Rizka, Pelajar Indonesia Penakluk Dunia Melalui Komik
Oleh
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rizka Raisa Fatimah Ramli, pelajar dari Makassar, Sulawesi Selatan, berhasil menjuarai lomba komik dunia yang diadakan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) bekerja sama dengan Comics Uniting Nations. Rizka mengalahkan 3.600 karya lain dengan komik yang ia buat hanya dalam hitungan jam.
”Sebelumnya ada tiga desain saya buat sama temanku dalam 3-4 harian. Tapi, di hari deadline kupikir ini komik terlalu mainstream, temanku juga setuju. Jadi langsung ka pulang dari rumahnya temanku, tapi karena macet jadi malam pi baru ka sampai (di rumah Rizka). Di situ saya buat mi gambar dari awal lagi yang hanya selesai dalam beberapa jam,” papar Rizka (17) dengan dialeknya, Jumat (11/1/2019).
Rizka membuat tokoh Cipta, pahlawan super yang menghentikan kekerasan dan intimidasi. Rizka memberi nama tokoh komiknya dengan Cipta karena kekuatannya yang mampu menghidupkan dan mengendalikan gambar. Cipta memiliki nama asli Rajwa Savnac. Rajwa berati ’harapan’ dan Savnac ini kebalikan dari Canvas yang merupakan wadah untuk menggambar.
Rizka memberi nama tokoh komiknya dengan Cipta karena kekuatannya yang mampu menghidupkan dan mengendalikan gambar.
Cipta dikisahkan memberi anak-anak buku sketsa untuk menggambar benda-benda yang kemudian menjadi nyata dan menghentikan kekerasan serta intimidasi. Ini sesuai dengan tujuan lomba yang diadakan Unicef untuk membantu menjaga anak-anak dan remaja dari kekerasan di dalam dan luar sekolah.
Rizka membuat karakter Cipta dari gabungan bayangannya pada wajah tokoh film dan komik yang sering ia nikmati. Untuk alur cerita, pelajar kelas XII Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Makassar ini membuatnya berdasarkan pengalaman yang ia saksikan sehari-hari.
Bercerita dan mengungkapkan kegalauan melalui sketsa dilakukan Rizka dalam kehidupannya sehari-hari. Misalnya saja, jika berbuat salah dan ditegur oleh ibunya, ia akan mengambil sketsa dan menggambar alur cerita sesuai dengan yang dia alami.
”Rizka, kan, tidak suka banyak bicara, seadanya saja. Makanya, kalau saya tegur tapi dia tidak bicara, beberapa jam setelah itu, saya cari mi buku yang terakhir dia pegang. Pasti ada mi na gambar itu ceritanya,” kata ibu Rizka, Uzamah (56).
Cara itu membuat Rizka jauh lebih tenang dan bebas. Oleh karena itu, ia ingin anak-anak lain juga bisa mengekspresikan dan bercerita mengenai apa yang dia alami.
Rizka khususnya membuat Cipta untuk menarik perhatian pada kekerasan dan bullying atau perundungan yang dihadapi anak-anak di Indonesia, juga di seluruh dunia setiap hari.
”Melalui menggambar, saya merasa karakter saya hidup dan saya punya kendali atas pelaku bullying. Saya berharap bisa menginspirasi banyak orang, terutama anak-anak, untuk menceritakan kisah mereka dan jika mereka tidak bisa mengatakannya secara langsung maka mereka bisa melakukannya dengan menggambar,” kata Rizka.
Lomba komik yang dimenangi Rizka, diluncurkan pada Oktober 2018, mengajak anak-anak dan remaja menciptakan komik pahlawan super yang akan mengalahkan The Silence, karakter supranatural yang menggunakan kekuatan untuk menghentikan anak-anak yang ingin berbicara dan mengambil tindakan melawan kekerasan.
Pada lomba ini, hampir 3.600 karya dikirim dari lebih 130 negara. Pemenang lalu ditentukan dari 23.000 suara yang ikut memilih di situs web.
”Jumlah karya yang kami terima sangat luar biasa dan membawa pesan yang kuat bahwa anak-anak dan remaja ingin memecah kesenyapan terhadap kekerasan dan intimidasi di sekolah,” kata Direktur Komunikasi Unicef Paloma Escudero.
Paloma juga mengatakan, perkelahian dan intimidasi hingga pelecehan seksual dan hukuman fisik memiliki konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan bagi anak-anak. Lomba komik pahlawan super global ini dirancang untuk mendorong anak-anak dan remaja agar menjadi bagian dari kampanye global Unicef. Kampanye untuk menyingkap dan bertindak demi mengakhiri kekerasan di sekolah melalui media kreatif desain komik.
Pameran karya
Rizka akan berkolaborasi dengan tim profesional untuk menghasilkan buku komik lengkap yang menampilkan Cipta. Nantinya, komik itu akan dipamerkan kepada para pemimpin dunia di Forum Politik Tingkat Tinggi tentang Pembangunan Berkelanjutan di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, pada Juli 2019. Selain itu, komik Rizka juga akan didistribusikan ke sekolah-sekolah dan anak-anak di seluruh dunia.
Rizka didampingi seorang mentor untuk menyelesaikan komiknya. Tetapi, alur cerita dan karakteristik tokoh tetap mengikuti karya utama Rizka.
Untuk menyelesaikan komiknya, Rizka kini membagi waktu antara sekolah dan menggambar. Ia harus belajar untuk menghadapi ujian akhir nasional dan tes masuk universitas.
Rizka masih bingung mengambil jurusan kuliah ke depan. Sesuai hobinya, ia dilema memilih antara jurusan seni rupa murni dan desain komunikasi visual.
Wadah berekspresi
Kegemaran Rizka membuat komik berawal dari pengamatannya terhadap ketiga kakaknya yang juga penggemar komik. Anak bungsu ini pun mulai membaca komik Naruto dan Slam Dunk sejak duduk di sekolah dasar.
Memiliki imajinasi-imajinasi karena bacaannya, Rizka pun menuangkannya dengan membuat komiknya sendiri. Tidak hanya menggambarnya di kertas, ia juga menggambar menggunakan laptop yang dilengkapi tablet grafis.
Karyanya kemudian ia unggah di alamat web bayangannya. Ia tak ingin ada yang tahu bahwa web itu miliknya agar ia lebih bebas berekspresi.
Menurut pengakuannya, ia lebih banyak mendapat pujian dari pengguna web dari luar negeri daripada dari Indonesia. Banyaknya tawaran menggambar untuk orang lain, ia pun berani menawarkan jasa gambar bahkan membuat komik berbayar.
Harga untuk karyanya bervariasi, sesuai orang yang memesan dan tingkat kesulitan gambar baginya. Tetapi, untuk pengguna web Indonesia, umumnya diberi harga yang lebih murah.
Selain itu, Rizka juga aktif mengikuti lomba-lomba gambar. Juara atau tidak, ia tak peduli karena menggambar baginya bentuk mengekspresikan diri.
”Bebas ka kurasa dengan menggambar. Bisa ka tentukan tokoh dan ceritaku sendiri,” kata Rizka. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)