Gudang Senjata Brimob Meledak, Menko Polhukam: Perlu Ada Perbaikan
Gudang senjata Brimob meledak dan lukai 10 anggota Polri. Tepis tak profesional, Menko Polhukam sebut perlu perbaikan.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto menyebut perlu ada perbaikan gudang penyimpanan Detasemen Gegana Brigade Mobil Kepolisian Daerah Jawa Timur seusai ledakan yang melukai 10 anggota yang tengah berlatih pada Senin (4/3/2024) sekitar pukul 10.30. Menurut mantan Panglima TNI itu, aspek keamanan gudang penyimpanan senjata perlu segera diperbaiki oleh institusi Polri.
”Ya, aspek keamanan, ya (yang harus dibenahi). Memang terjadi ledakan karena ada sisa-sisa mortir dan sebagainya yang disimpan. Dan, mungkin perlu diperbaiki gudangnya seperti yang disampaikan oleh Pak Kapolda Jatim,” ujar Hadi ditemui seusai bertemu dengan jajaran pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta, Selasa kemarin.
Saat ditanya terkait indikasi ketidakprofesionalan Polri karena masih menggunakan gudang lama untuk menyimpan senjata dan bahan peledak, Hadi menyebut hal itu hanya persoalan teknis. Menurut dia, Polri sejauh ini masih profesional. Apalagi, penilaian dari publik selama ini profesionalitas Polri masih tergolong tinggi, tanpa menyebutkan lembaga survei mana yang dimaksud.
Memang terjadi ledakan karena ada sisa-sisa mortir dan sebagainya yang disimpan. Dan, mungkin perlu diperbaiki gudangnya seperti yang disampaikan oleh Pak Kapolda Jatim.
Kesalahan jalankan SOP gudang
Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto, berpandangan, banyak hal yang harus dievaluasi terkait ledakan di gudang bahan peledak Subdetasemen Gegana Satuan Brimob Polda Jatim itu. Menurut dia, ada kesalahan menjalankan prosedur standar operasi (SOP) dalam pengelolaan gudang bahan peledak.
Markas Subden Gegana di Jalan Gresik Nomor 39 Surabaya itu, menurut dia, memang sudah lama berdiri. Namun, ia mempertanyakan apakah bangunan tempat penyimpanan bahan peledak tempat terjadinya insiden ledakan awal pekan ini juga dibangun sejak tahun 1951.
”Apakah selama ini tidak ada rehabilitasi? Kalau tidak ada, tentu sangat disayangkan. Apakah masih layak digunakan atau tidak?” kata Bambang.
Apakah selama ini tidak ada rehabilitasi? Kalau tidak ada, tentu sangat disayangkan. Apakah masih layak digunakan atau tidak?
Ia berharap kapasitas gudang penyimpanan Mako Subden Gegana itu dievaluasi. Publik perlu mengetahui seberapa banyak barang peledak yang bisa disimpan di gudang tersebut. Selain itu, juga kontrol terhadap masuk-keluar bahan peledak di gudang.
”Dengan adanya manajemen pengelolaan gudang yang baik, tentu tidak bisa menyalahkan faktor alam karena terik matahari yang memicu ledakan,” katanya.
Ia justru menduga kemungkinan ledakan itu dipicu gudang melebihi kapasitas (overload) sehingga mengakibatkan suhu di dalam gudang naik.
Sangat kecil kemungkinan karena kesengajaan.
”Sangat kecil kemungkinan karena kesengajaan,” ucapnya.
Terkait dengan dugaan ketidakprofesionalan Polri dalam insiden itu, Bambang menegaskan bahwa hal itu terjadi di gudang senjata milik Subden Gegana, salah satu satuan di Brimob yang menangani bahan peledak. Ia melihatnya sebagai kecerobohan personel yang kemungkinan besar tidak menjalankan SOP dengan benar.
”Baik personel pengelola maupun pengawas infrastruktur bangunan, bila yang menjadi pemicu karena ketidaklayakan gudang penyimpanan,” paparnya.
Sebelumnya diberitakan, 10 anggota Detasemen Gegana Polda Jatim terluka akibat ledakan dari gudang penyimpanan kesatuan itu, Senin pagi. Kepala Polda Jatim Inspektur Imam Sugianto mengatakan, saat ledakan terjadi, 15 anggota Gegana sedang berlatih olah tempat kejadian perkara (TKP) ledakan. Latihan terkait simulasi ledakan data center berupa peti kemas yang berjarak 10 meter dari gudang yang meledak. Sebanyak 10 anggota terkena pecahan kaca sehingga dievakuasi ke RS Bhayangkara untuk menjalani perawatan. Lima anggota tidak mengalami luka.
Imam juga mengatakan, ledakan terjadi dari gudang penyimpanan bahan peledak hasil sitaan dan atau temuan masyarakat yang diserahkan kepada petugas. Berdasarkan laporan Laboratorium Forensik Polda Jatim, ledakan diduga terkait dengan kondisi lembap dan panas dalam gudang yang menimbulkan reaksi kimia dan memicu ledakan. Lembap dan panas turut dipicu perubahan cuaca tiba-tiba beberapa hari terakhir di kompleks detasemen itu.
Gudang yang meledak memunculkan fakta bahwa bangunan itu tidak memadai.
Ia juga mengakui, Detasemen Gegana Satuan Brimob Polda Jatim belum memiliki gudang penyimpanan bahan peledak yang memadai. Gudang yang meledak memunculkan fakta bahwa bangunan itu tidak memadai. Gudang merupakan rumah tahun 1951 yang direnovasi untuk penyimpanan bahan peledak (Kompas.id, 5 Maret 2024).