Memberi Nilai Tambah pada Kawasan TOD Stasiun Cisauk
Hunian serba terkoneksi kini makin diburu. Tak ingin kehabisan waktu di perjalanan saat harus beranjak pergi ke kantor atau sekadar janjian hang out bersama kawan-kawan, kini menjadi alasan signifikan sebagian besar masyarakat untuk mencari hunian yang terkoneksi dengan alat transportasi publik.
Kemacetan lalu lintas, seperti terjadi di kota besar Jakarta, memang makin parah. Di sisi lain, kereta commuter line dan juga bus umum semakin terkoneksi rutenya.
Jaringan angkutan umum juga sangat membantu saat hunian berupa rumah tapak ataupun apartemen di pusat kota belum terjangkau lantaran keterbatasan penghasilan.
Percakapan ringan dengan arsitek sekaligus profesional perencana perkotaan, Pingki Elka Pangestu, Senin (25/2/2019), di Tangerang, memperkuat pentingnya perkawinan antara jalur transportasi dan permukiman.
Hadir bersama Pingki para mitranya, yakni Ferdy Sutrisno dan Marco Siwara (Karya Cipta Group), Lukas Bong (AREBI), serta Tatsuya Ichinomiya dan Yusuke Higaki (Creed Group).
Mereka kini sedang berkolaborasi mengembangkan Serpong Garden Apartment. Dari beberapa menara yang direncanakan, kini sedang dibangun tiga menara yang berada terkoneksi dengan Stasiun Cisauk, Banten. Dari Stasiun Tanah Abang, Jakarta, hanya dibutuhkan waktu 40 menit untuk menjangkau Stasiun Cisauk.
Membangun properti yang terkoneksi dengan stasiun, kata Pingki, sudah biasa dilakukan di beberapa negara. ”Pengembangan berorientasi fasilitas transportasi publik, seperti commuter line, bahkansudah menjadi sebuah keharusan pada masa depan," ujarnya.
Di Jepang, pengembang Tokyu Land, misalnya, mengombinasikan usaha ritel, stadion bisbol, dan jalur kereta. Diproyeksikan, sebuah keluarga dapat membelanjakan 70 persen dari pendapatannya di bisnis Tokyu Land, dengan keberadaan jalur kereta sebagai ujung tombak pengembang.
Tak sekadar TOD
Diam-diam ada yang menarik dari konsep yang dikembangkan oleh apartemen ini. Setelah pemilik lahan mengembangkan hunian rumah tapak Serpong Garden 1 dan 2, lahan ketiga justru dikembangkan oleh Karya Cipta Group yang menggandeng Creed (Jepang) menjadi apartemen.
Tidak tanggung-tanggung, jaminan akses memanfaatkan konektivitas tampaknya sudah direncanakan begitu matang.
Saat ditelisik ke lokasi secara langsung, sebelum bermitra dengan investor Creed Group (Jepang), pengembang Karya Cipta Group ingin sekadar membangun kawasan pusat belanja.
Pingki mengatakan, ”Rupanya, karena kami membangun di sisi stasiun kereta api, (pengembang) Jepang sangat tertarik. Konsep Transit Oriented Development jelas sudah biasa bagi mereka. Malahan, waktu saya bikin masterplan pertama untuk kota baru Bumi Serpong Damai, konsultannya adalah Jepang. Jadi, modelnya sudah kena, sejalan dengan keinginan investor Jepang.”
Ketika pasar properti disebut sedang melunak karena berbagai situasi dalam negeri, justru investor Jepang malah memiliki pandangan optimistis dalam memandang proyek properti yang berkonsep TOD di Indonesia.
Yusuke Higaki, Direktur Creed Group, menyatakan ketertarikannya berinvestasi membangun apartemen ini karena konsepnya adalah TOD.
Ternyata, pembangunan TOD di Indonesia juga diamati oleh investor Jepang. Terlebih lagi, pemerintahan Presiden Joko Widodo dinilai terus mendorong terbangunnya infrastruktur yang dapat memudahkan masyarakat.
Tidak sekadar menangkap peluang TOD, pengembang memberikan sentuhan lain yang disebutnya ”living”. Konsep ini dilahirkan manakala segala konektivitas yang tersedia diharapkan menumbuhkan rasa kemudahan.
Kemudahan menggunakan kereta sudah pasti diperoleh karena saat melihat langsung lokasi apartemen ini, kelak hanya butuh jalan kaki dari pintu apartemen sejauh 25 meter melalui skybridge menuju gerbang Stasiun Cisauk. Dan, hanya melintas sekitar 150 meter, koneksi jalan yang sudah tersedia memudahkan penghuni untuk berbelanja di Pasar Modern Intermoda BSD City.
Baca Juga: Stasiun Cisauk, KRL, dan Stasiun Intermoda
Kemudahan lain adalah kehadiran bus umum menuju pusat belanja lainnya, seperti AEON Mall dan Summarecon Mall. Bahkan, bus menuju beberapa kampus terkemuka, seperti Universitas Atma Jaya, Universitas Prasetiya Mulya, dan Universitas Multimedia Nusantara, serta perkantoran lain di seputaran BSD.
TOD yang selama ini mengacu pada sistem transportasi kini malah diberi makna lebih dalam oleh Serpong Garden Apartment. Hanya dalam beberapa tahun belakangan ini, tiga menara, yakni Cattleya, Bellerosa, dan kini Diamanta, terus digarap tatanan konsep hijaunya. ”Kami menciptakan satu simpul kehidupan sebagai nilai tambah,” kata Pingki.
Tak heran, perencanaan besar pembangunan apartemen ini kelak juga menggaet orang-orang yang melintas menuju atau dari Stasiun Cisauk untuk berbelanja di pertokoan apartemen ini. Fasilitas yang tadinya hanya mendukung kebutuhan penghuni direncanakan juga dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat sekitar, termasuk pengguna kereta.
Namun, sentuhan nilai tambah living terasa perlu didorong pada konsep-konsep TOD. Tak sekadar membangun hunian di sisi stasiun kereta, tetapi memberikan rasa ”betah” tinggal di dalamnya.