Kasus Gigitan Anjing Meluas ke Tiga Kabupaten Pulau Sumbawa
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Warga korban gigitan anjing meluas ke tiga kabupaten di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Setelah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Sumbawa, kasus kini merambah ke Kabupaten Bima. Sedikitnya 19 warga di Kabupaten Bima digigit anjing yang diduga sebagai hewan penular rabies.
”Laporannya saya terima akhir pekan lalu ada warga beberapa kecamatan di Kabupaten Bima digigit anjing,” ujar Nurhandini Eka Dewi, Kepala Dinas Kesehatan NTB, Rabu (20/2/2019). Warga yang digigit anjing itu tinggal di desa-desa yang berbatasan dengan Kabupaten Dompu, seperti Kecamatan Donggo dan Kecamatan Bolo.
Menurut Nurhandini, otak anjing yang menggigit warga itu sudah dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBVet) di Denpasar, Bali. Hasilnya, anjing negatif rabies sehingga Kabupaten Bima tidak berstatus kejadian luar biasa. Warga korban gigitan anjing di Kabupaten Bima itu kemudian diberikan vaksinasi antirabies (VAR) oleh petugas.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB Budi Septiani mengatakan, di Kabupaten Bima, dari 19 korban gigitan anjing, 18 orang sudah diberi VAR. Sembilan sampel otak anjing di Bima sudah dikirim ke BBVet Denpasar, hasilnya negatif rabies, sedangkan 11 sampel lain belum dikirim.
”Di Kabupaten Sumbawa, warga yang digigit anjing bertambah dari 21 orang menjadi 22 orang. Ada tambahan satu orang semalam. Dari 22 korban gigitan anjing itu, empat anjing positif HPR (hewan penular rabies),” tutur Budi Septiani.
”Sebenarnya warga yang digigit anjing terjadi di Kota Mataram, tetapi HPR-nya negatif. Kami baru bisa mengatakan positif-negatif kalau kami sudah mendapatkan hasil penelitian sampel yang kami kirim ke BBVet,” lanjutnya.
Upaya yang dilakukan saat ini adalah semua komponen harus waspada untuk mengantisipasi, terutama warga desa di Kabupaten Bima dan Sumbawa yang berbatasan dengan Kabupaten Dompu. Hal ini mengingat anjing sebagai HPR daya jelajahnya mencapai 10 kilometer setelah menggigit korbannya. Kemudian, menjaga lalu lintas masuknya HPR dari daerah tertular ke daerah yang belum tertular seperti Kabupaten Sumbawa Barat.
”Di Kabupaten Sumbawa, respons warga dan pemerintah luar biasa. Semua turun tangan melakukan eliminasi terhadap anjing karena mereka juga takut,” ujar Budi Septiani.
Di Kabupaten Sumbawa, respons warga dan pemerintah luar biasa. Semua turun tangan melakukan eliminasi terhadap anjing karena mereka juga takut.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika NTB Tri Budi Prayitno mengutarakan, Dinas Kesehatan NTB mendistribusikan VAR dan serum antirabies (SAR) di Pulau Lombok dan Sumbawa. Sebanyak 3.609 vaksin telah disebarkan di enam kabupaten/kota di NTB, meliputi 2.809 dosis ke Kabupaten Dompu sebagai daerah endemik.
Kemudian, masing-masing disebarkan juga 40 dosis ke Kota Mataram dan Kota Bima, sedangkan Kabupaten Bima mendapat 90 dosis, Kabupaten Sumbawa 50 dosis, serta Sumbawa Barat, Lombok Barat, dan Rumah Sakit Umum Daerah NTB masing-masing 10 dosis, Lombok Timur 20 dosis, dan sisanya 430 dosis disimpan sebagai stok yang bisa didistribusikan ke kabupaten/kota.
Kasus rabies terjadi September 2018 di Kabupaten Dompu, tetapi baru ditangani serius pada Januari 2019 menyusul korban jiwa yang terinfeksi rabies. Kasus gigitan anjing di Dompu mencapai 709 orang, enam di antaranya meninggal. Sementara warga yang sudah divaksin sebanyak 702 orang, dengan jumlah anjing yang positif rabies sebanyak 26 ekor.