MOSKWA, SENIN - Perlombaan baru persenjataan nuklir antara Amerika Serikat dengan Rusia telah resmi dimulai. Moskwa dan Washington sama-sama berniat mengembangkan persenjataan nuklir baru meski sebenarnya mereka sudah memiliki hampir 10.000 bom nuklir.
Presiden Rusia Vladimir Putin, mengatakan, Moskwa mundur dari Perjanjian Pengendalian Persenjataan Nuklir Jarak Menengah (INF). “Mitra kita Amerika sudah mengumumkan untuk menangguhkan keikutsertaannya dalam kesepakatan itu. Kita juga menangguhkannya," kata Putih, Sabtu (2/1/2019) di Moskwa.
Putin juga menyatakan bahwa ia tidak akan mengerahkan persenjataan Rusia ke Eropa atau wilayah lain, selama AS melakukan hal senada. Ia mengumumkan, Rusia akan mulai membuat peluru kendali baru, termasuk versi hipersonik. Ia meminta para menterinya untuk tidak memulai pembahasan perlucutan senjata dengan Washington. Sebab, Washington dituding lamban menanggapi isu itu.
“Kami sudah berulang kali, selama bertahun-tahun, dan selalu bertanya soal pembicaraan penting pada masalah perlucutan. Kami melihat selama beberapa tahun terakhir mitra kami tidak mendukung inisiatif itu,” tuturnya.
Ditandatangani pada 8 Desember 1987 oleh AS dan Uni Soviet, INF menjadi andalan kontrol perlombaan senjata. INF melarang pengembangan dan penempatan persenjataan nuklir yang bisa menjangkau sasaran berjarak 500 kilometer hingga 5.500 kilometer dari lokasi peluncuran.
Dengan pengumuman Putin, INF praktis kehilangan manfaatnya. Sehari sebelum pengumuman Putin, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan secara resmi penangguhan kewajibannya atas INF mulai Sabtu. Rusia akan memulai proses mundur sepenuhnya dari INF dalam enam bulan sejak Sabtu.
Senjata baru
AS dan NATO menuding Rusia mengembangkan rudal baru yang diduga melanggar INF. Dasar tudingan itu adalah sistem peluru kendali 9M729 yang diduga dikembangkan Rusia sejak 2008 dan kini dinyatakan beroperasi penuh. Rudal tersebut adalah hasil buatan Novator, perusahaan yang induknya dikendalikan oleh Pemerintah Rusia, sehingga disebut rudal Novator 9M729.
Moskwa berkeras jarak jangkau maksimal 9M729 hanya 480 kilometer. Namun, Washington dan NATO menuding rudal itu berulang kali diuji coba untuk jarak yang justru melampaui jarak yang diklaim Moskwa.
Pada Februari 2018, AS membuat kebijakan baru persenjataan nuklir. Dalam rencana baru itu, AS akan membeli persenjataan nuklir berdaya rendah yang bisa diluncurkan dari kapal selam. AS juga akan membeli rudal penjelajah berhulu ledak nuklir yang akan melanggar INF.
Departemen Pertahanan AS atau Pentagon menyebut rudal-rudal baru, yang diperkirakan siap pakai dalam satu dekade mendatang, itu hanya akan melanggar INF jika diluncurkan. Pentagon menekankan penelitian dan pengembangan persenjataan tidak dilarang INF.
Seiring keputusan AS tidak lagi terikat pada INF, belanja pertahanan AS menyediakan lebih banyak dana untuk pengembangan rudal jarak menengah yang diluncurkan dari darat. “Kami masih dalam tahap penelitian,” kata juru bicara Pentagon Johnny Michael.
Peneliti pada Universitas Johns Hopkins, Jeffrey Pryce, menyebutkan, sebenarnya AS diuntungkan INF. Sebab, INF hanya melarang rudal yang diluncurkan dari darat. Sementara rudal dari kapal selam atau pesawat tidak diatur dalam perjanjian itu.
“Sehingga, INF menghilangkan kekuatan penting Rusia, yakni ukuran dan lokasi. Sebaliknya bagi AS, punya AL dan AU terkuat. INF tidak melarang rudal yang diluncurkan dari udara dan laut,” ujar mantan pejabat Pentagon itu.
Kelompok antipersenjataan nuklir, Union of Concerned Scientists, memperkirakan AS punya 4.600 senjata nuklir. Dari jumlah itu, 1,740 rudal siap pakai kapan pun dan 2,922 hulu ledak lainnya disimpan. Secara rutin, 10 kapal selam AS yang dilengkapi rudal berhulu ledak nuklir berpatroli di laut.
Rusia punya jumlah nuklir hampir setara dengan AS. Akan tetapi, satuan kapal selamnya tidak sebaik AS. Hal itu merujuk pada berulang kali kecelakaan kapal selam Rusia dalam beberapa tahun terakhir. (AFP/REUTERS)