Berdasarkan simulasi konversi suara ke kursi dengan metode Sainte Lague, daerah pemilihan Riau II berpeluang menjadi wilayah pertarungan yang dinamis. Hasil simulasi menunjukkan, potensi perubahan perolehan kursi bisa terjadi di wilayah yang meliputi Kampar, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, dan Kuantan Singingi ini.
Hasil simulasi menunjukkan daerah pemilihan (dapil) Riau II mengalami perubahan proporsi partai yang memperoleh kursi. Jika pada Pemilu 2014 Partai Golkar (312.708 suara) hanya mendapatkan 1 kursi, dengan metode Sainte Lague hasilnya justru menjadi 2 kursi. Sebaliknya, jika sebelumnya PKB mendapatkan 1 kursi (101.398 suara), dengan metode ini justru kehilangan kursi atau tidak mendapatkan kursi sama sekali.
Kekuatan dominasi Partai Golkar di dapil Riau II memang patut diakui. Pada Pemilu 2009, partai ini berhasil menjadi partai pemenang dengan persentase suara 28,2 persen. Lalu, dengan persentase suara 26,7 persen, Partai Golkar kembali menjadi partai pemenang pada Pemilu 2014. Artinya, loyalitas pemilih Partai Golkar di dapil ini sudah cukup terbukti.
Kendati pada persaingan antarparpol sudah terlihat adanya dominasi, pertarungan antarcaleg masih dapat dikatakan terbuka. Buktinya, hanya 10 caleg wajah lama atau 11,9 persen (dari Pemilu 2009 dan 2014) yang maju kembali pada pemilu tahun ini. Di antara caleg wajah lama itu pun hanya ada dua petahana, yakni Mohamad Idris Laena (Golkar) dan Muhammad Nasir (Demokrat).
Tantangan berat justru harus dihadapi para caleg perempuan di dapil ini. Pada Pemilu 2014, tidak ada caleg perempuan yang terpilih dari dapil ini. Padahal, pada Pemilu 2009 masih ada 1 caleg perempuan dari 5 caleg terpilih, yakni Nurliah (Golkar) dan tahun ini ia mencoba maju kembali.
Tentu, dengan metode baru konversi suara ke kursi, semua kontestan dituntut untuk berkonsentrasi mendulang suara sebanyak-banyaknya. Tidak hanya untuk caleg semata, tetapi terutama untuk partainya sebagai pintu awal kesempatan partai meraih kursi. (YOHANES MEGA HENDARTO/ LITBANG KOMPAS)