Krishna P Panolih dan M. Puteri Rosalina (Litbang Kompas)
·3 menit baca
Pada era digital saat ini, bioskop tak lagi menjadi satu-satunya media untuk menikmati tayangan film. Televisi, telepon pintar, tablet, dan laptop/PC juga bisa dipakai untuk menikmati film layar lebar asal ada sambungan internet. Kebersamaan bersama keluarga dan teman kini bisa dinikmati di mana pun.
Terlebih bagi warga di seputaran Ibu Kota yang memiliki beragam fasilitas teknologi komunikasi digital dan pilihan media, menonton film menjadi jauh lebih mudah. Hal tersebut tecermin dalam jajak pendapat Kompas akhir November lalu.
Sebanyak 65 persen tidak lagi mengandalkan bioskop sebagai satu-satunya tempat untuk menonton film. Dari angka tersebut, 41 persen mengaku lebih sering menonton film di rumah melalui televisi dan jaringan TV kabel. Adapun sisanya memilih menonton film melalui jaringan internet.
Responden yang memilih menyaksikan film layar lebar di televisi kebanyakan beralasan karena tidak perlu keluar rumah. Bagian terbesar dari mereka merupakan generasi baby boomer yang rata-rata berumur lebih dari 39 tahun. Adapun jumlah generasi milenial yang menggunakan televisi untuk menonton film proporsinya hanya mencakup sepertiga bagian.
Meski bisa ditonton dari rumah, film yang ditayangkan televisi biasanya bukan film baru dan berbeda dengan yang sedang tayang di bioskop. Penonton juga tidak mempunyai pilihan dalam menonton film. Setelah jaringan TV kabel mulai beroperasi, baru publik mempunyai alternatif memilih judul film.
Jaringan internet
Cara lain untuk menonton film masa kini adalah melalui internet sebagaimana yang dilakukan sekitar 24 persen responden. Peminat film melalui internet ini mayoritas adalah generasi ”Y” (usia 17-38 tahun). Alasan biaya murah diungkapkan seperempat lebih responden.
Biaya yang dibutuhkan untuk mengakses film melalui internet sesuai dengan harga paket internet yang disediakan provider telepon paling murah Rp 50.000 per bulan. Artinya, dengan nilai itu, publik bisa menonton lebih dari satu judul film. Bandingkan dengan nilai sama hanya bisa menonton satu judul film di bioskop.
Berbeda dengan televisi, menonton film melalui internet dapat memilih beberapa judul film sesuai dengan keinginan kita. Apalagi dengan kehadiran penyedia layanan streaming legal, seperti Netflix, iflix, HOOQ, dan Genflix, kebutuhan penikmat film streaming tercukupi. Penggunanya bisa menonton ribuan koleksi film melalui PC, tablet, ataupun telepon pintar berakses internet, dengan berlangganan setiap bulan.
Nonton di bioskop
Meski demikian, bukan berarti bioskop ditinggalkan orang karena masih ada sekitar 22,5 persen yang setia menonton film di bioskop. Mereka terdiri dari 63 persen orang tua dan 36 persen generasi milenial. Bioskop masih mempunyai pasar tersendiri bagi penonton yang ingin menikmati film baru di layar lebar dengan sensasi berbeda, seperti tampilan gambar yang lebih lebar, jernih, dan audio suara yang bagus.
Bahkan, bioskop sekarang mulai mengembangkan sensasi menonton film tidak hanya pada layar utama, tetapi juga di kanan dan kiri. Kursi dapat direbahkan, layar cekung, serta sensasi 4DX yang memungkinkan penonton seolah-olah berada di film yang tengah diputar.
Mengutip data dari laman Filmindonesia, daya tarik bioskop masih tetap besar. Hingga Desember 2017, terdapat 263 bioskop dengan 1.412 layar dan ini meningkat jika dibandingkan tahun 2012 (145 bioskop dengan 609 layar).
Kehadiran berbagai media untuk menonton film memberi peluang untuk bisa menonton film setiap saat. Hal tersebut tecermin dari kebiasaan hampir separuh warga yang sering menonton film dalam seminggu, baik setiap hari, tiga hari sekali, maupun seminggu sekali.
Berbagai pilihan media menonton justru semakin merekatkan hubungan persaudaraan antarkeluarga/teman. Menonton film dengan media apa pun tetap bisa menjadi sarana rekreasi dan ajang kebersamaan bersama yang terkasih.