Menanti Keberhasilan OK OCE
Program One Kecamatan One Center for Entrepreneurship adalah program berkonsep kewirausahaan rakyat. Program ini diharapkan menjadi solusi permasalahan ekonomi warga DKI.
Program OK OCE, begitu sebutan akrabnya. Slogan OK OCE menjadi ikon setelah digaungkan dalam kampanye dan debat Pilkada DKI Jakarta oleh Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Meskipun program OK OKE telah diluncurkan, pemahaman publik terhadap program ini berbeda dari esensi dasarnya. Hasil jajak pendapat Litbang Kompas pertengahan April lalu mendapati hanya 13 persen responden yang mengetahui OK OCE sebagai program UMKM masyarakat dan 9 persen mendefinisikannya sebagai program pelatihan kewirausahaan.
Mayoritas responden (32 persen) hanya mengetahuinya sebagai janji kampanye Anies-Sandi. Bahkan, 40 persen responden lainnya belum mengetahui soal program baru ini.
Sejauh ini, banyak anggapan yang berkembang di masyarakat Jakarta bahwa OK OCE merupakan program pemberian bantuan modal. Padahal, program ini memberikan akses usaha masyarakat kepada lembaga permodalan, seperti Bank DKI Jakarta, sesuai dengan ketentuan peminjaman modal yang berlaku.
Dalam pelaksanaannya, ada tujuh tahapan yang harus dilalui para anggota yang mengikuti program OK OCE, dari pendaftaran secara daring, pelatihan, pendampingan, perizinan, pemasaran, pelaporan keuangan, hingga sampai tahap permodalan. Keseluruhan langkah ini disebut dengan Tujuh Langkah PAS (Pasti Sukses). Langkah sukses ini disusun saling berkaitan untuk memantapkan model usaha, manajerial, hingga mendapatkan bantuan modal.
Janji yang disematkan kepada OK OCE untuk hadir mengatasi persoalan sosial ekonomi masyarakat Jakarta merupakan tantangan yang tidak mudah. Keyakinan warga mengenai keberhasilan program OK OCE pun terbelah dua.
Hampir 46 persen responden yakin OK OCE dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan. Beberapa bulan setelah OK OCE dijalankan, sejumlah peserta mulai mengikuti program dan cukup terbantu. Contohnya, dilaporkan ada seorang ibu rumah tangga yang kini usaha rumahannya stabil berkat ikut OK OCE. Ada pula bantuan pemasaran produk dari usaha rintisan yang sudah eksis hingga suntikan modal dari lembaga yang bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta.
Bersikap skeptis
Namun 38 persen responden lainnya cenderung skeptis, meragukan program OK OCE bisa membangkitkan perekonomian. Hal ini karena sejak awal timbul polemik mengenai pengalokasian anggaran daerah yang kurang sesuai dengan program ini.
Selain itu, beberapa pihak sempat menyatakan, program ini sebenarnya sudah diterapkan lewat kegiatan kewirausahaan rakyat yang selama ini berada di bawah koordinasi Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta.
Pelatihan yang diadakan di setiap kecamatan tersebut juga minim dengan praktik untuk hal yang lebih teknis. Keluhan sempat datang dari peserta OK OCE yang mengaku sudah mendaftar dan mengikuti pelatihan tapi tidak kunjung ditindaklanjuti untuk tahap berikutnya.
Langkah untuk mewujudkan program OK OCE ini memerlukan kerja sama antara warga dan pemerintah serta memerlukan komitmen kuat. DKI yang memayungi kegiatan ini pun perlu memperkuat monitoring dan evaluasi kegiatan.
Sejalan dengan hal ini, sepertiga responden sepakat program ini harus berjalan tepat sasaran dan berkeadilan. Sepertiga lainnya berharap program ini disosialisasikan lebih terbuka.
Lapangan kerja
OK OCE diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan baru yang mampu menyerap pengangguran. Anies-Sandi menargetkan OK OCE dapat membuka 200.000 lapangan pekerjaan. Untuk hal ini, lebih dari 44 persen responden sepakat.
Hingga Mei 2018, data dari laman resmi okoce.me jumlah keanggotaan OK OCE mencapai 35.242 orang. Banyaknya peserta OK OCE menjadi pembuktian awal yang dapat membangun optimisme terhadap program ini. Selanjutnya, DKI diharapkan mewujudkan OK OCE sebagai program unggulan inovatif.