Wapres Berharap Museum Literasi Syekh Nawawi Jadi Gerbang Pengetahuan
Museum akan usung unsur yang jadi ciri Universitas Syekh Nawawi, yakni sosok Syekh Nawawi, Banten Islam, dan pesantren.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Rabu (24/1/2024), menerima para pakar filologi yang tergabung dalam Tim Museum Literasi Syekh Nawawi Al-Bantani, di kediaman resmi Wapres, Jakarta. Museum Literasi ini akan menjadi ciri khas sekaligus merupakan bagian dari media pembelajaran di kawasan Universitas Syekh Nawawi yang akan didirikan di Tanara, Banten.
Melalui pembangunan museum literasi ini, Wapres berharap dapat menjadi gerbang pembuka pengetahuan bagi generasi muda. ”Pada pembicaraan kali ini, mengenai hal yang sangat menarik bahwa rencana perguruan tinggi itu ada hal yang dirancang menjadi kekhasan universitas tersebut, yaitu yang berhubungan dengan manuskrip,” ucap Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Masduki Baidlowi, Rabu (24/1/2024).
Pada pertemuan bersama Wapres Amin itu, tim yang dipimpin oleh Guru Besar Filologi Universitas Islam Negeri Jakarta Oman Fathurrahman, yang juga penasihat Masyarakat Pernaskahan Nusantara, menyampaikan gagasan untuk pembangunan museum literasi. ”Jadi, kami mengusulkan bahwa Universitas Syekh Nawawi Banten ini perlu memiliki distingsi (pembeda),” ucap Oman ketika memberikan keterangan seusai pertemuan.
Universitas Syekh Nawawi dinilai perlu memiliki kekhasan yang membedakan dengan universitas-universitas yang sudah ada di Indonesia. Hal ini dengan tujuan supaya kemanfaatan dari universitas menjadi lebih luas. ”Supaya lekas diketahui publik. Salah satu yang kami usulkan itu adalah dengan adanya museum. Mungkin namanya bisa nanti kita diskusikan, tapi semacam museum literasi Syekh Nawawi,” ucapnya.
Oman menegaskan bahwa manuskrip yang tersimpan di dalam museum itu nantinya juga akan menjadi media pembelajaran di Universitas Syekh Nawawi. Menurut Oman, museum itu hendak mengusung tiga unsur penting yang akan menjadi ciri khas dari Universitas Syekh Nawawi Banten.
Bukan hanya tentang Syekh Nawawi, melainkan ciri khas itu juga dihubungkan dengan konteks besar, yaitu Banten Islam yang sudah ada sejak abad ke-16. Selain itu, penciri lainnya adalah tentang pelembagaan lembaga pendidikan Islam di Indonesia abad ke-19, yaitu pesantren. ”Jadi ada tiga lokus yang akan menjadi penciri yang mendukung ekosistem perguruan tinggi ini, yaitu tentang Syekh Nawawi, tentang Banten Islam, dan tentang pesantren,” kata Oman.
Nantinya, museum itu akan mengusung tiga unsur penting yang akan menjadi ciri khas dari Universitas Syekh Nawawi Banten.
Melalui kehadiran museum literasi ini, publik diharapkan dapat merasakan manfaatnya. Mereka bisa belajar tentang sejarah, perkembangan, dan karya-karya Syekh Nawawi yang sejak dulu telah banyak menjadi referensi di seluruh dunia. Pembangunan dan pengoperasian museum nantinya akan dirancang dengan memanfaatkan kecanggihan perkembangan teknologi.
Konsep museum akan disajikan dan dikolaborasikan dengan konteks kekinian. Museum akan memanfaatkan teknologi digital hingga virtual reality supaya museum bukan lagi sesuatu yang asing bagi publik, khususnya bagi generasi milenial. Museum harus menghadirkan sesuatu yang mengasyikkan.
Melalui pembangunan museum literasi ini, Wapres Amin berharap dapat menjadi gerbang pembuka pengetahuan bagi generasi muda untuk mengetahui ajaran-ajaran Syekh Nawawi di bidang keislaman dan dalam pembentukan peradaban. Dengan demikian, ajaran Syekh Nawawi diharapkan dapat terus didalami dan diaplikasikan sesuai dengan perkembangan zaman.
”Alhamdulillah Pak Wapres merespons dengan sangat antusias. Yang awalnya mungkin tadinya itu, menurut rencana, museumnya akan kecil, beliau menyarankan kepada kita semuanya supaya lebih luas lagi supaya memang terwujud cita-cita besarnya,” ucap Oman.
Museum Literasi Syekh Nawawi Al-Bantani adalah museum yang mengolaborasikan tiga hal, yaitu pameran artefak fisik, akses pengetahuan, serta edukasi dan pengembangan ekonomi. Model ini memungkinkan pengunjung untuk merasakan pengalaman sekaligus mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang Syekh Nawawi Al-Bantani sebagai tokoh ulama dengan julukan ”Bapak Kitab Kuning”.
Selain itu, museum juga akan memberikan manfaat edukasi dan ekonomi bagi warga lokal serta berkontribusi bagi pembangunan daerah. Nantinya, museum fisik juga akan dihubungkan dengan informasi dan data terkait yang dapat diakses melalui laman situs web atau aplikasi secara daring dan luring dalam radius tertentu pada lokasi bisnis lokal.
Selain Oman Fathurrahman, hadir dalam kesempatan itu di antaranya Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten yang juga merupakan seorang sejarawan Banten Mufti Ali. Pertemuan juga dihadiri jajaran Tim Museum Literasi Syekh Nawawi Al-Bantani di antaranya Siti Haniatunnisa, Muhammad Zainal Arifin, Jamhari, dan Fadli Husnurrahman.