YOGYAKARTA, KOMPAS — Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah kembali mengeluarkan awan panas guguran, Kamis (7/2/2019) pukul 18.28. Awan panas guguran itu meluncur dengan jarak 2 kilometer ke arah hulu Kali Gendol, Kabupaten Sleman, DIY.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, Kamis malam, di Yogyakarta, membenarkan bahwa Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas. ”Iya, Mas,” kata Hanik saat dikonfirmasi Kompas.
Berdasarkan data BPPTKG yang dirilis di akun Twitter resmi lembaga itu, awan panas guguran teramati di Gunung Merapi pada pukul 18.28 dengan jarak luncur 2 km ke arah hulu Kali Gendol, amplitudo 70 milimeter, dan durasi 215 detik.
Sesudah menyampaikan informasi itu, BPPTKG juga menyatakan terjadinya awan panas guguran dan guguran lava berpotensi menimbulkan hujan abu. ”#WargaMerapi diharap tetap tenang serta selalu mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik”, tulis BPPTKG di akun resmi Twitter-nya.
Sebelum keluarnya awan panas guguran itu, Merapi tercatat mengalami guguran lava dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan beberapa hari sebelumnya. Data BPPTKG menunjukkan, pada Kamis sejak pukul 00.00 sampai 18.00 WIB, Merapi tercatat mengalami 98 kali guguran lava.
Sebanyak 98 kali guguran itu terdiri dari 17 kali guguran pukul 00.00 sampai dengan pukul 06.00, 49 guguran pukul 06.00 sampai dengan pukul 12.00, dan 32 guguran pukul 12.00 sampai dengan pukul 18.00. Durasi guguran-guguran tersebut berkisar antara 12 detik dan 157 detik.
Dari 98 kali guguran lava itu, empat guguran di antaranya bisa teramati dengan jarak luncur 550 meter hingga 900 meter. Semua guguran lava yang teramati itu mengarah ke hulu Kali Gendol.
Jumlah guguran yang terjadi di Merapi pada Kamis itu lebih banyak dibandingkan dengan kondisi pada beberapa hari sebelummya. Pada Rabu (6/2/2019), misalnya, Merapi mengalami 54 kali guguran, pada Selasa hanya ada 30 kali guguran, sementara pada Senin terjadi 36 guguran.
Hanik menyatakan, jumlah guguran di Merapi yang lebih banyak dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya itu menunjukkan adanya suplai magma dari dalam tubuh gunung. ”Guguran banyak berarti ada suplai dari bawah,” ujarnya.
Kejadian sebelumnya
Sebelumnya, pada Selasa (29/1/2019) malam, Merapi juga mengeluarkan awan panas guguran. Pada malam itu, Merapi mengeluarkan awan panas guguran sebanyak tiga kali.
Awan panas guguran pertama keluar pada pukul 20.17 dengan jarak luncur 1.400 meter dan durasi 141 detik, sedangkan awan panas guguran kedua terjadi pukul 20.53 WIB dengan jarak luncur 1.350 meter dan durasi 135 detik.
Adapun awan panas guguran ketiga terjadi pukul 21.41 WIB dengan jarak luncur 1.100 meter dan durasi 111 detik. Semua awan panas guguran mengarah ke sisi tenggara kawah Merapi atau menuju wilayah hulu Kali Gendol.
Meski Merapi sudah mulai mengeluarkan awan panas guguran, BPPTKG belum menaikkan status gunung api tersebut dan belum memperluas zona bahaya. Oleh karena itu, BPPTKG menetapkan status Merapi masih Waspada dan zona bahaya masih radius 3 km dari puncak Merapi.