Gelombang panas yang melanda benua Australia selama berminggu-minggu belum berakhir. Seluruh wilayah Australia, terutama Western Australia, Central Australia, pedalaman New South Wales, dan barat daya Queensland, nyaris terpanggang.
Oleh
Harry Bhaskara, dari Brisbane, Australia
·3 menit baca
BRISBANE, KOMPAS -- Gelombang panas yang melanda benua Australia selama berminggu-minggu belum berakhir. Seluruh wilayah Australia, terutama Western Australia, Central Australia, pedalaman New South Wales, dan barat daya Queensland, nyaris terpanggang.
Pada akhir Desember lalu, pemerintah mengimbau warga untuk banyak minum, mendinginkan badan dengan handuk basah, mencelupkan kaki di air, dan tidak mandi dengan air dingin tetapi cukup dengan air sejuk. "Gelombang panas berlangsung selama tiga hari atau lebih ketika temperatur mencapai maksimum, hanya selama itu yang bisa kita pantau," tutur Anita Pyne dari Biro Meteorologi Australia.
Untuk pertama kalinya Australia mencatat rekor suhu harian terendah yang paling panas. Pada 17 Januari lalu, New South Wales berada pada suhu 36 derajat celsius. Negara Bagian Victoria, South Australia, dan Western Australia sempat tercatat pada suhu 12 derajat celsius di atas rata-rata suhu harian pada Desember lalu.
Di Northern Territory, puluhan kuda liar tewas kepanasan. Sedangkan di ujung barat Australia, ribuan unta meninggalkan habitatnya di Gurun Gibson untuk mencari air. Peternak di Western Australia menembak mati 2.500 unta kelaparan yang menyerbu peternakan mereka. Pantai-pantai di wilayah timur dan kolam-kolam renang di perkotaan dibanjiri pengunjung.
South Australia menjadi negara bagian pertama yang disengat gelombang panas selama tiga hari menjelang pergantian tahun. Ibu kotanya, Adelaide, mencatat suhu 43 derajat celsius. Itu baru fase awal. Pada Jumat (25/1/2019), gelombang panas kedua menerjang dan mendongkrak suhu di Adelaide menjadi 47 derajat celsius.
Melbourne mencatat 42,8 derajat celsius di hari yang sama. Warga Melbourne lega ketika suhu udara turun 12 derajat celsius dalam waktu 10 menit, tepat sebelum semifinal laga tenis Australia Terbuka berlangsung. Melbourne memang dikenal sebagai kota yang berganti cuaca dengan cepat.
Negara Bagian Tasmania di ujung selatan dihinggapi 30 titik api yang menyala liar tak terkendali. Di Brisbane, suhu udara berada di kisaran 34 derajat celsius. Namun, jauh di utara Brisbane, di kawasan utara Negara Bagian Queensland, gelombang panas sudah datang sejak pertengahan November dan kota-kota kecil, seperti Cairns dan Townsville, yang tercatat berada pada suhu di atas 40 celsius.
Musim panas sekarang sudah menjadi lebih panjang, lebih panas, dan lebih ekstrem karena perubahan iklim.
Selain kebakaran besar yang melanda Captain Creek, Lowmead, Deepwater, dan North Stradbroke Island, curah hujan berhari-hari menyebabkan banjir besar, Senin (28/1/2019), di wilayah seluas New South Wales. Port Douglas dan Daintree menderita dampak terbesar, dan Sungai Daintree mencatat banjir terbesar sejak 1901.
Aliran listrik terputus
Gelombang panas kedua dalam dua minggu terakhir sempat membuat aliran listrik di Melbourne terputus selama dua jam. Pembangkit tenaga listrik batu bara tak mampu melayani permintaan energi yang melonjak drastis ketika warga serentak menyalakan mesin pendingin ruangan.
Lebih dari 100 lampu merah jalan tidak berfungsi. Restoran, toko, dan café terpaksa tutup lebih cepat. Pertunjukan teater yang rencananya digelar gratis, Jumat malam, di Southbank dibatalkan. "Tema pertunjukan adalah Jumat yang gelap (Black Friday), sayangnya menjadi Jumat gelap gulita, sial tetapi mau bilang apa?” tutur Jason Tamiru, produser teater, pada ABC.
Menteri Energi untuk Victoria, Lily D’Ambrosio, mengatakan, musim panas sekarang sudah menjadi lebih panjang, lebih panas, dan lebih ekstrem karena perubahan iklim. "Sistem energi kita dari abad ke-20, tetapi dipakai untuk iklim abad ke-21,” tuturnya, seperti dikutip ABC.
Di kawasan timur Victoria, kebakaran hutan yang sudah berlangsung berhari-hari melonjak pada Jumat (26/1/2019) dari wilayah seluas 400 hektar menjadi 4.000 hektar. Para ahli mengatakan, perubahan iklim karena emisi gas rumah kaca menyebabkan lebih banyak gelombang panas dengan sifat lebih ganas. Kecenderungan ini tak mungkin dihentikan.