Indonesia Dorong ASEAN Lebih Progresif Soal Krisis Rohingya
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·2 menit baca
SINGAPURA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia mendorong Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bersikap lebih progresif dan menyeluruh dalam isu terkait repatriasi pengungsi etnis Rohingya dari Bangladesh ke Myanmar. Usulan itu disambut positif oleh negara-negara anggota ASEAN yang kini menunggu respons secara langsung dari Pemerintah Myanmar.
Dorongan itu disampaikan Indonesia dalam Sidang Dewan Komunitas Politik Keamanan ASEAN ke-18 yang digelar dalam rangkaian KTT Ke-33 ASEAN di Singapura, Selasa (13/11/2018). Indonesia diwakili Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto serta Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi. Forum itu sendiri dipimpin Menlu Singapura Vivian Balakrishnan.
Seusai pertemuan, Wiranto menyatakan, penyelesaian persoalan terkait proses repatriasi pengungsi Rohingya dapat didorong melalui ASEAN. ASEAN sebagai perhimpunan di kawasan Asia Tenggara dinilai paling mengetahui dan mengerti proses terbaik bagi Rohingya. Ditegaskan bahwa proses penyelesaian pengungsi itu membutuhkan rasa saling percaya di pihak Myanmar ataupun di ASEAN.
”Kita mendorong proses menuju yang terbaik. Ini bukan mencampuri urusan dalam negeri Myanmar, tetapi mendorong perdamaian. Layaknya misal terjadi bencana alam, kita terbuka dan mengizinkan bantuan luar negeri masuk,” kata Wiranto ketika dikonfirmasi apakah langkah itu bertentangan dengan salah satu prinsip non-interference yang diusung ASEAN.
Menurut Wiranto, usulan itu disambut positif oleh ASEAN. Vivian selaku pemimpin forum itu juga mendukung usulan Indonesia. ”Bola” saat ini ada di tangan Pemerintah Myanmar. Myanmar membutuhkan negara yang dipercaya untuk membantu proses itu. Harapannya, kepercayaan itu ditaruh pada negara di ASEAN dan atau ASEAN itu sendiri.
Vivian dalam sambutan pembukaan forum itu yang disiarkan secara langsung menyatakan, tantangan di bidang keamanan di ASEAN tidaklah ringan. Ia menyebut, antara lain, dinamika geopolitik dan keamanan dan ancaman terorisme. Menurut dia, kerja sama di kawasan diperlukan lebih erat untuk menjaga perdamaian di kawasan Asia Tenggara.
Indonesia sendiri, seperti diungkapkan Wiranto, membawa tiga isu utama dalam forum bidang keamanan dalam KTT ini. Selain Rohingya, Indonesia juga mendorong kerja sama di bidang keamanan siber dan berbagi informasi di bidang intelijen.