Dua Kapal SAR Cari Empat Korban Hilang
SURABAYA, KOMPAS – Sebanyak dua kapal SAR (search and rescue) dikirim ke Pulau Saredeng, Kepulauan Kangean, Sumenep, Madura untuk mencari empat penumpang kapal yang belum ditemukan.
Kedua kapal tersebut adalah Kapal Negara (KN) SAR 225 Widura yang berangkat dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya dan Rigit Inflatable Boat (RIB) atau kapal cepat dari pos siaga Banyuwangi.
“KN SAR 225 Widura berangkat sekitar pukul 03.00 dan akan tiba di Pulau Saredeng sekitar pukul 16.00. Perjalanan sejauh 350 kilometer dari Surabaya ke Pulau Saredeng membutuhkan waktu sekitar 13 jam,” kata Kepala Kantor SAR Surabaya Budi Prasetyo, Jumat (9/3) di Surabaya.
Sebelumnya diberitakan sebuah kapal sarat penumpang rombongan santri terbalik dalam perjalanan dari Pulau Sapeken menuju Pulau Tanjung Kiaok, Kamis (8/3) pukul 14.00. Kapal tersebut mengangkut 34 orang, dengan rincian 1 orang anak buah kapal, 3 orang pembina, 1 orang ibu, 2 orang anak, dan 27 orang santri. Belum diketahui secara pasti penyebab kecelakaan kapal tersebut.
Kapal mengangkut 34 orang, dengan rincian satu anak buah kapal, tiga orang pembina, satu orang ibu, dua anak, dan 27 santri
Data yang dihimpun hingga pukul 07.00, satu orang meninggal, empat belum ditemukan, dan 29 selamat. Dari jumlah korban selamat, 13 orang di antaranya mengalami luka berat dan dirawat di Puskesmas Sapeken. Korban selamat ditolong oleh nelayan sekitar lokasi yang melihat kejadian tersebut. Berita ini sekaligus memberikan perkembangan yang menyebut jumlah penumpang sebanyak 18 orang.
Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan Sapeken Taufikur Rahman mengatakan, kapal yang belum diketahui namanya tersebut terbalik di sekitar Pulau Saredeng atau baru setengah perjalanan menuju Tanjung Kiaok. Adapun jarak dari Pulau Sapeken hingga Tanjung Kiaok sekitar 10 kilometer. Kapal berangkat sekitar pukul 13.00 dan terbalik pada pukul 14.00.
Perahu Rombongan Terbalik, Empat Orang Hilang
Pulau Saredeng berada di Kepulan Kangean atau sekitar 335 kilometer dari Surabaya. Pulau ini berada di timur Pulau Madura dan utara Pulau Bali. Adapun Pulau Saredeng masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Kapal itu diduga melebih kapasitas penumpang dan berlayar tanpa izin. Berdasarkan informasi yang dihimpun, kapal berkukuran 5 groos ton yang memiliki Panjang 13 meter dan lebar 2 meter tersebut disewa oleh rombongan santri untuk mengikuti pengajian di Tanjung Kiaok.
Taufikur mengatakan, kapal itu berangkat tanpa mengajukan izin berlayar dan melaporkan manifes kepada Unit Penyelenggara Pelabuhan Sapeken. Kapal juga tidak berangkat dari Pelabuhan Sapeken, tetapi dari pesisir pantai yang tak jauh dari Pondok Pesantren Abu Hurairah.
Taufik mengatakan, para penumpang kapal merupakan rombongan santri dari Pondok Pesantren Abu Hurairah. Para santri tersebut hendak mengikuti pengajian di Pulau Tanjung Kiaok. Menyeberang menggunakan kapal menjadi satu-satunya akses transportasi antarpulau di sekitar Pulau Sapeken.
Panik
Peristiwa naas itu terjadi beberapa menit setelah kapal meninggalkan Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep, Kamis (8/3) sekitar pukul 14.00. Kapal yang kelebihan muatan tersebut mendadak oleng ke sebelah kanan. Sebagian penumpang panik sehingga kapal terbalik. Beberapa penumpang melompat ke air.
Nelayan sekitar yang melihat kejadian itu lantas berupaya memberikan pertolongan. Beberapa korban selamat dan luka langsung dibawa ke Puskesmas Sapeken. ”Dugaan sementara penyebab terbaliknya kapal ialah kelebihan muatan. Pasalnya, sepanjang hari ini (kemarin) cuaca di sekitar Sapeken normal, tak ada angin kencang ataupun ombak tinggi,” tutur Taufik.
Dugaan sementara penyebab terbaliknya kapal ialah kelebihan muatan. Pasalnya, sepanjang hari ini (kemarin) cuaca di sekitar Sapeken normal, tak ada angin kencang ataupun ombak tinggi
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Maritim Perak, Arif Wiyono, mengatakan, ketinggian gelombang di Kepulauan Kangean, termasuk Pulau Saredeng, mencapai 2,5 meter dengan kecepatan angin 20 knot.
Ketinggian gelombang tersebut masuk dalam kategori berbahaya bagi kapal-kapal berukuran kecil. Kondisi ini berlangsung sejak Rabu (7/3) dan diperkirakan terjadi hingga Senin (12/3). Adapun saat kondisi normal, ketinggian gelombang hanya sekitar satu meter.