Hadiah Lukisan, Suguhan Keramahan di Gazebo Istana, hingga Jamuan Makan Malam
Berbagai bentuk keramahan ditunjukkan Presiden Jokowi ketika menyambut pemimpin negara sahabat dalam perhelatan internasional, seperti KTT ASEAN.
Konferensi Tingkat Tinggi Ke-43 ASEAN di Jakarta yang berlangsung pada 5-7 September telah berakhir. Namun, keramahan yang disuguhkan Presiden Joko Widodo kepada tamu negara masih membekas. Dalam pertemuan dengan sejumlah pemimpin negara sahabat itu, keramahan diwujudkan antara lain dalam rupa hadiah lukisan, sajian makan malam berlatar gedung-gedung pencakar langit Jakarta, hingga keramahan di gazebo Istana.
Pada Jumat (8/9/2023), sebagai penutup dari rangkaian KTT Ke-43 ASEAN, Presiden Jokowi menyambut kunjungan resmi Presiden Republik Korea Selatan Yoon Suk Yeol yang kemudian dilanjutkan dengan kunjungan Perdana Menteri China Li Qiang, di Istana Merdeka. Berbeda dari biasanya, Presiden Jokowi mengajak PM Li Qiang berjalan kaki keluar dari Istana Merdeka.
Menyusuri hamparan hijau rumput yang beraroma harum karena ditebari irisan daun pandan, kedua pemimpin berjalan santai sembari mengobrol menuju gazebo di halaman Istana Kepresidenan. Selanjutnya, mereka mengadakan pertemuan empat mata atau tête-à-tête di gazebo sebelum melakukan pertemuan bilateral bersama delegasi di Istana Merdeka.
”Memang di bawah kepemimpinan strategis Presiden Xi Jinping dan Bapak Presiden, hubungan Tiongkok dan Indonesia terus menjaga kecenderungan perkembangan yang cukup positif dan telah dibuka halaman baru untuk membangun komunitas senasib sepenanggungan,” ujar Li Qiang.
Baca Juga: KTT ASEAN, Warga Belum Bisa Total Beralih ke Transportasi Umum
Lokasi pertemuan empat mata di gazebo istana terasa istimewa karena tempat istirahat yang berlokasi di antara Istana Merdeka dan Istana Negara ini jarang digunakan untuk menjamu tamu negara. Dari catatan harian Kompas, Presiden Jokowi beberapa kali menggunakan gazebo untuk berbincang-bincang dengan menteri hingga kepala Polri.
Pada (29/6/2015), misalnya, Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla berbincang dengan Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti di gazebo tersebut. Beberapa kali pada 2015, Menteri Sekretaris Negara Pratikno pun berbincang-bincang dengan Jokowi di gazebo. Jika sudah di tempat itu, persoalan negara, tamu-tamu, atau kejadian lucu menjadi bahan obrolan.
Selain bercengkerama dengan PM China di gazebo yang dihiasi dengan rangkaian aneka bunga, Presiden Jokowi juga memperlakukan tamu negara yang hadir di KTT ASEAN secara istimewa, seperti ketika menyambut kunjungan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan memberikan hadiah berupa lukisan di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (5/9/2023).
Rentetan pujian
Relasi Kanada dan Indonesia semakin erat dengan nilai perdagangan yang naik 37 persen pada 2022. Dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi, Trudeau juga melontarkan rentetan pujian bagi Jokowi. ”Asia Tenggara adalah salah satu kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan kepemimpinan Indonesia di negara-negara berkembang tersebut sangatlah luar biasa,” ujarnya.
Trudeau juga memuji kepemimpinan Indonesia di KTT G20. ”Indonesia benar-benar menunjukkan kapasitasnya untuk menyatukan dunia dan bergulat dengan isu-isu besar. Dan ketika kita melihat ke depan pada minggu ini, dan berkumpul kembali, Anda menetapkan standar yang sangat, sangat, tinggi untuk kesuksesan G20,” tuturnya menambahkan.
PM Kanada juga berterima kasih karena timnas basket Kanada telah disambut dengan hangat ketika bertanding di FIBA World Cup di Indonesia. ”Stadion penuh, para penonton mendukung ”Red and White” (julukan timnas basket Kanada) dengan antusiasme yang luar biasa dan ini adalah contoh yang begitu indah atas ikatan yang amat sangat dalam antara kita,” ujarnya lagi.
Selanjutnya, PM Kanada juga memberikan kaus timnas basket Kanada dengan nomor punggung 7 dan bertuliskan nama Jokowi. Sebagai gantinya, Presiden menyerahkan lukisan Kereta Pedati karya pelukis Men Sagan yang dibuat pada 1992. Ketika dihubungi, Men Sagan mengaku bangga dan terkejut. ”Sebetulnya enggak nyangka. Kaget juga. Karya kadang ada perubahan warna, bentuk, komposisi, tapi saya ingat betul itu karya saya,” ujar Men Sagan.
Beberapa karya lukisan Men Sagan dikoleksi oleh Kedutaan Besar RI di luar negeri serta dipajang di rumah dinas Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Lukisan di kediaman Wapres Amin tersebut berjudul Perahu Jawa dan Bakar Ikan. Seluruh karya Men Sagan yang merupakan pengikut aliran pelukis Affandi ini beraliran ekspresionisme dengan dominan garis-garis lengkung.
Beberapa kali, lukisan digunakan Presiden Jokowi sebagai hadiah ketika menerima tamu negara. Ibu Iriana Jokowi juga memamerkan lukisan koleksi istana, seperti karya Jeihan dengan karakteristik mata serba hitam, kepada Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee sembari minum teh bersama di Ruang Jepara, di sayap Barat Istana Merdeka, Jumat (8/9/2023).
Lukisan diri Soekarno yang dilukis Basoeki Abdullah juga menjadi latar ketika Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menyambut kedatangan Ibu Kim Keon Hee di Istana Batu Tulis, Bogor, Kamis (7/9/2023). Megawati menyebut Kim Keon Hee sangat kagum dengan arsitektur rumah ataupun benda seni di Istana Batu Tulis.
Presiden Joko Widodo juga sempat memberikan hadiah lukisan ketika mengajak Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos Jr dan Ibu Louise Araneta Marcos mengunjungi Gedung Sarinah, Jakarta, Senin (5/9/2022). Presiden Jokowi menyerahkan lukisan Traditional Market yang menggambarkan kegiatan transaksi jual beli masyarakat.
Makna kebangsaan
Pertukaran benda budaya antara pemimpin negara, termasuk lukisan, sejatinya sudah dilakukan sejak era Bung Karno. ”Bung Karno sering kali membuat suvenir atau memberi suvenir kepada tamu negara, salah satunya foto diri Bung Karno yang dilukis pelukis istana,” ujar dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang juga peneliti benda seni koleksi Presiden Soekarno, Mikke Susanto.
Lukisan yang diberikan oleh Bung Karno biasanya berukuran kecil atau kurang dari 1 meter. Karena dilukis oleh pelukis Istana, lukisan yang kala itu merupakan karya baru tersebut tergolong disukai penerimanya. Apalagi, Soekarno dikenal memiliki cita rasa seni tinggi. Karya-karya itu sekaligus dipakai Bung Karno untuk menyebarluaskan makna kebangsaan.
Soekarno juga menerima banyak suvenir dari berbagai negara berupa patung ataupun lukisan dan keramik. Dari China, misalnya, Bung Karno menerima banyak suvenir berupa keramik. Selain itu, ada pula suvenir literasi berupa buku Lukisan-lukisan dan Patung-patung Koleksi Presiden Sukarno yang disusun Dullah (1956) dan Lee Man Fong (1964).
Di era Presiden Soeharto, suvenir yang diberikan terutama berupa benda kerajinan. Benda tradisi, seperti patung tradisional, ini umumnya tidak diketahui siapa pembuatnya. ”Ketika Pak Jokowi memberikan suvenir lukisan seperti ini, kita melihat kembali tradisi yang dilakukan Soekarno. Perbedaannya hanya soal selera,” kata Mikke.
Menurut Mikke, hadiah akan menjadi semakin bermakna apabila lukisan yang diberikan merupakan karya dari maestro seni lukis Indonesia, apalagi jika penerimanya merupakan pemimpin negara yang menggemari seni. ”Penggemar seni di Eropa yang sudah mapan akan sangat menghargai reputasi pentingnya nilai dan kecenderungan nilai penting atau nilai signifikan karya,” kata Mikke.
Dalam sejarahnya, Soekarno juga pernah dapat lukisan-lukisan kelas B dari negara sahabat, seperti Filipina. Lukisan-lukisan tersebut dibuat oleh beberapa pelukis yang namanya tidak dikenal dalam perkembangan seni rupa. ”Yang paling utama, ketika pemberian diserahkan ke tamu negara, paling enggak ada narasi yang harus dibangun kalau misalnya karya tradisi tersebut anonim,” tuturnya.
Terkait lukisan koleksi Istana yang sebagian merupakan lukisan koleksi Soekarno, Mikke meminta jangan sampai lukisan-lukisan bernilai seni tinggi tersebut diberikan sebagai suvenir. ”Sebaiknya tetap di Istana meski tidak ada undang-undang yang mengatur koleksi-koleksi yang ada. Namun, enggak boleh diberikan semena-mena oleh Presiden,” ucap Mikke.
Mikke menegaskan bahwa lukisan-lukisan koleksi Bung Karno seharusnya sudah termasuk harta karun nasional atau national treasure sehingga tidak bisa diberikan kepada siapa pun, termasuk tamu negara. Sejauh ini, memang belum ada undang-undang yang mengatur tentang lukisan sebagai harta karun nasional.
Pengaturan yang sudah ada baru mencakup tentang benda warisan cagar budaya, seperti karya seni patung hingga karya seni tradisi. Karya atau benda warisan cagar budaya tersebut dikategorikan berusia lebih tua dari 50 tahun dan punya nilai sejarah penting bagi bangsa. Lukisan sebagai harta karun nasional antara lain bisa dilihat dari reputasi senimannya, sejarah karya, hingga publikasi karya.
”Dalam konteks yang lain, harta karun nasional itu memberi artikulasi yang lebih luas sebenarnya untuk melindungi karya-karya yang mungkin belum menjadi warisan cagar budaya yang masih muda usianya, ya, kayak termasuk lukisan karya Raden Saleh ataupun generasi tahun 70-an yang ada di istana,” papar Mikke.
Lukisan di Gedung
Pada masa kontemporer ini, bangunan bisa menjadi kanvas. Hal ini yang ditampilkan Presiden Jokowi saat menjamu para pemimpin negara ASEAN serta negara-negara mitra wicara di jamuan makan malam resmi, Rabu (6/9/2023). Restoran Hutan Plataran Kota yang bernuansa taman disulap menjadi hutan dan taman bunga.
Pertunjukan seni cahaya visual video mapping yang berubah dinamis menjadi latar beragam acara seni yang menghibur para pemimpin negara ini sepanjang jamuan makan malam. Hutan bangunan di kawasan Jalan Sudirman Jakarta seakan misterius dalam gelap malam, tetapi juga glamor dengan pantulan beragam warna cahaya.
Semakin malam, lagu-lagu yang ditampilkan semakin mengajak bergoyang. Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao pun tampak asyik bergoyang mengikuti irama lagu. Acara makan malam dipungkasi pesta kembang api yang meramaikan langit malam Jakarta.
Kehadiran benda seni terbukti ampuh menjadi perekat hubungan antarnegara. Suguhan keramahan dari Indonesia di rangkaian ajang KTT ASEAN diharapkan membekas di hati tamu-tamu negara, mulai dari lukisan, momen bercengkerama di gazebo Istana, hingga bergoyang di nuansa akrab jamuan makan malam.