.
Hovering adalah kemampuan utama helikopter EC 120B Colibri di Skadron Udara 7 yang dalam perang tugas utamanya adalah melakukan operasi Search and Rescue (SAR) dan pengintaian.
Membutuhkan kepercayaan
Manuver-manuver yang ditampilkan bukanlah manuver yang di luar kebiasaan Dynamic Pegasus. Tidak mudah membentuk sebuah tim aerobatik, walaupun masing-masing pilot sudah mumpuni. Yang pertama dan paling utama adalah kepercayaan. Semua pilot dan kru di lapangan yang terlibat harus saling percaya bahwa semua punya komitmen agar manuver sukses dan tidak ada kesalahan. Gerakan-gerakan manuver yang sudah lama dilatih harus sudah dikuasai. Selain menjaga agar helikopter bisa melayang tanpa bergerak di ketinggian tertentu, jarak antara helikopter juga harus dijaga antara 30 dan 40 meter. Tidak saja agar aman, tetapi juga bisa nyaman dinikmati penonton.
”Dan kita juga harus latihan agar gerakan sinkron,” kata Taufik.
Baca Juga: Mengintip Skadik 105, Penghasil Penerbang Helikopter TNI AU
Untuk tampil 10-15 menit itu, tim Pegasus dan Jupiter telah latihan bersama selama satu minggu di markas JAT di Yogyakarta. Setiap hari mereka berlatih dua jam. Setiap jam, satu kali urutan penampilan. Walaupun telah sama-sama piawai di alatnya, kedua tim ini harus melatih urut-urutan dan tempo agar masuk-keluarnya masing-masing tim bisa berjalan lancar. Itu pun pada saat atraksi, Azhar masih memantau dan memberikan instruksi dari bawah. Tujuannya memang agar jangan sampai panggung udara kosong, tetapi juga jangan sampai terlalu penuh.
”Pegasus dan JAT yang tampil karena memang keduanya ada di skadron Pendidikan dan dari sisi kecepatan dan blok ketinggian dan lateralnya cocok serta bisa dinikmati penonton,” cerita Azhar.
Aksi teater udara Pegasus dan Jupiter ini berawal pada WingDay atau hari wisuda siswa-siswa Sekolah Penerbang TNI AU pada 11 Januari lalu. Azhar yang saat itu menjadi Komandan Lanud Adisutjipto, sebagai tuan rumah, menggagas sebuah penampilan teatrikal.
Dalam WingDay itu, seluruh pesawat latih tampil, termasuk dua helikopter Dynamic Pegasus yang putar ke kiri dan putar ke kanan dengan goyang Maumere-nya itu memukau Kepala Staf TNI AU Marsekal Fadjar Prasetyo. Fadjar lalu meminta agar dilakukan penampilan itu diperbaiki lagi untuk tampil di acara HUT Ke-77 TNI AU. Setelah vakum gara-gara pandemi, TNI AU ingin menunjukkan kekuatan dan kemampuannya di depan publik Indonesia.
Azhar yang kemudian pindah menjadi Direktur Doktrin Komando Utama Pembinaan TNI AU harus memutar otak lagi. Ia merasa harus bisa menampilkan sesuatu yang berbeda dari kebiasaan setiap tahun, yaitu ada fly pass atau parade udara pesawat-pesawat TNI AU. Yang juga penting, harus menarik. Apalagi Panglima TNI Laksamana Yudo Margono akan menjadi Inspektur Upacara.
Azhar yang semasa SMA di Bandung pernah menjadi kru Padhyangan ini lalu mencari-cari ide. Ia melihat bahwa pergelaran wayang orang Pandawa Boyong yang digagas Yudo beberapa waktu lalu mendapat respons positif dari banyak pihak. Pikirnya, Gatot Kaca adalah putra Bima, sosok yang diperankan Yudo dalam Pandawa Boyong. Cocok ini, pikirnya. Ia lalu membuat skrip yang berjudul ”Tentara Langit”. Atraksi udara JAT yang keras diiringi lagu rock seperti Bendera nya band Cokelat diselang-seling dengan tampilan Colibri. ”Agak nekat juga karena ini sesuatu yang baru,” katanya.
Baca Juga: IKN Rentan Serangan Udara, Perkuat Mitigasi dan Sistem Persenjataan
Tidak tanggung-tanggung, narasi yang disampaikan oleh kru Jupiter dipadukan dengan kostum Gatot Kaca warna merah. Display elektronik utama yang menjadi latar juga menampilkan Yudo dengan kostum dan dandanan Bima, serta judul lakon singkat Tentara Langit. Sambil mendengar narator berbicara dengan bahasa puitis tentang Bima dan anaknya, Gatotkaca, penonton melihat di udara Jupiter dan Pegasus tampil bergantian. Misalnya, setelah windmill saat empat helikopter Colibri berputar seperti kincir angin, lalu Pegasus Kiss dan Love serta ditutup dengan Jupiter dengan manuver Bomb Burst dimana pesawat menyebar seperti air mancur.
Inovasi dan profesionalisme
Dalam HUT TNI AU Ke-77 ini akan tampil 82 pesawat terbang dan 3.300 prajurit. Pesawat yang akan tampil di antaranya 17 pesawat tempur F16 dari Skadron Udara 3 dan Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi Magetan serta Skadron Udara 16 Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, lima pesawat tempur T-50i Golden Eagle, sembulan EMB 314 Super Tucano, dan Jupiter Aerobatic Team dengan tujuh KT Wongbee serta lima EC120B Colibri. Sementara 3300 prajurit itu terbagi terbagi atas 2200 orang yang parade dan 1100 yang menjadi pendukung.
”Ini bentuk pertanggungjawaban TNI AU pada bangsa Indonesia,” kata Fadjar Prasetyo seusai gladi bersih.
Dalam HUT TNI AU Ke-77 ini akan tampil 82 pesawat terbang dan 3300 prajurit. Pesawat yang akan tampil di antaranya 17 pesawat tempur F16 dari Skadron Skadron Udara 3 dan Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi Magetan.
Perayaan HUT ini adalah tradisi. Ia berharap, dengan upacara ini TNI AU bisa memperlihatkan pada masyarakat bahwa TNI AU selalu siap mempertahankan kedaulatan udara. Ia mengatakan, TNI AU menjaga kesiapan pesawat sesuai rencana. Memang saat pandemi lalu, secara global banyak militer yang mengalami kendala terkait kesiapan operasional karena terganggunya rantai pasok global. Namun, hal ini menurutnya sudah bisa diatasi.
Dalam tradisinya, acara HUT militer selalu menjadi ajang unjuk kekuatan, terutama untuk rakyat. Tujuannya tidak saja agar rakyat bangga dan mencintai tentaranya tetapi juga bentuk implementasi dari sistem pertahanan semesta. Walau dari hal-hal yang terlihat sebagai pertunjukkan, ada kemampuan yang disampaikan seperti kemampuan hovering pilot-pilot Colibri.
Azhar mengatakan, dalam perang atau pertempuran, situasi pasti kacau dan berantakan. Dalam kondisi ini operasi harus dilakukan. Keteraturan dalam penampilan prajurit TNI AU disertai dengan alat-alatnya menunjukkan disiplin dan kemampuan personal dan organisasi. Ditambah dengan atraksi yang inovatif dan kreatif menunjukkan kultur TNI AU yang walau hirarkis harus tetap bisa membuat terobosan yang inovatif dan kreatif walau di tengah berbagai keterbatasan. Dalam situasi dinamika keamanan global dan distrupsi teknologi, inovasi dan kreativitas menjadi kunci militer untuk cepat beradaptasi.
Baca Juga: TNI AU Segera Diperkuat Dua Helikopter Caracal Baru
Namun tentunya, dalam militer, perangkat lunak walau menjadi inti dari kekuatan, tidak bisa mengganti perangkat keras. Apalagi prinsip sebuah angkatan udara adalah kesatuan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang diawaki.
Pertanyaan masyarakat tentunya pada kemampuan dan ketersediaan alat yang bagus dan disegani. Apalagi, HUT TNI AU ini dilakukan tengah rencana Kementerian Pertahanan RI membeli pesawat tempur Mirage 2000 yang bekas. Walaupun Fadjar mengatakan, TNI AU akan mempersiapkan diri menyambut pesawat tersebut. Kendati, realitanya pesawat bekas pasti tidak dalam kondisi maksimal, membutuhkan sistem pelatihan dan pemeliharaan yang sama sekali berbeda, masa pakainya pendek. Belum lagi kalau pesawat itu rusak di sana sini dan tidak sesuai kebutuhan operasi dan kondisi alam Indonesia serta membahayakan para pilot.