PALU, KOMPAS - Sampah nonorganik bisa dikonversi menjadi tabungan emas yang bisa dijadikan modal pergi menjalakan ibadah haji. PT Pegadaian (Persero) mewujudkan hal itu lewat kehadiran bank sampah. Selain memberdayakan warga, program itu bertujuan mengurangi masalah sampah nonorganik di Indonesia.
Realisasi program tersebut salah satunya dilakukan pada Rabu (6/3/2019) dengan peresmian bank sampah di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Warga nantinya menjual sampah di tempat tersebut. Sampah tidak diuangkan, tetapi dikonversi menjadi tabungan emas di PT Pegadaian.
Harga sampah bervariasi tergantung jenis. Kardus, misalnya, dihargai Rp 700 per kilogram (kg). Sampah plastik berbagai jenis Rp 2.500 setiap kg. Dengan mengacu harga emas yang dijual PT Pegadaian per 6 Maret 2019 Rp 6.230 per 0,01 gram, hanya butuh tiga kilogram sampah plastik dari berbagai jenis, seseorang bisa mendapatkan tabungan emas 0,01 gram.Dalam kesempatan itu, Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Kuswiyoto mengungkapkan, program bank sampah bertujuan mengurangi sampah nonorganik yang hingga kini masih menjadi masalah di Indonesia. Sebagai imbalan, warga yang menyetor atau menjual sampah mendapatkan tabungan emas. “Sudah bukan zamannya lagi kita malu-malu mengumpulkan sampah untuk dijual di bank sampah,” katanya.
Menurut Kuswiyoto, tabungan emas sewaktu-waktu bisa dicairkan sesuai dengan harga emas pada saat itu. Tabungan emas juga bisa digadaikan untuk mendapatkan modal usaha di Pegadaian. Tak hanya itu, pemegang tabungan emas dengan minimal saldo 3 gram bisa mendaftar untuk mengikuti ibadah haji. Pegadaian akan mengurus kebutuhan dana untuk hal itu.
PT Pegadaian memprakarsai program bank sampah dengan moto “Memilah Sampah Menabung Emas” mulai pertengahan 2018. Bank sampah di Palu merupakan yang ke-17 dari target 59 bank sampah dari dana tanggung jawab sosial (CSR) PT Pegadaian di seluruh Indonesia. Bank sampah lain tersebar di kota-kota di Pulau Jawa dan Sumatera.
Kuswiyoto mengatakan, mengacu pada bank sampah yang telah dibentuk, animo masyarakat untuk berpartisipasi cukup tinggi. Pihaknya akan mengevaluasi kekurangan yang perlu dibenahi dari program tersebut.
Dalam kesempatan sama, Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo Said menyampaikan, program bank sampah sesuai dengan gerakan budaya bersih yang dicanangkan pemerintah. “Masyarakat harus mendukung program ini, apalagi imbalannya sangat membantu ekonomi rumah tangga dalam bentuk tabungan emas," katanya.
Sudah bukan zamannya lagi kita malu-malu mengumpulkan sampah untuk dijual di bank sampah
Jadi masalah
Sementara itu, Rifin (45), warga Kelurahan Duyu, mengaku belum ada sosialisasi terkait bank sampah PT Pegadaian yang bisa mengonversi sampah menjadi tabungan emas. “Kami tunggu informasi lebih jelasnya karena ini pasti akan sangat membantu. Selama ini, kami buang sampah ke TPS dan tak ada harganya,” katanya.
Di Kota Palu, sampah masih menjadi masalah yang belum bisa diselesaikan. Banyak tempat pembuangan sampah sementara (TPS) ilegal bermunculan. Tak jarang di pinggir jalan, sampah berserakan.
Pada 2015, volume sampah yang dibuang di Palu tercatat 1.100 meter kubik per hari. Dari volume tersebut, hanya 400 meter kubik yang bisa diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sisanya tersebar di berbagai titik dan mengalir ke laut. Dari seluruh volume, sampah nonorganik sebanyak 30 persen.