logo Kompas.id
Politik & HukumDebat Masih Perlu...
Iklan

Debat Masih Perlu Disempurnakan

Sejumlah pihak memberikan catatan atas penyelenggaraan debat perdana, Selasa (12/12/2023). Salah satunya mengenai reaksi cawapres dari Prabowo Subianto, Gibran Rakabuming, yang ”mengompori” pendukungnya.

Oleh
NIKOLAUS HARBOWO, IQBAL BASYARI, KURNIA YUNITA RAHAYU, WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
· 4 menit baca

Ketiga calon presiden (kanan ke kiri), Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Ketiga calon presiden (kanan ke kiri), Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).

JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pihak memberikan catatan mengenai penyelenggaraan debat perdana calon presiden yang digelar Selasa (12/12/2023), mulai dari waktu debat yang terbatas hingga kepatuhan kandidat pada tata tertib. Berbagai masukan ini diharapkan menjadi evaluasi bagi Komisi Pemilihan Umum agar debat selanjutnya bisa berlangsung lebih baik dan kondusif.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Salah satu anggota tim panelis debat perdana, Susi Dwi Harijanti, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (13/12/2023), mengatakan, dalam debat perdana Selasa, secara umum ketiga capres telah berusaha menjawab pertanyaan dengan cara-cara, sudut pandang, serta penekanan yang berbeda. Hal itu bisa dipahami mengingat jawaban disesuaikan dengan visi dan misi dari masing-masing capres yang berbeda. Namun, jawaban yang diberikan masing-masing capres masih terlalu umum serta kurang fokus dan spesifik. Durasi waktu debat yang terbatas membuat para capres kurang mengelaborasi jawaban-jawaban yang diberikan.

”KPU semestinya melakukan evaluasi bukan hanya mengenai durasi waktu, melainkan juga mencakup metode debat. Evaluasi ini diperlukan agar tujuan diadakannya debat dapat tercapai secara maksimal,” ujar Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Padjadjaran tersebut.

https://cdn-assetd.kompas.id/dfXEaNun5YVfzaLemlvpPsua-nc=/1024x1024/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F11%2F836e8479-b515-4e32-a6f3-af0231184de4_jpeg.jpg

Manajer Pemantauan Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Aji Pengestu juga melihat substansi debat dari ketiga capres kurang menyentuh program yang mereka tawarkan. Tanya jawab bahkan cenderung saling menyerang, menjatuhkan, menyindir, mengungkit masa lalu, serta menyerang emosi capres-cawapres. Padahal, publik ingin mendengar strategi matang dari setiap capres dalam kepemimpinannya selama lima tahun mendatang.

Menurut dia, saling sindir ini justru berbahaya bagi publik karena berpotensi menimbulkan polarisasi. Pemilih yang sudah menentukan pilihannya akan terbawa perasaannya karena pasangan calon yang didukung mendapatkan serangan dari pasangan calon lain. Bahkan, saling serang pada debat perdana, Selasa kemarin, membuat calon wakil presiden dari Prabowo Subianto, Gibran Rakabuming Raka, bereaksi dan mengajak para pendukung bersorak ketika debat berlangsung.

Karena itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) semestinya tegas memberikan informasi mengenai tata tertib yang harus dipatuhi oleh pasangan calon dan tim pendukung. Bahkan, jika diperlukan, informasi mengenai tata terbit dilakukan langsung oleh pimpinan KPU kepada capres dan cawapres. ”KPU harus memberikan teguran kepada pihak-pihak yang melanggar tata tertib agar debat selanjutnya berlangsung lebih kondusif,” tutur Aji.

Pendukung ketiga pasangan calon presiden-calon wakil presiden menyemangati jagoannya saat mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Pendukung ketiga pasangan calon presiden-calon wakil presiden menyemangati jagoannya saat mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).

Sangat riuh

Anggota Dewan Pertimbangan Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Syaiful Huda, sependapat dengan sejumlah catatan yang diberikan Susi dan Aji. Ia berpandangan, pesan-pesan yang disampaikan para capres belum sampai ke masyarakat. Alasannya, waktu penyampaian yang cukup singkat. Pada saat capres saling bertanya dan mendalami gagasan capres lainnya dinilai perlu ditambah segmen atau waktunya agar jawaban mereka bisa lebih kuat.

Di sisi lain, ia juga menilai, debat capres perdana cenderung kurang kondusif dengan adanya teriakan yel-yel dan reaksi dari para pendukung saat capres berbicara. Kondisi itu cukup mengganggu para capres yang tengah berdebat.

Iklan

”Suasana debat capres perdana sangat riuh. Mungkin karena pertama kali jadi teriakan yel-yel dan reaksi dari para pendukung saat capres memaparkan itu masih ada,” katanya.

Karena itu, menurut Huda, KPU harus lebih tegas kepada semua pihak, khususnya pada hal-hal yang menyangkut aturan debat. KPU perlu berdiskusi atau berdialog dengan para peserta debat mengenai kebutuhan-kebutuhan mereka.

Sekretaris Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Hasto Kristiyanto, juga menyoroti reaksi Gibran di sela-sela jawaban Prabowo yang terkesan ”mengompori” pendukungnya. ”Nah, ini banyak yang mengatakan itu upaya untuk mengompori. Itu bahasa rakyat,” ucapnya.

Syaiful Huda
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Syaiful Huda

Ia juga berharap agar di dalam debat yang akan datang, KPU bisa mengadakan satu sesi debat bagi capres dan atau cawapres sehingga antarkandidat bisa saling menanggapi sampai satu isu tuntas dan ada suatu kesimpulan mana argumentasi kandidat yang terbaik.

”Itu katakanlah dikasih waktu satu sesi selama lima menit, saling menyanggah. Jadi, semua akan menyampaikan gagasan terbaik dan satu sama lain saling mengkritisi,” kata Hasto.

Akan dievaluasi

Ketua KPU Hasyim Asy’ari mengatakan, pihaknya akan mengevaluasi pelaksanaan debat capres perdana bersama seluruh tim paslon, termasuk aksi yang dilakukan Gibran untuk mengajak para pendukungnya bersorak ketika Prabowo memberikan jawaban. Sejumlah catatan akan menjadi masukan bagi KPU agar tidak terulang pada debat kedua, yakni debat cawapres pada 22 Desember.

”Ini yang tidak boleh dan akan kami tegur. Kami akan sampaikan teguran saat evaluasi dan rapat persiapan debat selanjutnya,” ujarnya.

Ketua KPU Hasyim Asyari
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Ketua KPU Hasyim Asyari

Direktur Juru Debat Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko, mengatakan, jika bahasa tubuh atau gestur Gibran dianggap melanggar tata tertib oleh KPU, semestinya penjelasan mengenai hal itu ditanyakan kepada KPU. TKN saat ini berfokus pada upaya untuk menyampaikan kepada pemilih mengenai program-program unggulan yang menjadi pembeda antara pasangan Prabowo-Gibran dan kandidat lain.

”TKN memiliki skala prioritas yang kami rasa sangat penting, yakni bagaimana program-program strategis untuk kepentingan rakyat banyak ini dapat dipahami, dimengerti oleh khalayak luas. Pesan-pesannya dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat,” ujar Budiman.

Mengenai teguran yang bakal diberikan KPU terkait bahasa tubuh Gibran saat menghadiri debat perdana capres, Budiman mengatakan tak bisa berandai-andai jika hal tersebut belum terjadi. TKN masih menunggu keputusan dan kebijakan KPU.

“Kalau memang terbukti ditegur, barulah kemudian kami boleh merespons. Kami tidak boleh mendahului langkah-langkah yang dilakukan oleh KPU ataupun instrumen lainnya,” ujarnya.

Menurut Budiman, penyelenggaraan debat sudah berlangsung baik, salah satunya karena moderator telah bersikap adil. Namun, ada beberapa hal teknis yang juga perlu diperhatikan oleh KPU dalam penyelenggaraan debat berikutnya, yakni terkait dengan arena debat. Ia mengusulkan agar arena debat dipindahkan ke ruang tertutup agar udara panas dari ruang terbuka tak mengganggu konsentrasi para kandidat dan bisa membuat suasana lebih rileks.

”(Sebaiknya) disediakan tiga podium transparan bagi para capres sehingga mereka bisa menumpukan tubuhnya di podium dengan tetap bisa memperlihatkan bahasa tubuhnya ke hadapan penonton. Podium tumpuan itu penting untuk menjaga stabilitas posisi tubuh, bahkan saat, misalnya, perdebatannya memanas,” ujar Budiman.

Editor:
ANTONY LEE
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000