SEMARANG, KOMPAS — Pegiat wisata dari Kementerian Pariwisata dan perwakilan komunitas serta desa wisata menyusuri kawasan pecinan Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (19/7/2018).
Mereka memetakan tempat dan potensi di pecinan untuk dibuat menjadi sebuah paket jelajah wisata sejarah dan budaya di kawasan pecinan.
Mereka mengawali perjalanan dari Kelenteng Tay Kak Sie yang merupakan salah satu bangunan tua dan ikonik di Gang Lombok, kawasan pecinan. Mereka menyusuri kawasan tersebut dengan berjalan kaki.
Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya Kementerian Pariwisata Oneng Setyaharini menjelaskan, kegiatan Jelajah Pecinan akan menjadi percontohan dalam membuat paket baru wisata. ”Kegiatan ini ingin meningkatkan produk wisata budaya dan mengemasnya dalam bentuk jalan-jalan,” ujar Oneng.
Dari berjalan kaki mengunjungi beberapa tempat, mereka akan melihat kesiapan lokasi layak atau tidak sebagai sebuah destinasi wisata. Seperti yang disampaikan Oneng, dari sisi sumber daya manusia, pelayanan, akses infrastruktur, sampai fasilitas kamar kecil akan dilihat dan dipertimbangkan.
Menurut Oneng, salah satu kunjungan ini untuk melihat kelompok pasar yang akan dituju. Pasar Asia dan Eropa menjadi target terutama dari negara China, Singapura, Australia, dan India. ”Orientasi wisatawan sekarang adalah dapat berinteraksi dengan warga lokal,” kata Oneng.
Agni Malagina, salah satu penggerak komunitas Wisata Lasem yang turut mengikuti Jelajah Pecinan, mengatakan, budaya dan sejarah akan selalu menarik untuk diceritakan. Perjalanan menyusuri gang kecil dan melihat aktivitas masyarakat di seputar pecinan menjadi daya tariknya.
Menurut Agni, pecinan di Semarang memiliki daya historis dan kultural yang kuat. ”Kawasan ini sangat fotogenik bagi penggemar fotografi, sejarah, dan kuliner,” ucapnya.
Selain itu, pemandangan interaksi sosial masyarakat antaretnis menjadi contoh yang didapatkan di tengah pasar atau gang kampung.
Ulinuha sebagai tuan rumah dari rombongan Jelajah Pecinan menjelaskan setiap kisah dari bangunan atau jalan yang dilalui. Dari gang tersebut, peserta melintasi rumah-rumah deret ruko khas pecinan dengan aktivitasnya.
Toko obat zaman dahulu, rumah makan tua yang masih dengan rasa otentik lamanya, serta perajin lukisan tinta bak hingga batu bongpay masih dapat dijumpai. Rute yang mereka lintasi itu akan dibuat menjadi paket wisata jalan-jalan.
Setelah kunjungannya ini, Oneng bersama timnya merencanakan sebuah buku yang akan menjadi panduan bagi turis asing saat mengunjungi sejumlah tempat di Jawa Tengah.