SEMARANG, KOMPAS – Pedagang kaki lima yang direlokasi dari kawasan pusat perdagangan Barito, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (1/2/2019) secara bertahap mulai menempati lokasi penampungan sementara di utara lahan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Namun, sebagian besar pedagang masih enggan pindah karena menunggu kesiapan sarana pendukung.
Bayu Putra, pedagang onderdil mobil saat ditemui di kiosnya, Putra TM di lokasi penampungan MAJT, mengatakan, para pedagang berharap dalam waktu singkat, kebutuhan penunjang lokasi penampungan sudah beres. “Hujan semalam telah menyebabkan jalan becek. Jalan masih tanah sehingga mudah lembek dan berlumpur setelah dilewati kendaraan roda empat,” ujarnya.
Kawasan pedagang kaki lima di Barito, Semarang Timur, merupakan sentra perdagangan onderdil dan aksesoris mobil terbesar di Jawa Tengah sejak 1980-an. Pada 10 tahun pertama hingga tahun 2000, pedagang di Barito menjadi rujukan bagi penggemar otomotif untuk mendapatkan onderdil, aksesoris hingga ban mobil terbaru dengan harga miring.
Kawasan perdagangan yang membentang di sepanjang tepian Sungai Kanal Banjir Timur ini kian ramai setelah sejumlah pedagang aksesoris mobil, velg, dan ban kedatangan pedagang asal kawasan Tawang. Jumlah pedagang kian bertambah. Hingga 2017 tercatat lebih dari 1.400 pedagang.
Namun, seiring proyek normalisasi Sungai Kanal Banjir Timur (KBT) senilai Rp 485 miliar, para pedagang mesti direlokasi. Normalisasi sungai sepanjang 14,6 kilometer dilakukan sebagai antisipasi bencana banjir di Semarang utara. Saat ini, pengerjaan baru sepanjang 6 kilometer dan dijadwalkan rampung 2020.
Pantauan Kompas, di relokasi Pasar Barito MAJT itu, baru 20 persen dari 600 pedagang kaki lima sudah pindah. Pedagang lainnya masih menunggu lokasi penampungan dilengkapi lampu penerangan listrik, ketersediaan air, serta jalan.
Sebanyak 450 lapak ukuran 3 x 5 meter pun belum sepenuhnya siap. Hanya tersedia lahan dan atap, sedangkan dinding, lantai, serta pintu depan belum terpasang. Beberapa pedagang menyatakan, pihak Pemerintah Kota Semarang hanya menyediakan lahan, listrik, air, dan fasilitas jalan. Untuk keperluan itu, setiap pedagang diminta iuran sebesar Rp 6,5 juta per kios, selanjutnya pedagang dapat melengkapi kiosnya secara mandiri.
“Hujan semalam telah menyebabkan jalan becek. Jalan masih tanah sehingga mudah lembek dan berlumpur setelah dilewati kendaraan roda empat.” (Bayu Putra, pedagang)
Purwanto, pedagang onderdil mobil mengaku, untuk melengkapi kiosnya, seperti memperkeras lantai tanah menjadi semen, membangun dinding, dan menyiapkan gudang barang di plafon atas, setidaknya harus disiapkan dana sebesar Rp 14 juta.
Dia menambahkan, pemerintah memberi tenggat waktu bagi semua pedagang kaki lima di kawasan Barito untuk pindah ke kawasan relokasi hingga akhir Januari. Mereka yang harus pindah ke lokasi penampungan sementara di MAJT terdiri dari pedagang onderdil mobil, mesin-mesin, ban, pedagang sepeda, juga aksesoris mobil. Sebagian pedagang lain sudah lebih dulu pindah ke lokasi pedagang kaki lima di Penggaron, Pedurungan.
Sejumlah pedagang mengaku, kios yang sudah dikosongkan langsung dibongkar oleh pihak pelaksana proyek di bawah kendali Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana. Namun, ketika pindah ke kawasan relokasi, sarana listrik belum tersedia sehingga pedagang tidak bisa membuka toko.
“Pedagang onderdil mobil kalau ada pelanggan butuh pasang boks speaker baru, bagaimana bisa mencoba tanpa ada aliran listrik. Untuk membenahi pintu kios juga butuh las yang mesti menggunakan listrik,” ujar Giyanto, pedagang aksesoris mobil.
Akibatnya aktivitas perdagangan sementara terhenti. Omzet pedagang pun anjlok sampai 60 persen dari kondisi normal di Barito rata-rata Rp 1 juta per hari.
Menurut Ketua Harian Paguyuban Pedagang Barito Blok A, Yulianto, karena sarana dan prasarana di lokasi penampungan PKL di MAJT belum sempurna, mereka minta toleransi boleh pindah pertengahan Februari. Hal itu setelah sarana di lokasi penampungan lengkap, termasuk pemasangan paving blok di sekitar lingkungan kawasan perdagangan agar tidak becek.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang, Fajar Prawoto menargetkan sarana dan kebutuhan pedagang di lokasi penampungan MAJT segera terpenuhi bersamaan para pedagang secara bertahap pindah dari Barito ke lokasi kios di MAJT.