Polisi Masih Selidiki Temuan Mayat Mantan Wartawan di dalam Drum
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Penemuan jenazah Abdullah Fitri Setiawan (43) di dalam drum plastik berwarna biru masih dalam proses penyelidikan. Hingga Senin (19/11/2018) siang hanya tinggal garis polisi yang mengitari lokasi kejadian.
Jenazah Abdullah Fitri Setiawan atau yang akrab disapa Dufi ditemukan di kawasan Industri Kampung Narogong, Desa Kembang Kuning RT 010 RW 003, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Jenazah ditemukan oleh seorang pemulung, Sartika (56).
Sartika mengatakan, ketika itu dirinya sedang mencari rongsokan. ”Kemarin ibu keluar sekitar pukul 05.30, pas jalan ngeliat ada drum. Ya, ibu mah emang lagi nyari rongsokan jadi ibu buka aja drumnya,” katanya.
Sartika mengatakan, penutup drum tersebut adalah tutup ember yang dimasukkan ke dalam plastik hitam dan direkatkan dengan plakban hitam. Ketika membuka drum, kedua kaki langsung keluar dari drum tersebut.
Berdasarkan hasil penyelidikan, Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Polres Bogor AKP Ita Puspita Lena menyampaikan, saat ditemukan, korban hanya mengenakan kaus putih. ”Korban dalam keadaan tertekuk dan di kausnya terdapat bercak darah,” katanya.
Korban adalah karyawan swasta yang berdomisili di Tangerang. Sebelumnya, Dufi adalah wartawan Radio Republik Indonesia. Namun, keluarga (istri) mengaku tidak mengetahui persis apakah pekerjaan korban apakah masih menjadi wartawan atau bukan.
”Pihak kepolisian terus melakukan penyelidikan terhadap pelaku. Polisi masih mengumpulkan keterangan dari keluarga, rekan kerja, dan teman dekat mengenai keadaan terakhir korban sebelum meninggal,” kata Ita.
Lokasi kejadian terletak di pinggir Jalan Narogong sisi kiri menuju arah Kota Bogor. Drum berisi mayat manusia dibuang di sebelah perkebunan yang terletak di antara pabrik plastik dan pabrik galvanis.
Menurut pengakuan Subianto (56), warga Kampung Narogong, daerah kawasan industri ini memang tidak terlalu ramai. Saat Kompas mendatangi lokasi sekitar pukul 10.30, kendaraan yang melintas didominasi truk besar, ada juga mobil pribadi dan motor.
Namun, ketika malam, Subianto mengatakan, daerah ini memang selalu sepi. Biasanya, daerah ini mulai sepi sekitar pukul 18.00 ke atas ketika para pekerja pabrik pulang kerja.
”Daerah sini memang banyaknya pabrik. Ada pabrik minuman, pabrik galon, pabrik plastik, dan pabrik galvanis. Ada juga perkebunan karet milik pemerintah (letaknya berseberangan dengan lokasi kejadian),” kata Subianto.
Subianto menjelaskan, kejadian penemuan mayat di dalam drum merupakan yang pertama kali. Namun, daerah ini juga sebelumnya pernah menjadi tempat pembuangan mayat ketika pemerintahan Soeharto.
”Sekitar tahun 1979 banyak mayat yang dikarung-karungin dan dibuang ke daerah sini. Waktu itu, mayat-mayatnya adalah korban peristiwa penembakan misterius (petrus),” kata Subianto.
Tak hanya menjadi tempat pembuangan mayat, daerah Narogong juga dikenal rawan kecelakaan. Sarmili (77), warga Kampung Narogong lainnya, mengatakan, banyak kendaraan tabrakan di daerah ini.
”Tikungannya kan \'manis\' banget. Jadi, waktu dulu sebelum jalannya diaspal, sering terjadi tabrakan di sini,” kata Sarmili sambil menunjuk jalan raya Narogong. (SHARON PATRICIA)