Reuni 212 Jangan Dijadikan Ajang Politik Praktis
JAKARTA, KOMPAS — Aksi Reuni 212, yang bertujuan untuk mempersatukan umat Islam dan bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW, berlangsung tertib di Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu (2/12).
Beberapa pihak berharap agar kegiatan ini tidak terus dijadikan sebagai ajang politik praktis untuk kepentingan jangka pendek yang pragmatis.
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Bachtiar Nasir menjelaskan, acara ini dilangsungkan sebagai ajang reuni dan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. ”Para peserta datang dengan damai. Jika ada masalah di masa lalu, sudahilah itu,” ujar Bachtiar di Monas.
Bachtiar menyampaikan pesan ingin membina persatuan di antara sesama umat Islam dan berharap umat Islam juga bisa menjaga persatuan dengan umat beragama lain.
Bachtiar Nasir menyampaikan pesan ingin membina persatuan di antara sesama umat Islam dan berharap umat Islam juga bisa menjaga persatuan dengan umat beragama lain.
”Kami juga berharap di antara umat Islam dan rezim pemerintahan dapat bersatu dan jangan ada gontok-gontokan lagi,” lanjut Bachtiar.
Peserta memadati Monas sejak Sabtu pagi. Berdasarkan susunan acara, peserta melakukan shalat Subuh di Monas. Kemudian, dilanjutkan dengan zikir dan orasi keagamaan serta pidato dari beberapa tokoh agama dan politik.
Beberapa tokoh yang hadir adalah politisi senior Partai Amanat Nasional Amien Rais, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, Wakil Ketua DPR Fadli Zon, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Secara terpisah, saat dihubungi Kompas, Ketua Harian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Robikin Emhas mengapresiasi aksi yang berlangsung tertib itu.
”Acara semacam ini boleh saja dilakukan, apalagi jika berlangsung tertib. Tujuannya demi meningkatkan persaudaraan umat Muslim dan persaudaraan sesama warga negara,” ujarnya.
Robikin tetap mengingatkan agar acara keagamaan tidak dijadikan sebagai tunggangan politik praktis.
Rendah sekali martabat agama jika digunakan untuk menangguk keuntungan politik. Apalagi sekadar dikonversi dengan perolehan suara politik elektoral lima tahunan.
”Rendah sekali martabat agama jika digunakan untuk menangguk keuntungan politik. Apalagi sekadar dikonversi dengan perolehan suara politik elektoral lima tahunan,” kata Robikin.
Ia menjelaskan, politisasi agama merusak kohesivitas sosial dan memecah persatuan bangsa. Pesan politik, lanjut Robikin, boleh saja disampaikan dalam kegiatan semacam ini selama tujuannya untuk membangun moral bangsa.
Amien Rais dalam pidatonya mengungkapkan, aspirasi umat Islam agar jangan dibuang percuma oleh pemerintah.
”Selain itu, kami ingin menyampaikan kepada Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) bahwa reklamasi itu gawat. Kami berharap negara tidak dijual ke (bangsa) asing,” ucap Amien.
Umat Islam bisa menjadi umat yang moderat dan menjelaskan bahwa ekstremitas bisa memecah belah bangsa.
Fahri mengimbau agar umat Islam bisa menjadi umat yang moderat dan menjelaskan bahwa ekstremitas bisa memecah belah bangsa.
”Dengan demikian, kita semua diutus menjadi umat pertengahan, moderat, dan umat yang menyampaikan salam,” lanjut Fahri.
Zulkarnain (43), peserta asal Jakarta, mengatakan ikut aksi ini untuk berkumpul kembali dengan saudara seimannya.
”Ini merupakan momentum baik untuk berkumpul bersama saudara Muslim dari sejumlah daerah. Tahun lalu, saya juga ikut aksi seperti ini dan saya berharap umat Muslim bisa semakin bersatu,” tutur Zulkarnain.
Pada pukul 12.00, para peserta tampak meninggalkan Monas dengan tertib. Beberapa relawan juga tampak memunguti sampah di sekitar Monas setelah selesai acara.
Dengan diadakannya acara ini, terjadi kemacetan di wilayah sekitar Monas, seperti di daerah Tugu Tani, Jalan Medan Merdeka Timur, dan Jalan Medan Merdeka Utara. (DD05)