Pandemi Covid-19 memukul perekonomian di berbagai sektor. Industri otomotif adalah yang terdepan merasakan dampaknya.
Oleh
Gianie
·5 menit baca
Pandemi Covid-19 memukul perekonomian di berbagai sektor. Industri otomotif adalah yang terdepan merasakan dampaknya. Penurunan daya beli masyarakat akibat berkurangnya penghasilan mengubah pola perdagangan barang tersier, seperti kendaraan bermotor.
Dampak pandemi sangat terlihat pada berubahnya pola konsumsi masyarakat yang kembali ke pola hierarki kebutuhan Maslow tingkat dasar, yaitu pemenuhan kebutuhan pokok (fisiologis) dan rasa aman, terhindar dari penyakit. Oleh sebab itu, sektor-sektor usaha yang cukup bisa bertahan adalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar tersebut, seperti industri makanan dan minuman, logistik yang menunjang mobilitas barang, industri sandang, serta industri farmasi dan alat kesehatan.
Sektor ini, selain bisa bertahan karena merupakan barang kebutuhan dasar, juga didorong oleh berkembangnya perdagangan elektronik dalam jaringan (e-dagang atau e-commerce) yang ditunjang kemudahan pembayaran dan pembelian yang tak harus bertatap muka. Jasa pengantarannya pun beragam dengan biaya lebih murah ketimbang mengeluarkan biaya transportasi sendiri.
Pemenuhan barang-barang kebutuhan lainnya mengalami penundaan karena menjadi tak mendesak, selain ketiadaan alokasi dana. Karena itu, penjualan barang, seperti kendaraan bermotor, cenderung menurun.
Penjualan mobil
Selama satu semester tahun ini, penjualan kendaraan roda empat yang baru cenderung menurun. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan, penjualan mobil dari pabrikan ke diler (wholesales) sepanjang enam bulan pertama tahun 2020 berjumlah 260.933 unit atau turun 46 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni 483.648 unit. Adapun penjualan dari diler ke konsumen (ritel) hanya 290.597 unit atau turun 42,1 persen dari 501.708 unit pada 2019.
Pandemi memaksa agen pemegang merek (APM) mobil menekan produksi karena permintaan yang lesu. Beberapa pabrikan mobil bahkan menghentikan sementara produksinya (Mei dan Juni) untuk mengurangi penyebaran wabah di lingkungan pabrik, seperti APM Mitsubishi Motors, Wuling, Datsun, Nissan, dan Renault. Namun, ada juga alasan lainnya, seperti terganggunya suplai bahan baku atau stok yang tersedia masih dirasa cukup untuk penjualan beberapa bulan mendatang.
Produksi mobil Januari-Juni 2020 tercatat 369.545 unit. Jumlah ini turun sekitar 37,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019 yang mencapai 594.127 unit. Penurunan produksi terbesar secara persentase dialami APM Datsun, yaitu 89,1 persen. Periode Januari-Juni 2019, Datsun memproduksi 2.596 unit kendaraan, sedangkan pada periode yang sama 2020 hanya berproduksi sebanyak 282 unit.
Dari segi jumlah, penurunan produksi terbesar dialami APM Toyota. Toyota pada periode Januari-Juni 2019 memproduksi 237.845 unit kendaraan, sedangkan pada periode yang sama 2020 hanya berproduksi sebanyak 145.277 unit. Terjadi penurunan 38,9 persen.
Meski demikian, seperti tahun-tahun sebelumnya, Toyota masih mendominasi pangsa terbesar penjualan mobil di Indonesia tahun 2020, baik dari sisi wholesales (31,4 persen) maupun ritel (32 persen). Pangsa terbesar berikutnya secara berturut-turut dikuasai APM Daihatsu dan Honda, baik untuk wholesales maupun ritel.
Penerapan pembatasan sosial dan protokol kesehatan selama pandemi pada umumnya menyebabkan perubahan pola penggunaan alat transportasi. Hasil jajak pendapat yang dilakukan Litbang Kompas pada akhir Juni lalu menunjukkan perubahan moda transportasi yang dipakai selama pandemi. Sebagian besar responden (hampir 70 persen) menyatakan menggunakan sepeda motor sejak pandemi berlangsung untuk meminimalisasi peluang terpapar virus korona baru. Pengguna mobil kurang dari 20 persen.
Terdapat 11,4 persen responden yang beralih dari penggunaan angkutan umum ke sepeda motor. Adapun kelompok yang beralih dari penggunaan angkutan umum ke mobil sebanyak 14 persen. Meski demikian, kondisi peralihan ini tak bisa serta-merta menaikkan penjualan mobil secara signifikan.
Penurunan penjualan mobil di Indonesia tahun ini diperkirakan 40 persen. Kondisi ini tak jauh berbeda dengan industri otomotif dunia yang juga lesu. Laman yang mengulas tentang industri otomotif global, yaitu counterpointresearch.com, pada awal Juli memprediksi permintaan mobil penumpang di seluruh dunia turun 20 persen tahun ini akibat pandemi.
Secara global, penjualan mobil tahun 2020 di seluruh dunia hanya akan mencapai 71,9 juta unit. Jumlah tersebut turun dibandingkan penjualan tahun lalu yang sebanyak 90 juta unit.
Penurunan cukup besar terjadi di negara-negara Eropa sebesar 25,7 persen dan Amerika Serikat 23,9 persen. China yang pada tahun 2019 menjual 25,7 juta mobil, pada tahun ini diperkirakan hanya turun 14,8 persen menjadi 21,9 juta unit. Pulihnya penjualan mobil di China disebabkan oleh kondisi ekonomi China yang bangkit lebih awal dibandingkan dengan negara lain meski masih terdapat ketidakpastian.
Kelas menengah
Pemulihan untuk pembelian mobil baru membutuhkan waktu yang diperkirakan cukup lama. Hal ini sangat ditentukan oleh daya beli masyarakat dan penyaluran kredit dari perbankan untuk sektor ini. Perbankan dan perusahaan pembiayaan sangat berhati-hati dalam memberikan kredit bagi pembelian mobil baru guna menghindari risiko kredit macet atau bermasalah.
Kunci pemulihan terletak pada kelompok masyarakat kelas menengah yang menjadi penggerak konsumsi. Pertumbuhan kelas menengah di Indonesia tergolong cepat dalam hampir dua dekade terakhir. Laporan Bank Dunia dalam Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class (Januari 2020) menyebutkan, satu dari lima penduduk Indonesia termasuk dalam kelas menengah. Jumlah kelompok kelas menengah di Indonesia kini mencapai 52 juta orang (sekitar 20 persen). Jumlahnya meningkat pesat dibandingkan dengan pada 2002 yang hanya 7 persen dari total penduduk.
Kelompok inilah yang akan menggerakkan perekonomian karena kontribusi konsumsi dari kelompok ini bertumbuh dari 21 persen pada 2002 menjadi sekarang mencapai hampir separuh dari konsumsi rumah tangga di Indonesia. Penjualan mobil baru diharapkan datang dari kelompok kelas menengah ini. Mereka tidak semata menginginkan produksi mobil dalam negeri, tetapi juga mobil impor.
Semakin cepat Covid-19 tertangani dengan baik, semakin cepat dunia otomotif akan kembali berproduksi normal.
Sama seperti produksi dan penjualan mobil di Indonesia yang pada paruh pertama 2020 lesu dan menurun, impor mobil menurun cukup signifikan, yaitu mencapai 48 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, terdapat beberapa merek mobil impor yang tak berkurang permintaannya, bahkan jumlahnya meningkat.
Beberapa merek mobil yang mencatatkan pertambahan jumlah impor selama semester pertama 2020, antara lain, Peugeot (248,4 persen), BMW (177,2 persen), Renault Maxindo (40,3 persen), Mini (14,5 persen), dan Audi (12,5 persen).
Pulihnya industri otomotif dalam negeri tergantung dari permintaan pasar. Semakin cepat Covid-19 tertangani dengan baik, semakin cepat dunia otomotif akan kembali berproduksi normal. (LITBANG KOMPAS)