BANDUNG, KOMPAS — Kreativitas petani dan pelaku usaha menanam dan membuat produk turunan kopi harus terus ditingkatkan. Keduanya menjadi modal utama untuk mempertahankan masa depan cerah kopi Indonesia.
Hal itu dikatakan sejumlah kalangan dalam acara ”Ngopi Saraosna” Volume 4 di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (8/12). Ratusan petani dan pelaku usaha kopi Jabar memamerkan kopi terbaiknya dalam ajang kumpul dunia usaha kopi terbesar di Jabar itu.
Executive Director Sustainable Coffee Platform Indonesia (Scopi) Veronica Herlina mengatakan, petani dan pelaku usaha harus terus jeli melihat tren penikmat kopi saat ini. Apabila tren itu bisa terus diikuti, hal itu akan sangat baik untuk masa depan usaha kopi.
Veronica mencontohkan, saat ini konsumen atau penggemar kopi tak saja sekadar mau membeli kopi. Mereka ingin mengetahui beragam informasi tentang kopi yang akan diteguknya, mulai dari luas kebun petani, jenis kopi yang digunakan, lokasi budidaya, hingga proses pengolahannya. Petani atau pelaku usaha kopi mutlak harus mengetahui informasi tentang hal itu.
”Peluang ini penting ditangkap petani dan hal ini dapat meningkatkan ikatan emosional antara konsumen dan petani. Selain itu, upaya ini juga berhubungan dengan jaminan keamanan,” ujar Veronica.
Ia menuturkan, dalam upaya meningkatkan kapasitas petani dan pelaku usaha kopi, pihaknya telah menggelar program Master Trainer Scopi sejak tahun lalu. Program ini bertujuan mencetak instruktur atau pelatih kopi yang nantinya ikut memoles pengetahuan dan keterampilan petani kopi.
”Kami menargetkan paling tidak 50 persen petani kopi terjangkau program ini hingga tahun 2020. Program ini sudah berjalan di 15 provinsi penghasil kopi, di antaranya Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Jawa Barat, dan Papua,” katanya.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan, pihaknya berkomitmen mengembangkan produksi kopi. Beberapa hal yang sudah dilakukan, lanjutnya, antara lain meningkatkan luas lahan dan membagikan bibit pohon kepada kelompok petani kopi.
”Pada 23 Desember, akan dibagikan 5 juta bibit kopi kualitas prima dan cepat berbuah. Alokasi anggaran dari APBD, sekitar Rp 50 miliar, untuk program ini. Dengan pembagian 5 juta bibit ini, diperkirakan akan ada tambahan lahan kopi lebih kurang 2.000 hektar,” tutur Heryawan.
Jumlah bantuan bibit pohon kopi itu naik dibandingkan bantuan tahun lalu sebanyak 2 juta bibit. Jabar merupakan salah satu daerah utama penghasil kopi di Pulau Jawa. Lahan kopi di Jabar mencapai 36.000 hektar dengan volume produksi tahun 2016 mencapai 25.000 ton. Tahun ini, produksi kopi diharapkan bertambah menjadi 25.625 ton.
Heryawan menyebutkan, pembagian bibit pohon kopi gratis ini bukan saja untuk meningkatkan luas lahan dan produksi kopi, melainkan juga sebagai upaya konservasi dan meningkatkan pendapatan dari kopi.
”Tahun 2015, harga buah kopi merah Gunung Puntang, Banjaran, Kabupaten Bandun,g hanya Rp 6.000 per kilogram, kini mencapai Rp 12.000 per kilogram. Kuncinya, perawatan ideal yang dilakukan petani. Butuh kreativitas petani untuk mewujudkannya,” ujar Heryawan.