JAKARTA, KOMPAS — Seorang pemuda ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi rumah kontrakan kerabatnya, di RT 003 RW 004 Kelurahan Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (13/2/2019). Tindakan bunuh diri itu diduga akibat depresi karena masalah keluarga.
Mardiyan (24), pemuda asal Kuningan, Jawa Barat, diduga bunuh diri dengan menggantung diri pada balok kayu bagian plafon kamar mandi. Kejadian itu terjadi sekitar pukul 00.00, saat Mardiyan menginap di rumah kontrakan Solihin, kerabat dekatnya.
Dari arsip foto Polsek Cilincing, terdapat bekas lilitan tali pada leher jenazah Mardiyan. Tali yang digunakan diduga berasal dari sepatu Mardiyan yang berada di lokasi kejadian.
Solihin mengatakan, Mardiyan menginap di rumah kontrakannya sejak Senin (11/2/2019) malam. Mardiyan berencana pulang ke kampung halamannya, di Kecamatan Ciawigebang, Kuningan, Jawa Barat, esok pagi.
Hingga Selasa (12/2/2019) pagi, Solihin heran karena Mardiyan tidak kunjung menyiapkan baju dan perlengkapan untuk pulang. Mardiyan hanya berbaring seharian di kamar Solihin hingga malam.
Sekitar pukul 22.00 WIB, saat Solihin tidur, Mardiyan mondar-mandir dari kamar menuju kamar mandi sebanyak empat kali. Hal itu disadari Koko (18), teman Mardiyan yang juga sedang menginap di rumah kontrakan Solihin.
Mardiyan beralasan kepada Koko ingin mencari handuk untuk mandi, tetapi ia terlihat seperti mencari barang yang lain. Koko menangkap keanehan dari gerak-gerik Mardiyan itu, tetapi ia biarkan.
Sekitar 30 menit, Koko yang merasa curiga mencoba mengintip Mardiyan dari sela-sela pintu kamar mandi yang tidak dikunci. Dari situ, ia melihat Mardiyan gantung diri dengan posisi membelakangi pintu dan kaki yang tercelup ke bak mandi.
Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Cilincing Ajun Komisaris Suharto mengatakan, pada jenazah tidak ditemukan adanya tanda bekas penganiayaan. Jenazah telah melalui proses visum di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, Rabu dini hari.
Dugaan depresi
Menurut Solihin, Mardiyan adalah seorang pendiam. Selama bekerja di bilangan Cilincing, ia tidak sering menemui kerabat dekatnya yang masih sekampung.
Pada tubuh jenazah tidak ditemukan adanya tanda bekas penganiayaan. Jenazah telah melalui proses visum di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, Rabu dini hari.
Berdasarkan kabar dari keluarga di kampung, Mardiyan tidak direstui oleh orangtuanya untuk menikah dengan perempuan yang menjanda. Dugaan Solihin, hal itu juga yang membuat Mardiyan tidak pulang ke Kuningan selama tiga bulan terakhir.
Titin (25), istri Solihin, juga mengira hal serupa. Mardiyan pada Selasa pagi meminta racun tikus kepada Titin.
”Saya dan Mardiyan tadinya akan pulang ke Kuningan bersama-sama, tapi dia tidak kunjung bersiap diri. Ia malah bertanya, ’Bu, ada racun tikus enggak?’” ujar Titin.
Kasus gantung diri yang diduga karena depresi juga terjadi pada Senin malam lalu. Zulfadhli, warga Parung, Kabupaten Bogor, tewas gantung diri saat menginap di rumah kontrakan rekannya di Mampang, Jakarta Selatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 menyebutkan, di seluruh dunia, 800.000 orang bunuh diri tiap tahun. atau satu kasus bunuh diri tiap 40 detik. Bunuh diri jadi penyebab kematian kelima tertinggi di dunia dan berkontribusi 1,4 persen dari semua kematian di dunia, melebihi kematian akibat pembunuhan dan perang.
Prevalensi bunuh diri tertinggi ada di Korea Selatan, Guyana, Lithuania, Sri Lanka, dan Suriname. Indonesia menduduki ranking 114 dengan prevalensi bunuh diri mencapai 3,7 per 100.000 penduduk. Dibandingkan negara-negara Asia lain seperti Thailand, Myanmar, dan Singapura, prevalensi itu lebih rendah.
Bunuh diri berkontribusi terhadap 1,4 persen kematian di seluruh dunia dan menempati peringkat ke-17 penyebab kematian tertinggi untuk segala umur. Bahkan, bunuh diri menempati peringkat kedua penyebab kematian usia 15-29 tahun.
Cara yang umum digunakan adalah menelan pestisida, gantung diri, dan menggunakan senjata api. Orang yang beresiko melakukan bunuh diri adalah yang mengalami konflik, bencana, kekerasan, pelecehan, dan orang yang mengalami diskriminasi. Banyak kasus bunuh diri terjadi secara impulsif pada saat krisis seperti terjadi masalah keuangan, putusnya hubungan asmara atau pernikahan, dan sakit kronis.