JAKARTA, KOMPAS – Dinas Bina Marga DKI Jakarta berencana membangun 1.450 boks utilitas atau manhole pada 2019. Melalui pembangunan ini, jaringan utilitas yang berada di bawah tanah diharapkan bisa semakin teratur. Para pemilik utilitas bawah tanah pun tidak lagi sembarangan menggali lubang untuk kebutuhan perawatan.
Pembangunan boks utilitas telah dimulai sejak 2016. Hingga 2018, terhitung sebanyak 3.565 boks terbangun di sepanjang 89,12 km. Ditargetkan, sebanyak 1.450 boks utilitas akan dibangun lagi pada 2019, sehingga total sambungan utilitas yang dibangun menjadi 125,37 km.
“Jaringan utilitas kita ini kan sejajar dengan jaringan jalan. Panjang jalan arteri kita sekarang kurang lebih 1.300 km, kalau kanan-kiri (jalan) berarti 2.600 km. Ya, itu target kita untuk panjang manhole yang akan dibangun,” kata Kepala Seksi Perencanaan Prasarana Jalan dan Utilitas Dinas Bina Marga DKI Jakarta Riri Asnita di Jakarta, Kamis (24/1/2019).
Ia menyampaikan, jaringan utilitas yang ada di DKI Jakarta memang sudah semrawut atau tidak teratur. Penataan dan pengaturan utilitas bisa dilakukan tetapi butuh pertimbangan agar tidak mengganggu mobilitas masyarakat.
Untuk itu, adanya boks utilitas ini diharapkan para pemilik utilitas tidak menggali di sembarang tempat. Selanjutnya, para pemilik pun diminta merawat boks utilitas yang disediakan.
Adanya boks utilitas ini diharapkan para pemilik utilitas tidak menggali di sembarang tempat. Selanjutnya, para pemilik pun diminta merawat boks utilitas yang disediakan.
Boks utilitas itu dibangun dengan ukuran panjang 1,2 meter, lebar 1,8 meter, dan kedalaman 2,3 meter. Selama ini, boks dibangun sejalan dengan pembangungan trotoar dengan jarak sekitar 25 km antarboks.
Riri menambahkan, pembangunan ducting atau saluran jaringan kabel utilitas tidak bisa dilanjutkan. Kondisi bawah tanah dengan utiltias yang tidak teratur tidak memungkinkan ducting dilakukan.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pernah membangun ducting bersama manhole di kawasan Rumah Susun Daan Mogot, Jakarta Barat. Panjang ducting yang terbangun sekitar 1,5 km.
“Pembangunan di Rusun Daan Mogot masih memungkinkan karena itu lahan baru yang infrastrukturnya dibangun bersamaan. Jadi lebih mudah karena memang belum ada utilitas yang bergelimpangan di bawah tanah,” kata Riri.
Pengamat perkotaan Yayat Supriatna mengatakan, pemerintah DKI Jakarta hingga saat ini belum memiliki peta utilitas yang jelas. Padahal, penataan tidak bisa dilakukan secara optimal jika peta jaringan utilitas saat ini dan rencana induk jaringan utilitas belum tersedia. Peta dibutuhkan agar lokasi jaringan utilitas bisa lebih teratur.
Ia menyarankan, pemerintah segera menunjuk satu instansi khusus yang bertanggung jawab mengatur semua proses penataan dan pengaturan utilitas di wilayah DKI Jakarta. Penataan dengan ducting seharusnya bisa dilanjutkan. Sebagai langkah awal, pembangunan ducting bisa dimulai dari jalan-jalan utama di Jakarta dan berjalan sesuai prioritas pemetaan yang telah direncanakan.