Warga Solo Antusias Rayakan Imlek, Lampion Jadi Daya Tarik
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
SOLO, KOMPAS — Perayaan malam tahun baru Imlek 2570/2019 berlangsung meriah di Solo, Jawa Tengah, Senin (4/2/2019) malam hingga Selasa (5/2/2019) dini hari. Ribuan warga berbaur bersama memadati kawasan depan Pasar Gede, tempat perayaan Imlek dipusatkan, hingga halaman Balai Kota Solo.
Perayaan Imlek disemarakkan dengan atraksi barongsai dan liong yang digelar di panggung depan Balai Kota Solo. Pada saat yang bersamaan, pentas musik dalam rangkaian acara Grebeg Sudiro menyambut Imlek digelar di depan Pasar Gede yang bermandikan cahaya lampion.
Selain menonton pertunjukan musik ataupun aksi barongsai dan liong, warga menikmati suasana kemeriahan Imlek dengan berswafoto ataupun foto bersama dengan latar lampion-lampion yang menyala warna-warni. Ribuan lampion dipasang di kawasan Pasar Gede, antara lain di atas Jembatan Kali Pepe, di median Jalan Jenderal Sudirman depan Balai Kota Solo, Jalan Urip Sumoharjo depan Pasar Gede, serta area Kelenteng Tien Kok Sie.
Untuk menyemarakkan Imlek, Panitia Bersama Imlek 2019 memasang 24 lampion berbentuk karakter shio, yaitu babi, ayam, tikus, monyet, kerbau, kambing, kelinci, naga, harimau, ular, kuda, dan anjing. Sebanyak 12 lampion shio dipasang berjajar di depan Pasar Gede dan 12 lampion shio lainnya ditempatkan di median Jalan Jenderal Sudirman di depan Balai Kota Solo.
Selain itu, ada satu lampion berbentuk karakter Pat Kay yang menggambarkan shio Imlek 2019, yaitu babi tanah. Ada juga lampion berbentuk Punakawan yang dipasang di depan Balai Kota Solo. Panitia Bersama Imlek 2019 memasang total 5.000 lampion berbentuk bulat berwarna-warni.
Ketua Panitia Bersama Imlek 2019 Sumartono Hadinoto di Solo mengatakan, antusiasme warga Solo yang berbaur bersama dalam perayaan Imlek di Solo menunjukkan Imlek telah menjadi milik bersama masyarakat. Hal itu juga memperlihatkan adanya akulturasi budaya di Indonesia. Karena itu, Imlek sebagai salah satu budaya perlu dilestarikan.
”Lampion yang warna-warni dipasang agar mengingatkan kita semua bahwa Solo ini milik semua orang. Solo adalah kota yang majemuk ” katanya.
Menurut Sumartono, biaya perayaan Imlek dipikul bersama masyarakat Solo secara gotong royong. Dana yang terkumpul digunakan untuk membayar biaya listrik lampion, membeli lampion, biaya pemasangan lampion, dan menggelar berbagai acara Imlek. ”Ada yang menyumbang Rp 50.000, Rp 100.000, Rp 200.000. Berapa pun sumbangan itu kami terima,” katanya.
Antusiasme warga Solo yang berbaur bersama dalam perayaan Imlek di Solo menunjukkan Imlek telah menjadi milik bersama masyarakat.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengatakan, kebinekaan dan kemajemukan di Solo harus selalu dirawat bersama. Pihaknya mempersilakan perayaan budaya dilangsungkan hingga sebulan penuh. Sepanjang itu bermanfaat bagi masyarakat, Pemerintah Kota Solo akan mendukung. Perayaan Imlek dengan pemasangan ribuan lampion telah menjadi daya tarik wisata bagi masyarakat. ”Setiap malam kalau cuaca terang, ribuan warga berjubel di area Pasar Gede karena lampion,” katanya.
Heri (40), warga Sukoharjo yang datang pada perayaan malam tahun baru Imlek di Pasar Gede, mengaku ingin ikut menikmati suasana kemeriahan Imlek. Pasalnya, setiap perayaan Imlek di Solo selalu dihiasi banyak lampion sehingga menambah keindahan kota. Selain itu, ia juga menyaksikan atraksi barongsai dan liong.
”Hampir setiap tahun saya selalu ke sini kalau Imlek untuk lihat lampion-lampion. Inikan menarik sekali ada banyak lampion di sini, bisa foto-foto,” katanya.
Pentas musik dan atraksi liong dan barongsai digelar hingga tengah malam. Kelompok barongsai Macan Putih Sudiro, Solo, menampilkan lima barongsai. Koordinator Macan Putih Sudiro, FX Hartono, mengatakan, ada 30 pemain terlibat dalam atraksi barongsai.
”Mereka adalah anak-anak Kelurahan Sudiroprajan. Ada yang etnis Tionghoa, ada yang Jawa. Mereka bermain bersama jadi satu. Sudah lama begitu,” ujarnya.