JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah terus mendorong perkembangan wirausahawan muda termasuk wirausaha sosial atau sociopreneur. Langkah ini dilakukandengan melibatkan perusahaan-perusahaan swasta. Berkembangnya wirausahawan berdampak pada penurunan angka pengangguran di Indonesia.
Direktur Pengembangan Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan Roostiawati mengatakan wirausahawan ikut berkontribusi menurunkan angka pengangguran lima tahun terkahir. Di tahun 2015, presentase angka pengangguran sebesar 6,18 persen, menurun di tahun 2018 sekitar 5,34 persen atau setara dengan 6,8 juta sisa pengangguran.
“Salah satu faktor yang bisa menurunkan angka pengangguran itu adalah tumbuhnya enterpreuner dan socioenterpreuner yang luar biasa. Padahal tahun 2015 angka angkatan kerja terus meningkat dari 121 juta orang menjadi 131 juta di tahun 2018, tetapi penganguran turun,” ujar Roostiawati, Senin (3/4/2019).
Dengan demikian, pembangunan ekonomi akan semakin kuat dan berdampak dalam membuka lapangan keja baru, sehingga akan meningkatkan perekonomian negara. Salah satu upaya yang penting, selain dari pemerintah juga diperlukan kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan swasta.
Perusahan-perusahan besar peduli dan memberikan fasilitas bagi wirausaha sosial tersebut yang didorong pemerintah untuk membantu pendanaan, sehingga karya anak muda bisa lebih dihargai. Salah satu contohnya dalam hal ini Badan Ekonomi Kreatif yang diwujudkan pada acara program Gerakan Secangkir Semangat #BuatNyataTujuanmu hasil kolaborasi Bekraf dengan perusahaan swasta, Kopi Kapal Api.
Program yang bergulir sejak Mei 2018 lalu, telah menerima lebih dari 5.000 proposal usaha sosial di seluruh Indonesia. Program ini memunculkan tiga wirausaha sosial terbaik, di antaranya ide bisnis pengolahan daun kelor menjadi minuman teh yang dilakukan Meybi Agnesya Lomanledo. Wirausaha asal Kupang Nusa Tenggara Timur itu memulai usahanya dengan mendirikan Sekolah Lapangan Timor Moringa Organik Indonesia (ST-TMOI).
Ada juga wirausaha sosial yang membuat Eco Paving Block dari limbah kantong plastik Azis Pusakantara. Serta Elven Aprilnico dengan usahanya “Titik Balik Coffee” yang mendirikan coffee shop dan roastery yang dengan memberdayakan narapidana (napi) maupun mantan napi.
Tahun ini, rencananya pemerintah berkonsentrasi untuk pengembangan sumber daya manusia. Saat ini Kementerian Tenaga Kerja sedang menggarap konsep kartu pekerja, untuk didorong semangatnya menjadi wirausahawan. “Dengan kartu pekerja itu mereka bisa masuk ke balai-balai latihan kerja. Tahun ini target pemerintah bisa melatih 500 ribu SDM,” imbuh Roostiawati.
Tidak hanya itu, Kementerian Sosial juga memberdayakan kelompok masyarakat miskin dengan pemberian modal usaha melalui program Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) untuk mengelola Usaha Ekonomi Produktif (UEP). “Kube ada di hampir semua kabupaten atau kota yang memberikan bantuan pada fakir miskin dan orang tidak mampu yang memenuhi syarat untuk dapat berusaha dan menambah penghasilan,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial M O Royani.
Program tersebut diharapkan bisa membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam skala mikro dengan cara memupuk jiwa wirausaha bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang selama ini mengandalkan bantuan sosial untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya.