TNI Tangkap Terduga Penyerang Pos Perbatasan di Papua Barat
Para pelaku penyerangan pos perbatasan TNI berupaya ”memancing di air keruh” untuk memantik amarah prajurit agar membalas. Kendati begitu, prajurit TNI tidak terpancing.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — TNI menangkap Marthen Iba (62), simpatisan kelompok kriminal bersenjata Papua Barat, yang diduga terlibat penyerangan pos pengamanan perbatasan. Ia tertangkap dalam operasi penyisiran atau pemeriksaan massal oleh TNI-Polri di kompleks pos, kios-kios penjual makanan, dan sekitar pelabuhan dan tepian pantai.
Keterlibatan Marthen dengan kelompok kriminal bersenjata di Papua Barat terlihat dari barang bukti berupa kartu tanda anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dengan jabatan staf operasi. Selain itu, Satuan Tugas (Satgas) Pengamanan Perbatasan (Pampas) Kewilayahan Batalyon Infanteri (Yonif) 407/PK menemukan tiga senjata rakitan, KTP atas nama Marthen Iba, delapan telepon genggam, dua kartu perdana, dan sebuah tas.
Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III Kolonel Czi Ign Suriastawa mengatakan, penangkapan Marthen dilakukan pada Minggu (24/9/2024) dan berkaitan dengan penyerangan di pos Pampas TNI yang dilakukan orang tak dikenal. Karena itu, TNI mengejar pelaku penyerangan dengan menyisir tempat-tempat mencurigakan.
”Akhirnya, diamankan satu orang atas nama Marthen Iba beserta sejumlah barang bukti. Serangan KST (Kelompok Separatis Teroris) terhadap pos TNI ini merupakan upaya coba-coba untuk ’memancing di air keruh’ dengan harapan KST dianggap masih eksis,” ujar Suriastawa dalam keterangan tertulis.
Kelompok itu, menurut Suriastawa, berharap TNI melakukan serangan balasan hingga berujung tewasnya orang tak dikenal tersebut. Dengan demikian, kelompok tersebut bisa mengklaim bahwa TNI-Polri membunuh masyarakat sipil dan melanggar hak asasi manusia (HAM). Apabila TNI menyerang balik, kelompok kriminal bersenjata juga bisa menyergap dan menjebak personel TNI.
Meskipun demikian, prajurit TNI yang berjaga tidak terpancing dengan strategi mereka. Mereka tetap tenang dan fokus menegakkan hukum dengan melakukan penyisiran untuk memisahkan rakyat dan simpatisan kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Kalau ada tindakan dari KKB, TNI akan membantu Polri dalam melaksanakan penegakan hukum bagi KKB.
Komandan Satgas Yonif 407/PK Letnan Kolonel Inf Hermawan Setya Budi menuturkan, penyerangan kelompok kriminal bersenjata terhadap pos TNI di Aroba, Teluk Bintuni, Papua Barat, terjadi pada Jumat (22/9/2023) sekitar pukul 19.00-19.25 WIT. Hal itu berupa penembakan senjata api sebanyak delapan kali yang dilakukan dalam dua kali serangan.
”Laporan dari anggota (TNI) di lapangan, terjadi gangguan terhadap Pos Aroba dari orang tak dikenal. Namun, tidak ada korban, anggota aman,” ucapnya.
Seusai penyerangan, Hermawan memerintahkan komandan pos lainnya, yakni Pos Kamundan, Pos Aroba, Pos Sumuri, dan Pos Tomage untuk meningkatkan kesiagaan dan patroli. Perimeter pengawasan dilakukan di sekitar pos dan kios-kios makanan.
Selain itu, ia juga memerintahkan penyisiran daerah pelabuhan bersama Polsek Baboo dan Polres Bintuni. Mereka menyisir Kampung Air Terjun yang berada 3 kilometer dari Pos Aruba serta berpatroli di pesisir pantai menggunakan perahu panjang (long boat).
Kerja sama
Secara terpisah, Panglima TNI Laksamana Yudo menegaskan pihaknya tetap melaksanakan operasi penegakan hukum bersama Polri. Selain itu, TNI-Polri juga melaksanakan operasi teritorial dan komunikasi sosial dengan masyarakat. ”Kalau ada tindakan dari KKB, TNI akan membantu Polri dalam melaksanakan penegakan hukum bagi KKB,” ujarnya.
Kendati begitu, TNI juga memiliki kegiatan operasional sendiri untuk pengamanan daerah perbatasan RI dengan Papua Niugini yang dilakukan dari utara hingga selatan, baik darat maupun laut. Selain itu, TNI turut serta dalam operasi pengamanan obyek vital, yakni PT Freeport Indonesia.