Manfaatkan Asian Games, Pempek Diperkenalkan ke Dunia Internasional
Oleh
Rhama Purna Jati
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Badan Standardisasi Nasional menggelar pemecahan rekor pempek berstandar nasional Indonesia dengan membuat 18.818 pempek yang dipajang di kawasan Benteng Kuto Besak, Palembang, Sumatera Selatan. Perhelatan ini digelar untuk menyambut Asian Games dan memperkenalkan pempek hingga ke kancah internasional.
Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi-BSN Zakiyah, Rabu (8/8/2018), mengatakan, pempek tersebut dibuat oleh tiga UMKM pembuat pempek di Palembang yang sudah ber-SNI. Tujuan dari penyelenggaraan ini untuk mempromosikan pempek ke kancah internasional mengingat pada Asian Games mendatang sekitar 15.000 wisatawan dari 45 negara akan datang ke Palembang.
Dengan pengelaran ini, diharapkan pelaku UMKM pempek di Palembang juga turut mendaftarkan produknya ke BSN untuk mendapatkan label SNI. Dengan penggunaan label SNI, dapat dipastikan produk pempek tidak tercemar oleh bahan logam berat dan cemaran mikroba. ”Itu karena pempek yang berlabel SNI sudah dibuat sesuai standar yang ditetapkan,” kata Zakiyah.
Pempek sangat berpotensi menjadi produk global menyusul tempe yang pabriknya saat ini sudah ada di Jepang, Jerman, Belanda, dan Amerika Serikat. Langkah Tempe tersebut dimulai dengan penyusunan SNI 3144 tahun 2009 yang kemudian dikembangkan menjadi standar CODEX STAN 313R tahun 2013 atau standar pangan dunia,” ujar Zakiyah.
SNI 7661:2013 tentang Pempek Ikan Rebus Beku ditetapkan BSN untuk memberikan jaminan serta peningkatan mutu dan keamanan pangan komoditas pempek ikan rebus beku yang akan dipasarkan di dalam dan luar negeri. Pempek yang sudah ber-SNI sudah melalui tahapan pengujian laboratorium terakreditasi KAN dan proses produksi yang sesuai standar keamanan pangan.
Setiap hari, kata Zakiyah, lebih dari 7 ton pempek dikirim ke luar Palembang, sebagian dikirim ke negara tetangga, yaitu Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Setiap hari, lebih dari 7 ton pempek dikirim ke luar Palembang, sebagian dikirim ke negara tetangga yaitu Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi juga menyebutkan lebih dari 4.000 UMK pempek dan produk olahan ikan lainnya. Hal ini bisa menjadi modal dasar mengembangkan SNI Pempek menjadi standar pangan dunia.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, sampai saat ini, Indonesia belum memiliki makanan nasional yang kuat. Padahal, pempek memiliki potensi yang kuat untuk dapat diekspor ke negara lain atau dengan kata lain diplomasi kuliner. Hal ini sudah dilakukan oleh China, Jepang, dan Thailand.
Melihat fakta bahwa pempek sudah dikirim sebanyak 7 ton per hari, potensi untuk diplomasi kuliner bisa saja terwujud.
Arief mengatakan, Palembang memiliki dua hal yang diingat oleh masyarakat luas yakni pempek dan songket. Apabila kedua produk ini terus didukung, UMKM yang bergelut di dua produk tersebut akan meningkat kesejahteraannya.
Palembang memiliki dua hal yang diingat oleh masyarakat luas, yakni pempek dan songket. Apabila kedua produk ini terus didukung, pelaku UMKM yang bergelut di dua produk tersebut akan meningkat kesejahteraannya.
Apabila dilihat dari aspek ekonomi kreatif, kuliner memberikan kontribusi 40 persen, sedangkan untuk busana memberikan kontribusi hingga 20 persen. ”Palembang sudah memiliki potensi di dua bidang ini,” katanya.