Jalan Labuan Bajo-Ruteng Diperkirakan Baru Terbuka 3-5 Hari Lagi
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS- Penyelesaian pekerjaan jalan Labuan Bajo-Ruteng, Nusa Tenggara Timur yang tertutup akibat longsor pekan lalu, diperkirakan masih butuh waktu 3-5 hari lagi. Dua alat berat sudah dikerahkan, masing-masing dari arah Labuan Bajo dan Ruteng. Adapun delapan korban hilang telah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTT Thomas Bangke, Senin (11/3/2019) mengatakan, delapan korban hilang yang tertimbun material longsoran di Dusun Culu, Desa Tondong Belang, Kecamatan Mbeliling, Manggarai Barat, pekan lalu telah ditemukan. Empat korban ditemukan terakhir, Minggu (10/3) pukul 16.00 Wita, dan langsung dimakamkan.
Terkait pembukaan akses jalan Labuan Bajo-Ruteng, Kepala Bagian Humas Sekretaris Daerah Manggarai Barat Paulus Jeramun di Labuan Bajo mengatakan, sebuah alat berat dari Labuan Bajo masih menyingkirkan material longsoran di Dusun Melo, Kecamatan Mbeliling. Kondisi longsor di wilayah itu cukup memprihatinkan.
“Selain menyingkirkan jutaan meter kubik material longsor, alat berat ini harus menggali 4-5 meter ke arah perbukitan agar kendaraan bisa lewat dengan nyaman. Pekerjaan ini butuh waktu 1-2 hari. Timbunan material longsoran terjadi pada 16 titik. Saat ini baru satu titik dikerjakan dari arah Labuan Bajo, sementara dari arah Ruteng, juga sedang dikerjakan oleh Pemda Manggarai,” kata Jeramun.
Seperti diberitakan sebelumnya, hujan deras yang melanda Manggarai dan Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, selama empat hari hingga Kamis (7/3/2019) memicu banjir dan longsor di sejumlah tempat. Delapan orang tertimbun material longsor di Desa Tondong Belang, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Mangarai Barat.
Hujan deras juga menyebabkan jalan yang menghubungkan Labuan Bajo-Ruteng putus di Kilometer 23. Longsor itu mulai terjadi di Roe sampai Labuan Bajo sepanjang 60 kilometer.
Saat ini, lanjut Jeramun, kegiatan membuka akses jalan dari arah barat dilakukan Dinas Pekerjaan Umum Manggarai Barat, Satuan Kerja Balai Pelaksana Jalan Nasional Wilayah III Nusa Tenggara Timur, dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT. Selain itu, Dinas Pekerjaan Umum Manggarai menyingkirkan material longsoran dan jembatan darurat dari arah timur.
Alat berat dari arah Ruteng sudah sampai di Waelia, dekat Dusun Culu, Desa Tondong Belang, Kecamatan Mbeliling, tempat bencana longsor yang menimbun delapan korban meninggal dunia. Alat berat itu menyingkirkan jutaan meter kubik material longsoran di Dusun Culu, dan bergerak menuju Labuan Bajo.
Selain itu, dilakukan penggerusan badan aspal yang patah dan retak-retak. Sejumlah titik badan jalan juga amblas dan longsor. Di jalan yang tidak layak lagi dilalui kendaraan, akan dibangun jalan darurat agar kendaraan bisa lewat dengan aman, termasuk saat musim hujan dan angin badai. Pekerjaan itu masih membutuhkan waktu 3-5 hari lagi.
Jeramun mengatakan mencari jalan darurat di jalan yang amblas di pinggang bukit, cukup rumit. Alat berat harus melakukan penggalian ke arah bukit sampai 4-5 meter.
Menurut Jeramun ada tiga titik pekerjaan yang dinilai cukup rumit, yakni perbaikan jembatan Sungai Waemese sepanjang 50 meter dengan kedalaman air mencapai 10 meter saat musim hujan, atau 3-4 meter saat cerah. Jembatan lama masih bisa dipakai tetapi butuh perbaikan di beberapa bagian.
Selain itu perbaikan jembatan di Sungai Waekantor dengan panjang sekitar 6 meter. Di daerah ini sering terjadi reruntuhan material batu-batuan dari arah Gunung Mbeliling. Pekerjaan ketiga adalah pembangunan jembatan darurat di Sungai Waelia.
Anggota DPRD NTT Boni Jebarus meminta para pekerja jalan lebih mengutamakan kualitas jalan dibanding mengejar target. Meski bersifat darurat tetapi jalan dan jembatan yang dibangun tetap mengutamakan keselamatan para pengguna jalan.
“Saya telah menghubungi Dinas Pekerjaan Umum Manggarai Barat, dan Manggarai agar melakukan perbaikan jalan dengan hati nurani. Jangan sampai sekedar mengejar target, lalu mengabaikan kualitas. Keselamatan pengguna jalan harus diutamakan,” kata Jebarus.
Saat ini kebutuhan bahan bakar minyak, sayur, ayam potong, dan bahan pokok lainnya masih didistribusikan dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Jika akses jalan Labuan Bajo-Ruteng sudah dibuka, semua kebutuhan itu dipasok dari Ruteng, kecuali bahan pokok.