TANGERANG SELATAN, KOMPAS - Keributan di lokasi pembangunan apartemen di dekat Plaza Bintaro, Tangerang Selatan, diduga kuat dipicu perebutan tender proyek keamanan. Pihak-pihak yang bentrok masih bersikukuh pada pendirian masing-masing. Adapun pertemuan para pihak yang bertikai Rabu (13/2/2019) siang belum menemukan titik terang.
Keributan Selasa (13/2/2019) malam itu berada di area apartemen yang berada di Bintaro Plaza Residence Lot 3, Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren. Sekeliling apartemen berpagar seng. Organisasi masyarakat Forum Betawi Rempug atau FBR mengklaim bahwa PT Jaya Real Property, pemilik apartemen, menjanjikan tender keamanan tersebut kepada FBR. Namun, janji ini bersifat tidak tertulis.
Panglima Perang FBR Tangerang Selatan Daeng Feri, Rabu (13/2/2019), di sela mediasi yang dilaksanakan di Kantor PT Jaya Real Property, Jalan Boulevard, Bintaro Jaya, Tangerang, mengatakan, FBR menggandeng PT Surya Wira Abadi Tribuana ( SWAT Security) untuk mendapatkan tender pengamanan di sana. Namun dalam perkembangannya, manajemen memberikan tender itu ke perusahaan keamanan lain, PT Samudera Eka Jaya.
Daeng bersama 20 anggota FBR mendatangi apartemen bernama The Breeeze itu pada Selasa (12/2/2019) sore. “Kami datang mempertanyakan, kok, bisa diduduki PT Samudera Eka Jaya. Padahal SPK (Surat Perintah Kerja)-nya tidak ada,” kata Feri.
Proses mediasi itu dihadiri perwakilan FBR, kepolisian, manajemen PT Jaya Real Property, dan perwakilan TNI. Feri melanjutkan, kunjungan FBR pada Selasa sore itu dimediasi polisi. Menurut dia, peserta pertemuan sepakat untuk tender ulang pengemanan di sana.
Sekitar pukul 18.00, Feri meninggalkan lokasi pertemuan. Namun, ada enam anggota FBR yang masih berada di lokasi. Kebetulan, rumah mereka berada di sekitar lokasi. Mereka saat itu sedang makan nasi goreng, berjarak lima meter dari pagar seng. Sejumlah anggota FBR itu selanjutnya terlibat bentrokan yang bermula ketika pagar seng ditendang sekuriti proyek. Saat itu, kata Feri, sekuriti berteriak dan mengatakan FBR mengamuk.
Feri mengklaim anggotanya dipukul lebih dahulu oleh sekuriti proyek. Provokasi inilah yang kemudian memicu pecahnya bentrokan. Peristiwa ini membuat seorang warga bernama Endang Saputra terluka. Endang terluka di sebagian tubuhnya karena ada sejumlah orang yang memukulnya menggunakan tongkat dan besi. Sisa darah masih lengket di baju Endang.
Merasa anggotanya diserang, FBR menyerang balik dengan bersama 150 orang anggota FBR lain sekitar pukul 19.00. Bentrokan semakin membesar.
Kepala Polsek Pondok Aren Komisaris Polisi Yudho Huntoro menyatakan, kejadian ini terjadi karena kedua pihak salah paham. Pemenang tender merupakan PT Samudera Eka Jaya. Sementara PT SWAT SECURITY juga sudah mengetahui hal itu.
“Mungkin saja ada ketidakterbukaan. Kita mengharapkan kedua belah pihak bisa mencari jalan terbaik,” kata Yudho.
Saat dikonfirmasi, Direktur PT Samudera Eka Jaya, Mujito‘Id malah mempertemukan wartawan dengan perwakilan manajemen PT Jaya Real Property pada sebuah ruangan. Karyawan itu tidak menyebutkan namanya. “Ini (masih) sensitif,” kata dia.
Perwakilan manajemen yang tak mau disebut namanya itu membantah keterangan FBR soal janji tender keamanan. Manajemen hanya mempersilakan FBR mengikuti tender. Sedikitnya ada lima perusahaan yang mengikuti tender tersebut.
“Mereka (FBR) bilang, ‘Gue ikutan dong’. Ya monggo, tapi tidak bisa datang hanya dengan baju ormas. Harus ada PT-nya. Makanya mereka menggandeng SWAT,” kata karyawan itu.
Dia melanjutkan, tender sekuriti bersifat tertutup. Perusahaan yang menawarkan harga paling miring lah yang akan dipertimbangkan. “Saat mereka datang bawa harga, kami bilang apakah bisa nego. Mereka jawab ini fixed price," katanya.
Kompas mengkonfirmasi kepada pria tersebut terkait dugaan keterlibatan aparat pada bentrokan di lokasi proyek. Pria itu menjawab bahwa manajemen tidak mengetahui hal itu. Di samping itu, ia secara pribadi juga tidak berada di lokasi saat bentrokan berlangsung. Saat perbincangan berlangsung, Mujito‘Id, sang pemenang tender, menghilang. Ia tak muncul lagi di ruangan.
Akhirnya pertemuan mediasi Rabu siang itu tidak menghasilkan kesepakatan. FBR tetap menginginkan pengadaan tender ulang. Pertemuan selanjutnya akan diagendakan Jumat depan.
Pantauan lokasi
Pengamatan Kompas di lapangan, apartemen 34 lantai itu dijaga ketat satpam. Penjagaan paling banyak dilakukan di area pintu masuk. Pukul 09.50, enam anggota Brimob bersenjata lengkap turut mengamankan lokasi.
Sementara itu, pedagang ketupat dan penjual kopi yang berada di lokasi, memilih bungkam. Ia mengaku tidak tahu adanya bentrokan meskipun videonya beredar di media sosial itu. (INSAN ALFAJRI).