Menlu Turki: Tak Banyak Negara Seperti Indonesia dalam Membela Palestina
Oleh
MH SAMSUL HADI (DARI SINGAPURA)
·2 menit baca
SINGAPURA, KOMPAS -- Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu memuji peran Indonesia dalam membela perjuangan rakyat Palestina. Pujian itu disampaikan Cavusoglu dalam pertemuan bilateral dengan Menlu Retno LP Marsudi di sela-sela Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN di Gedung EXPO, Singapura, Rabu (1/8/2018).
"Menlu Turki mengatakan, tidak banyak negara yang memiliki konsistensi yang sama dengan Indonesia dalam hal membela kepentingan Palestina," kata Retno, mengutip pernyataan Cavusoglu, kepada wartawan.
"Turki sangat mengapresiasi peran Indonesia yang terus konsisten dalam membela kepentingan bangsa Palestina," ujar Retno.
Isu Palestina dibicarakan cukup panjang dalam pertemuan bilateral tersebut. Isu lain yang juga dibahas, seperti dirilis Kementerian Luar Negeri Turki dalam laman resminya, yakni kerja sama Indonesia-Turki di bidang ekonomi, industri pertahanan dan memerangi terorisme, serta isu-isu lain, termasuk situasi kaum Muslim Rohingya.
Dalam pertemuan tersebut, kata Retno, Cavusoglu mengungkapkan rencananya untuk berkunjung ke Indonesia. Kunjungan ini dijadwalkan berlangsung pada paruh kedua tahun ini.
"Saya sampaikan, hal yang paling mendesak antara lain bagaimana kita bisa membantu UNRWA dalam membantu pengungsi Palestina," jelas Retno, merujuk pada persoalan krisis dana yang saat ini dialami Badan Bantuan Sosial dan Pekerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA) untuk pengungsi Palestina.
"Pada pertemuan menlu OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) di sela-sela pertemuan di Majelis Umum PBB, kita juga akan membahas bagaimana negara-negara OKI dapat memberikan kontribusi lebih ke UNRWA karena terdapat ratusan juta dollar AS yang harus dipenuhi negara-negara lain setelah AS mengurangi dan memotong kontribusinya pada UNRWA," papar Retno.
Adapun pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Hanan Ashrawi. mengatakan, keputusan pemotongan dana untuk pengungsi Palestina oleh AS itu adalah kekejaman kepada orang tidak bersalah dan terancam.
”Akses pengungsi dan anak-anak Palestina pada layanan bantuan kemanusiaan dasar, seperti makanan, jaminan kesehatan, dan pendidikan bukanlah alat tawar-menawar, melainkan tugas AS dan internasional,” tambah Husam Zomlot, Utusan Palestina di Washington, Januari lalu.
Pejabat AS selalu berusaha menyangkal ada motif di balik pemangkasan dana bantuan bagi Palestina. Namun, Presiden AS Donald Trump pernah menyebutkan, Palestina menerima ratusan juta dollar dari AS, tetapi tidak mau memenuhi permintaan AS agar mau berunding lagi dengan Israel setelah upaya perundingan Palestina-Israel kolaps tahun 2014.
Terkait bantuan dana untuk UNRWA, Retno mengatakan, ia telah bertemu dengan koordinator UNRWA di Bangkok, Thailand.
UNRWA dibentuk pada 1949 setelah ratusan ribu orang Palestina terusir dari wilayah yang diduduki Israel pada 1948. Kini, UNRWA melayani sedikitnya 5 juta pengungsi Palestina di Timur Tengah. UNRWA menyebut masalah pengungsi Palestina adalah dampak kegagalan Israel dan Palestina mewujudkan solusi dua negara yang sudah ditunggu sejak lama.