Hasto Kristiyanto: Penentuan Capres Bergantung kepada Megawati dan Jokowi
Hasto Kristanto menyatakan penentuan capres bergantung kepada Megawati dan Presiden Jokowi. Keduanya akan banyak berperan pula dalam penentuan kerja sama politik.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Calon presiden yang akan diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-P dipastikan akan bergantung kepada Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo. Setelah capres diumumkan, PDI-P meyakini partai politik lain akan ikut merapat dengan PDI-P.
Hasto berharap kerja sama politik menuju Pilpres 2024 ini tidak bersifat pragmatis.
Hasto tak memungkiri penentuan capres yang akan diusung PDI-P nanti akan bergantung kepada Megawati dan Presiden Jokowi.
PPP mengakui langkah PDI-P memang sedang dinanti partai lain terkait capres.
Untuk selanjutnya, PDI-P yang akan memimpin kerja sama politik tersebut. Hal ini pernah terjadi pada Pilpres 2014 dan 2019 ketika Megawati memutuskan mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden.
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, PDI-P tidak alergi membangun kerja sama politik dengan partai politik (parpol) lain untuk mengusung kandidat calon presiden dan calon wakil presiden pada Pilpres 2024. Namun, ia berharap kerja sama politik menuju Pilpres 2024 ini tidak bersifat pragmatis dan harus mengedepankan agenda pemerintahan ke depan, misalnya kedaulatan pangan.
Selain itu, Hasto meyakini pembicaraan kerja sama politik bakal makin menguat setelah Ketua Umum PDI-P Megawati mengumumkan sosok capres yang akan diusung di Pilpres 2024. Pada saat itu pula, parpol lain akan mulai bergabung dengan PDI-P. Hal ini sebagaimana pengalaman pada Pilpres 2014 dan 2019 ketika Megawati memutuskan mengusung Joko Widodo sebagai capres.
”Baru kemudian akan terjadi peningkatan frekuensi di dalam membangun kerja sama tersebut dan nantinya Ibu Megawati Soekarnoputri yang memimpin secara langsung dan tentu saja bersama Pak Jokowi karena beliau juga dari PDI-P,” ujar Hasto seusai acara ”Pendidikan Kebangsaan dan Pelatihan Dakwah Digital 2023” di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Sabtu (15/4/2023) malam.
Hasto tak memungkiri penentuan capres yang akan diusung PDI-P nanti akan bergantung kepada Megawati dan Presiden Jokowi. Keduanya akan banyak berperan pula dalam penentuan kerja sama politik yang akan dibangun partai berlambang banteng moncong putih itu.
PDI-P pun tak mempersoalkan berbagai manuver politik yang dilakukan oleh partai lain dalam membangun kerja sama politik untuk Pilpres 2024. Begitu pula, dengan wacana pembentukan koalisi besar. Sebab, ujung-ujungnya, konsolidasi dari kerja sama itu akan terjadi setelah PDI-P nanti mengumumkan capresnya.
”Dalam konteks komunikasi politik, yang dilakukan gagasan kerja sama besar sangat bagus itu positif tetapi konsolidasi dari kerja sama itu akan terjadi setelah nanti diumumkan siapa capresnya dari PDI-P,” ucap Hasto.
Hasto tak memungkiri penentuan capres yang akan diusung PDI-P nanti akan bergantung kepada Megawati dan Presiden Jokowi. Keduanya akan banyak berperan.
Menunggu langkah PDI-P
Dihubungi secara terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Amir Uskara menyampaikan, langkah PDI-P memang sedang dinanti partai lain terkait capres yang akan diusung pada Pilpres 2024. Ia sependapat dengan Hasto, keputusan itu akan berpengaruh pada bangunan koalisi yang telah terbentuk saat ini, entah semakin membesar atau justru mengecil.
Menurut Amir, PPP sengaja menunggu langkah PDI-P karena Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) di mana PPP berkoalisi dengan Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) juga ingin melihat siapa lawan politik yang akan berkontestasi pada pilpres mendatang. ”Namanya koalisi, kami tentu mau menang. Artinya, kan, kami lihat dulu siapa yang akan menjadi lawan tanding, gitu,” kata Amir.
Amir pun menilai tidak tertutup kemungkinan pula PDI-P bergabung dengan KIB dan membentuk koalisi besar. Hal itu bisa terjadi apabila seluruh parpol dalam koalisi tersebut memiliki kesamaan visi-misi, platform pemerintahan ke depan, begitu pula soal capres-cawapres yang akan diusung. Lagi pula, saat ini dinamika politik masih sangat cair.
”Yang namanya politik semua bisa terjadi ya, dinamikanya pasti tinggi. Saya kira di beberapa kesempatan disampaikan (Wakil Presiden) Kiai Ma’ruf Amin, kan, bahwa lima jam sebelum penetapan (sebagai cawapres dari Jokowi pada Pilpres 2019), kemudian (Ma’ruf Amin) tiba-tiba masuk, dia tidak pernah dibicarakan sebelumnya. Artinya, siapa tahu yang seperti itu kembali terjadi, kan,” ujar Amir.