Pewarta Istana Kepresidenan: Pantang Pakai Jins, Tak Enggan Kehujanan
Ada aturan berbusana di Istana Kepresidenan yang melarang pemakaian celana berbahan jins.
Aktivitas jurnalis ketika meliput Presiden dan Wakil Presiden mungkin terkesan wah. Setiap hari bebas keluar masuk Istana Kepresidenan. Bahkan, kadang ada yang mengira setiap hari peliput akan bertemu Presiden.
Tentu itu tidak sepenuhnya benar, meski juga tidak sepenuhnya salah. Hal yang pasti, bertugas meliput di Istana sebenarnya berarti berkompromi dan mengikuti segala aturan main di Istana. Kebebasan wartawan menggunakan jins dan kaus, misalnya, nyaris hilang.
Di era Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, jangan harap bisa leluasa masuk Istana Kepresidenan ketika mengenakan celana jins atau sandal. Aturan ini berlaku bagi semua orang, termasuk wartawan, yang hendak memasuki istana.
Meski demikian, beberapa bulan lalu ada pula sebuah momen yang jarang terjadi ketika seorang wartawan ”diizinkan” meliput aktivitas Presiden Jokowi di dalam Istana Merdeka, Jakarta, dengan mengenakan celana jins.
Baca juga: Diplomasi Mode, dari Sepatu ”Mismathced” Bu Menlu hingga Jas Bertanda Jasa Bung Karno
Hal ini terjadi ketika Presiden Jokowi pada pertengahan Juni 2023 lalu menerima Putri Ariani, penyanyi yang baru saja mendapatkan golden buzzer dari Simon Cowell di ajang pencarian bakat America's Got Talent (AGT) . Saat itu, Putri viral ke seantero dunia.
Tayangan Putri di kanal Youtube AGT ditonton puluhan juta dalam beberapa hari saja. Pemengaruh yang membuat komentar atas penampilan Putri pun tak terhitung.
Presiden Jokowi pun mengundang Putri ke Istana. Saat itu Putri pun hadir bersama ayahnya, Ismawan Kurnianto dan ibunya, Reny Alfianty.
Baca juga: Apresiasi Presiden ke Putri Ariani, ”Terbanglah Tinggi...”
Tiba di Istana, Ismawan mengenakan celana jins dan kemeja putih. Kami, para wartawan, sempat terheran-heran dan mengira larangan mengenakan celana jins akan dikendorkan khusus untuk ayah Putri.
Tapi, saat wartawan tiba di tangga samping Istana Merdeka, seorang anggota Pasukan Pengamanan Presiden atau Paspampres mendekati Dhio Faiz Syarahil, wartawan media daring. Dia meminta Dhio meminjamkan celana panjang kainnya kepada ayah Putri.
Meskipun ragu, Dhio berbaik hati. Dhio pun bertukar celana dengan ayah Putri. Baru setelahnya, dengan sedikit panik, Dhio bertanya, ”Terus saya liputan, gimana? Boleh masuk?” Paspampres pun segera menjawab, ”Udah, masuk aja.”
Jadilah Dhio meliput dengan celana jins. Kami para wartawan segera mengabadikan ”peristiwa langka” ini. Seusai acara, Putri dan kedua orangtuanya pun meninggalkan Istana Merdeka dengan diantar Presiden Jokowi dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Baca juga: Penegasan Identitas Lewat Busana Saat Pelantikan Presiden AS
Setelahnya, barulah wartawan kemudian menceritakan kisah saling bertukar celana ini kepada Presiden Jokowi dan Pratikno. Kami pun tertawa-tawa bersama Presiden dan Pratikno. Saat itu Presiden Jokowi berseloroh, ”Mestinya nggak apa-apa (pakai jins).”
Tapi, sejauh ini aturan larangan memakai jins belum berubah. Jadi, jangan sampai menggunakan celana jins dan sandal ketika tengah meliput Presiden dan Wapres. Walau jarang terjadi, ada kalanya personel Biro Pers atau Paspampres mau meminjami celana berbahan kain ketika ada wartawan kepepet yang lupa memakai jins, padahal mesti meliput Presiden atau Wapres.
Mestinya nggak apa-apa (pakai jins).
Untuk beberapa acara tertentu ada dress code atau aturan berbusana yang harus diikuti ketika meliput di Kompleks Istana Kepresidenan. Saat meliput upacara kenegaraan untuk menyambut tamu negara atau konferensi yang dihadiri kepala negara/kepala pemerintahan negara lain, misalnya, pakaian sipil lengkap alias kemeja, jas, dan celana berbahan kain wajib dikenakan para wartawan.
Terkadang, batik menjadi busana yang mesti dikenakan para wartawan ketika akan meliput acara resmi kenegaraan di Istana Presiden ataupun Istana Wakil Presiden. Alhasil, di momen-momen tertentu, kompleks Istana menjadi lokasi tempat berkumpul para jurnalis dalam jumlah banyak yang kompak berbusana batik.
Baca juga: Setelah ”Berkebaya”, Kini Istana Pun ”Berbatik”
Selain itu, semua yang memasuki Istana perlu mematuhi keharusan memindai barang bawaan. Tak terkecuali wartawan, tas akan kena pemindaian di setiap pintu. Begitu pendeteksi logam berbunyi, bersiaplah untuk pemeriksaan lanjutan oleh petugas.
Telepon genggam mesti dititipkan
Meskipun demikian, wartawan yang sudah terdaftar dan memiliki kartu identitas pewarta Istana—dengan penanda lambang Sekretariat Presiden dan Sekretariat Wakil Presiden dilengkapi hologram dari Paspampres—punya keleluasaan untuk membawa alat kerja, seperti kamera dan telepon pintar. Adapun telepon genggam para tamu yang hendak masuk Istana biasanya harus dititipkan di loker yang disiapkan di salah satu pintu masuk.
Selain mengikuti aturan-aturan tersebut, wartawan juga perlu menyadari betul kalau yang diliput itu Presiden dan Wapres dengan segala perangkat dan pengamanan melekat. Jadi wartawan perlu tahu menempatkan diri.
Misalnya, dalam forum ketika Presiden atau Wapres memberi sambutan dan menandai dengan pemukulan gong atau sejenisnya, wartawan hanya bisa berada di panggung peliputan. Tak mungkin wartawan bergerak ke barisan depan demi mendapatkan gambar lebih bagus.
Baca juga: Ketika Jokowi Mengajak Berbagi Podium Kepresidenan
Apabila nekat mendekati posisi Presiden atau Wapres, selain akan dimarahi fotografer dan kamerawan yang ada di panggung wartawan serta merasa terhalangi, Paspampres pun dipastikan akan sigap menarik dan menghalau.
Ketika Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke daerah, meninjau kondisi riil seperti di sawah atau permukiman warga, wartawan juga harus sadar dengan gerakannya sendiri. Misalnya, jangan sampai menabrak atau menginjak kaki Ibu Negara yang mendampingi Presiden meski hal ini nyaris mustahil terjadi sebab anggota Paspampres akan sigap menghalangi.
Baca juga: Perisai Hidup Pengawal Rangkaian Kendaraan Kepresidenan
Meliput Presiden dan Wapres juga perlu siap segala cuaca. Biasanya, agenda Presiden Jokowi tak akan berhenti hanya karena hujan mengguyur. Presiden Jokowi akan memegang payung dan melanjutkan peninjauan dan acara.
Pada konteks ini, wartawan pun harus siap mengamankan alat kerjanya. Jangan sampai alat kerja terguyur hujan lalu rusak dan tak bisa merekam.
Sebuah contoh, saat meliput peninjauan sudetan Kali Ciliwung pada 20 Februari 2023, hujan pun mengguyur dengan lebat saat Presiden Jokowi datang. Payung, plastik kresek, penutup tas langsung dikeluarkan para wartawan untuk mengamankan alat-alat kerja.
Baca juga: 79 Kisah di Balik Liputan Istana, Kenangan dari Presiden ke Presiden
Setelah mengambil gambar dari titik tertentu, wartawan pun mewawancara cegat Presiden Jokowi. Satu tangan memegang alat rekam, tangan lainnya memegang payung. Bagi kamerawan yang mesti fokus mengambil gambar dengan dua tangan, akan ada kolega sesama wartawan yang menaunginya.
Wartawan akan menggunakan apa pun, baik payung, jas hujan, maupun plastik, untuk mengamankan alat kerja. Ibaratnya, badan boleh basah, alat kerja jangan.