JAKARTA, KOMPAS – Pertanyaan debat yang disiapkan panelis Komisi Pemilihan Umum dan sudah diterima oleh setiap pasangan calon presiden-wakil presiden tidak spesifik dan lebih mengungkit persoalan bersifat makro. Tim sukses kedua kandidat diharapkan dapat menyiapkan pertanyaan yang lebih konkret agar argumentasi dan komitmen calon lebih tergali saat sesi pertanyaan tertutup.
Komisi Pemilihan Umum meyakini, karakteristik pertanyaan makro akan lebih memudahkan kandidat dalam melakukan elaborasi terhadap program mereka, ketimbang daftar pertanyaan yang memuat contoh detail atau persoalan mikro. Pertanyaan yang terlalu spesifik dianggap rentan membuat calon kurang mengeksplorasi jawaban.
Debat pertama capres-cawapres, 17 Januari 2019 yang akan ditayangkan di Kompas TV, akan mengangkat topik seputar penegakan hukum, hak asasi manusia, korupsi, dan terorisme. Debat selama 90 menit itu terdiri dari dua sesi pertanyaan, yaitu pertanyaan terbuka yang kisi-kisinya sudah disampaikan terlebih dahulu ke masing-masing paslon, serta pertanyaan tertutup yang diajukan kandidat terhadap satu sama lain.
“Pertanyaan tidak ingin mengupas tentang hal-hal yang sifatnya mikro. Kami ingin menggali wawasan, dan program mereka ke depannya. Saya pastikan pertanyaan yang sifatnya mikro tidak muncul dalam daftar pertanyaan itu, karena kebetulan saya yang ditugaskan untuk memimpin rapat terakhir dengan moderator dan panelis,” ujar anggota KPU Pramono Ubaid Tanthowi.
Sebelumnya, KPU juga mengimbau agar kandidat tidak mengajukan pertanyaan yang bersifat terlalu spesifik dan konkret seperti menyangkut kasus per kasus atau mengandung singkatan tertentu. Imbauan itu agar paslon dapat fokus ke penyampaian dan pendalaman visi-misi. Dalam berbagai rapat persiapan debat, ujar Pramono, kedua tim sukses sudah menyepakati hal tersebut.
Kendati demikian, ujarnya, KPU bukan berarti membatasi kreativitas calon. Contoh detail program pada akhirnya juga akan terungkap saat pemaparan calon ditanggapi lawannya. Pertanyaan dan jawaban dari masing-masing calon bisa jadi menuntun mereka untuk memberi contoh kasus konkret. Tetapi, ia menegakan, contoh konkret itu tidak akan muncul dalam daftar pertanyaan.
“Debat akan berkembang, dan bukan berarti mereka tidak boleh memberikan contoh-contoh kecil atau mikro, karena itu menjadi hak masing-masing paslon untuk memaparkan program mereka supaya bisa diterima masyarakat,” katanya.
Tak perlu kaku
Menurut Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi Titi Anggraini, tim sukses masing-masing kandidat diharapkan dapat mengajukan pertanyaan yang lebih spesifik dan konkret untuk membantu penajaman logika argumentasi dan komitmen para calon saat sesi pertanyaan terbuka.
KPU, ujarnya, tidak perlu kaku membatasi pertanyaan kandidat. Pertanyaan yang spesifik sebenarnya dapat menguji kemampuan retorika dan strategi debat calon. Apalagi, tema debat pertama seputar penegakan hukum, khususnya terkait penegakan HAM dan pemberantasan korupsi, dapat lebih tereksplorasi dengan mengungkit contoh kasus.
“Yang ingin dilihat itu internalisasi diri kandidat dengan gagasan yang ia tawarkan di visi-misi, dan itu bisa dilihat dari jawaban dan respons yang mereka sampaikan saat debat. Ini soal logika, ketangkasan, dan kemampuan mengelola forum,” kata Titi.
Ia melanjutkan, hal lain yang perlu diperhatikan para kandidat adalah kejelasan saat bertanya dan menjawab. Agar pertanyaan dan jawaban disampaikan secara jelas, bahasa yang digunakan harus mudah dipahami publik serta lugas menukik ke inti masalah. “Agar debat efektif dan bisa mengedukasi masyarakat dengan berbagai gagasan dan program,” ujarnya.
Tetap menanyakan
Meski demikian, tim sukses kedua paslon berencana tetap mengajukan pertanyaan yang bersifat lebih spesifik. Direktur Materi Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Aria Bima, mengatakan, meski panelis KPU mengajukan pertanyaan bersifat makro, tetapi kandidat lebih bebas menyiapkan pertanyaan.
Saat ini, pihaknya sedang mempersiapkan pertanyaan untuk diajukan ke pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
“Kalau panelis terserah saja, tetapi yang menarik nanti (pertanyaan) antar capresnya. Panelis sifatnya penajaman visi-misi, tetapi yang penting saya kira pertanyaan yang tidak dikirimkan, yaitu pertanyaan yang disiapkan Pak Prabowo dan Pak Jokowi,” kata Aria.
Hal senada disampaikan oleh oleh Juru Bicara Badan Pemenangan Prabowo-Sandiaga Ferry Juliantono. Menurutnya, pertanyaan dari panelis KPU akan berbeda dengan apa yang sudah disiapkan oleh tim sukses. Pertanyaan yang saat ini disiapkan pihaknya untuk diajukan pada Jokowi-Ma’ruf bersifat lebih spesifik dan konkret dibanding pertanyaan KPU.
Pertanyaan yang spesifik, bahkan mengungkit contoh kasus tertentu, diperlukan untuk menggali kompetensi lawan. “Pertanyaan ada yang sifatnya umum dan khusus. Pertanyaan spesifik itu perlu karena masyarakat perlu tahu juga secara mendetail kemampuan capres cawaprsnya. Kalau pertanyaan debat normatif, itu kurang memuaskan masyarakat,” kata Ferry.