logo Kompas.id
SastraMegatruh
Iklan

Megatruh

Mulai malam itu pun tersiar kasak-kusuk Mbah Wasis tidak tapa ”ngluweng” tapi tapa ”ngalong” dengan menebarkan harum aroma kenanga. Kasak-kusuk itu menyebar ke mana-mana dengan tambahan bumbu yang juga ke mana-mana.

Oleh
TJAHJONO WIDARMANTO
· 13 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/t8E-1lGyR7k6wP61-RjVGvNJ57A=/1024x1397/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F09%2F5dbfe967-66bd-4406-8899-f62a5e0313c0_jpg.jpg

Tak ada yang ingat, kapan lelaki tua itu datang dan kemudian menetap di dusun kami, mungkin enam atau delapan tahun lalu. Lelaki yang sekarang berusia sekitar tujuh puluh tahun itu mengenalkan dirinya dengan nama: Wasisto. Seluruh penduduk dusun kemudian menyapanya sebagai Mbah Wasis. Perawakannya biasa-biasa saja, seperti lazimnya orang ndeso, dadanya bidang dan kulitnya melegam dipanggang matahari. Tak pendek, tak juga jangkung. Agak bungkuk namun berahang keras sehingga tampak kokoh dan liat menandakan tubuh yang akrab dengan kerja keras.

Yang membedakan Mbah Wasis dengan orang tua-orang tua di dusun kami lainnya, adalah rambut dan matanya. Rambut Mbah Wasis panjang sampai ke punggung. Selepas mandi Mbah Wasis acap kali membiarkan rambut putihnya yang panjang dan basah itu terurai. Setelah kering, Mbah Wasis mengikat rambut putihnya rapi-rapi dengan udeng berwarna hitam. Dengan rambutnya yang panjang di balik iket udengnya, Mbah Wasis tampak gagah seperti tokoh-tokoh silat dalam karya SH Mintardja atau Kho Ping Ho.

Editor:
DWI AS SETIANINGSIH
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000