Ruang Birawa di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, menjadi panggung debat perdana pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Rabu (17/1/2019) malam. Kedua paslon, yakni Joko Widodo-Ma\'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno saling beradu pandangan dan argumen dalam upaya mereka meraih tampuk pimpinan negara.
Sementara itu, sekitar 400 meter dari lokasi hotel, sebuah lapangan bola menjadi arena para pendukung masing-masing paslon untuk mendengarkan pemaparan jagoan mereka soal korupsi, hak asasi manusia, korupsi, dan terorisme. Lapangan bernama Lapangan Bola Kompleks Bank Indonesia (BI) tersebut menjadi tempat nonton bareng (nobar) debat perdana yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Dua buah layar raksasa terpasang pada dua sisi berlawanan untuk mengakomodasi kedua kubu pendukung. Tepat di garis tengah lapangan itu, pembatas jalan berwarna oranye dijajarkan secara vertikal untuk membagi dua sisi pendukung paslon. Selain itu, pasukan gabungan TNI dan Polri juga berjaga di tengah untuk mencegah pergesekan dan mengarahkan pendukung yang datang pada tempatnya.
Pukul 19.00, satu jam sebelum debat, lapangan itu masih kosong. Hanya terlihat sejumlah panitia lalu lalang mempersiapkan sound system dan layar agar mengeluarkan suara yang optimal. Anggota TNI dan Polri yang bersiaga masih bersantai di tepi lapangan sambil mengobrol. Di sisi seberangnya, terlihat awak media yang sedang menulis, mengambil gambar, atau bersantai sejenak.
"Jangan-jangan bakal sepi disini," ujar seorang awak media dengan penuh kecemasan sembari memasang kameranya pada tripod.
Kekhawatiran awak media tersebut tidak terbukti. Sekitar 20 menit sebelum debat dimulai pada 20.00, pendukung dari kedua kubu mulai memasuki "arena". Mereka datang menggunakan sejumlah atribut yang menyemarakkan suasana lapangan yang tadinya amat sepi.
Baju kampanye warna-warni, spanduk dan poster berbagai ukuran, hingga bendera raksasa menjadi pemandangan utama malam itu. Saat memasuki lapangan, sejumlah pendukung paslon nomor urut 1 meneriakkan "Jokowi....Jokowi" dengan cukup lantang sembari mengibarkan bendera raksasa dengan gambar calon presidennya.
Hal tersebut direspon oleh suporter paslon nomo 2 dengan yel-yel "Prabowo....Prabowo" yang tidak kalah keras. Mereka juga menunjukkan poster-poster berisi tagline Prabowo-Sandi serta mengibarkan bendera salah satu partai pengusung pasangan andalan mereka.
Aksi dukungan tidak berakhir sampai di situ saja. Saat debat berlangsung, kedua sisi pendukung menunjukkan kegembiraannya setiap pasangan jagoannya selesai menjawab atau merespon pernyataan dari calon lain.
Tepuk tangan riuh terdengar setiap beberapa menit dari kedua sisi lapangan. Setiap aplaus keras dari satu kubu menjadi pemacu bagian lain untuk menunjukkan dukungannya dengan lebih lantang.
Di tengah situasi tersebut, tidak ada keributan yang berujung pada pergesekan antarkubu. Mereka tetap memberikan aplaus meriah pada jawaban pasangan pilihannya dan juga tertib saat lawannya selesai memberikan pernyataan. Tidak ada pula oknum-oknum yang mencoba memancing keributan pihak sebelah.
"Pada dasarnya kita tetap ingin yang terbaik untuk negara. Meskipun jalannya beda, kan tidak harus saling ngejek," kata Amir, salah seorang pendukung paslon Joko Widodo-Ma\'ruf Amin yang ikut acara nobar.
Kedamaian itu tetap berlangsung hingga prosesi debat usai. Setelah kedua moderator debat pertama, Ira Koesno dan Imam Priyono resmi menutup acara, kedua kubu pendukung meninggalkan arena dengan tertib melalui akses yang telah tersedia.
Sikap rukun dan saling menghormati yang tercipta pada acara nobar tersebut hendaknya dijadikan contoh baik oleh pendukung lain maupun kedua pasangan calon. Apalagi, pada masa kampanye seperti sekarang, ujaran kebencian dan hoaks berpotensi memecah kerukunan bangsa.
"Siapapun yang menang nanti, semoga kondisi Indonesia tetap aman. Yang kalah harus lapang dada, yang menang jangan berlebihan," kata Linda, salah satu pendukung paslon Prabowo-Sandiaga Uno, sambil meninggalkan tempat nobar.